Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen: "Gadis Gagak" Bagian 1 dari 2

13 Maret 2023   10:46 Diperbarui: 13 Maret 2023   13:14 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarganya pemilik tambang terbesar di kerajaan ini. Proyek pembangunan istana yang baru hanya mungkin dikerjakan melalui campur tangan mereka.

Santos telah memastikan bahwa tidak ada bangsawan lain yang mampu bersaing dengan keluarga Qasillas. Ia dan ayahnya telah merancang rencana yang sempurna. Ia yakin itu. Kalau tidak, pangeran gendut ini tidak mungkin berjalan ke sudut tergelap ruangan dansa untuk mencari ayahnya.

"Dimana sopan santunku. Lebih baik kita mengobrol diatas, pangeran. Biarkan anak muda menikmati pesta ini." Ujar sang ayah sambil mempersilahkan pangeran dan rombongannya berjalan lebih dulu.

"Kau tidak ikut, tuan muda?" tanya pangeran.

"Aku tersanjung, yang mulia. Namun aku sudah berjanji pada ayahanda untuk menghibur setidaknya satu wanita malam ini." Jawab Santos sopan.

"Tentu saja. Memang tidak seharusnya kau menyia-nyiakan masa muda, Santos. Sebelum terbangun dan menyadari bahwa kau tidak bisa menunggang kuda lagi karena tubuhmu yang terlalu besar dan pinggangmu kesakitan." Ucap sang pangeran sembari tertawa kecil, "Baiklah, tunjukan jalannya tuan Qasillas." 

Santos menunduk ramah ketika ayahnya dan rombongan pangeran meninggalkan dia. Mereka menaiki tangga utama menuju lantai atas, menghindari keramaian lalu menghilang dari pandangannya.

Segera Santos kembali duduk di kursi, membuka buku dan tenggelam tak menghiraukan permintaan ayahanda. Ia hanya tidak ingin membicarakan hal yang sudah pasti diketahuinya. Meski ayahnya keras kepala, ia pebisnis ulung yang mampu menjual pasir pada penghuni gurun sekalipun. Santos hanya perlu menunggu lalu menjalankan rencana berikutnya.

***

Hari semakin malam dan suasana pesta semakin ramai karena minuman mulai menari diatas kepala para tamu. Semakin banyak pemuda yang mengajak para wanita untuk berdansa ketika alkohol menggantikan rasa takut mereka. Para wanita yang melirik Santos juga tak lagi duduk di meja, bosan menunggu sang tuan muda yang melekatkan mata pada lembaran kertas ditangannya.

Sesaat ketika lagu berhenti berkumandang, kepala pelayan berseru mengumumkan kedatangan seorang tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun