Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunung Padang dan Fantasi Ngawur Graham Hancock

7 Maret 2023   06:17 Diperbarui: 10 Maret 2023   07:25 4035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: cetakan layar/screenshot (Netflix.com)

Siapa yang tidak pernah mendengar tentang Gunung Padang, situs megalitikum bersejarah yang menarik perhatian banyak mata baik dari dalam maupun luar negeri. Situs yang berada di desa Karyamukti, Jawa Barat tersebut ditemukan pada tahun 1914 oleh arkeolog belanda, N.J Krom dan sekarang merupakan warisan budaya negara Indonesia. 

Asal muasal kompleks punden berundak itupun masih diperdebatkan oleh pakar arkeologi dan geologi. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, situs tersebut ialah bentuk usaha Prabu Siliwangi, Raja Sunda yang membangun candi dalam waktu semalam.

Sementara itu, arkeolog berpendapat bahwa gunung padang merupakan situs yang dibuat oleh komunitas pemburu-pengumpul sekitar 2000 tahun SM sebagai tempat pemujaan. Karena usianya yang sangat tua serta kurangnya bukti-bukti arkeologi tentang kehidupan masyarakat prasejarah tersebut, keberadaan situs ini terselubung misteri yang masih menunggu untuk diselidiki.

Akan tetapi, bagaimana kalau misteri gunung padang terikat dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri? Apakah mungkin jika situs itu dibuat oleh suatu kelompok masyarakat yang sangat kompleks dan telah terlupakan oleh waktu? (Yang buat Sauron kali,ris.. untuk mengalahkan Mordor)

Graham Hancock ialah seorang jurnalis (bukan arkeolog) yang punya jawaban alternatif atas pertanyaan itu. Dia berspekulasi bahwa pada masa sebelum jaman es, terdapat sebuah peradaban canggih yang dihancurkan oleh bencana alam dahsyat, yang kemudian mewariskan pengetahuan mereka pada pemburu-pengumpul yang selamat, alias nenek moyang kita.

 Menurut Hancock, situs gunung padang adalah bukti krusial atas keberadaan peradaban tersebut. Dia bahkan pernah muncul di salah satu televisi nasional pada tahun 2000an dan mengutarakan teorinya tentang Indonesia sebagai "The Lost Atlantis" dan sempat menggemparkan publik tanah air. (wkwkwk keturunan Aquaman kau, ris)

Saat menjelajah situs Netflix beberapa hari yang lalu saya menemukan satu serial berjudul, "Ancient Apocalypse (2022)" yang dinarasikan oleh Hancock sendiri. Karena sedang malas menonton film, saya memantengi serial dokumenter tersebut dan tertawa keras hingga membangunkan nenek yang lagi tidur. Jika teman-teman belum sempat menonton dan ingin mengocok perut, silahkan dicek.


Terang saja, Hancock menggabungkan berbagai sumber tidak kredibel sebagai landasan teori bahwa beberapa bangunan prasejarah di berbagai belahan dunia berasal dari sebuah peradaban tua sebelum jaman es. Dalam episode pertama, Hancock pergi ke Indonesia dan menyelidiki gunung padang yang menurutnya adalah piramid yang dibangun pada masa itu.

Keganjalan mulai saya rasakan ketika Hancock mendefinisikan piramida sebagai:

"A series of terraces climbing to a summit"

Mengapa terdengar aneh? karena kalau piramida merupakan serangkaian petak bertingkat yang menjulang, sawah di kampung saya bisa dikatakan sebagai piramida, sementara piramid Giza di Mesir justru lepas dari definisi tersebut. 

Image: Dokumentasi pribadi
Image: Dokumentasi pribadi

Kemudian Hancock membahas bagaimana susunan batuan megalit di gunung padang hanya bisa dibawa serta disusun menggunakan teknologi canggih, karena jumlahnya yang sangat banyak ( sekitar 50.000 batu dengan berat rata-rata 200 kg). 

Bebatuan tersebut memang dapat terbentuk secara alami akibat proses yang dikenal sebagai crystalization dalam ilmu geologi (geologyscience.com). Hancock pun mengakui akan keberadaan proses alamiah itu, menimbang kondisi geografis Indonesia yang dipenuhi oleh gunung berapi. Ribuan batuan di situs tersebut terbentuk karena gunung padang itu sendiri merupakan gunung berapi yang sekarang statusnya tidak lagi aktif.  

Akan tetapi, dia juga mempertanyakan beberapa susunan bebatuan yang terkesan sengaja dirancang oleh tangan manusia dan berpendapat bahwa serangkaian batuan tersebut merupakan sisa-sisa dari bangunan megah yang dibuat oleh peradaban maju dan telah termakan jaman. Benarkah demikian?

Image: https://www.dream.co.id/stories/gunung-padang-diduga-simpan-kuil-yang-terkubur-ribuan-tahun-181221m.html
Image: https://www.dream.co.id/stories/gunung-padang-diduga-simpan-kuil-yang-terkubur-ribuan-tahun-181221m.html

 

Untuk menjawab pertanyaan diatas, perlu saya menjelaskan proses arkelogi ketika melakukan penelitian sebuah peradaban. Hal terpenting yang dibutuhkan oleh seorang peneliti ialah penanggalan waktu yang kredibel. Ada empat hal yang perlu diperhatikan agar kita bisa menentukan penanggalan yang tepat, yaitu:

  • Lapisan Kebudayaan, yang merupakan lapisan tanah yang mengandung sisa-sisa keberadaan habitat manusia. Hal ini mencakup fosil hewan buruan, tanaman hasil pertanian, bekas perapian, dll.
  • Benda-benda Kebudayaan, yang merupakan hasil budaya peradaban manusia, seperti patung, kalung, bangunan, tulisan, dll.
  • Bukti Struktural Kebudayaan, yang merupakan bentuk nyata dari struktur peradaban. Ini mencakup fondasi bangunan, jalanan yang dibuat, irigasi serta hal-hal yang menunjukan adanya kehidupan sosial-politik-ekonomi dalam peradaban tersebut.
  • DNA, yang tentu saja menunjukan sisa-sisa biologis manusia yang menempatinya.

Jika Graham Hancock mengklaim bahwa gunung padang dibangun oleh peradaban sebelum jaman es, tentu harus ada bukti kredibel berdasarkan kajian diatas. Sangat disayangkan Hancock tidak mempunyai bukti yang kuat atas teori fantastisnya. 

Menurut penanggalan karbon, lapisan kebudayaan pertama pada situs gunung padang teridentifikasi berasal dari tahun 500SM, sementara lapisan kedua lebih tua lagi, yaitu sekitar 5200SM. Dengan demikian, jika dijumlahkan umur gunung padang diperkirakan sekitar 10.000 tahun, jarak waktu yang tergolong jauh dari jaman es terakhir yaitu sekitar 25.000 tahun yang lalu.

Selain itu, tidak terdapat benda-benda kebudayaan serta fosil manusia yang menunjukan situs gunung padang dibuat sebelum jaman es terakhir oleh peradaban canggih. Pernyataan Hancock bahwa gunung padang tidak mungkin dibuat oleh masyarakat pemburu-pengumpul dimasa itu sangatlah tidak berdasar.

 Pandangan tersebut dapat dengan mudah saya bantah, jika teman-teman memperhatikan gambar dibawah:

Image: situs Watu Adha https://travel.detik.com/cerita-perjalanan/d-5408621/bena-desa-adat-yang-masih-tersisa-di-flores
Image: situs Watu Adha https://travel.detik.com/cerita-perjalanan/d-5408621/bena-desa-adat-yang-masih-tersisa-di-flores

Ijinkan saya memperkenalkan "Watu Adha", situs megalitikum yang berada di kampung prasejarah Bena, kabupaten Ngada, tempat kelahiran saya. Secara struktur, watu adha memiliki kemiripan dengan situs di gunung padang. Keduanya dibentuk menggunakan bebatuan vulkanik yang disusun sedemikian rupa demi keperluan pemujaan (dalam budaya kami, pengikat relasi dengan roh nenek moyang.)

Kampung Bena terletak diatas bukit yang berdekatan dengan gunung berapi Inerie, sehingga asal dari bebatuan itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Nenek moyang kami memindahkan bebatuan ke atas kampung dengan cara dipanggul beramai-ramai. Darimana saya tahu? karena kebiasaan itu masih dilakukan hingga sekarang dalam kebudayaan kami. Beberapa suku di wilayah Ngada bahkan  melarang penggunaan kendaraan untuk mengangkut bebatuan tersebut.

 Jika demikian, apakah teman-teman menganggap masyarakat pemburu-pengumpul di gunung padang perlu teknologi canggih  untuk menyusun bebatuan yang memang sudah ada di pundak gunung 10.000 tahun yang lalu?

Dengan mengatakan bahwa masyarakat prasejarah tidak mampu membuat situs tersebut, Hancock sesungguhnya sedang meremehkan nenek moyang rakyat Indonesia, kecenderungan yang berakar dari pandangan "Euro-sentris" yang menganggap kemajuan di luar peradaban barat hanya mungkin terjadi karena faktor eksternal. (if it's in Asia or Africa, alien built it!)

Tidak sampai disitu saja, argumen terkuat Hancock atas teorinya adalah keberadaan ruangan di bawah gunung padang. Dalam episode yang sama, Hancock bertemu dengan beberapa peneliti geologi asal Indonesia. Dengan menggunakan GPR (ground penetration radar) mereka menunjukan bahwa terdapat tiga ruangan berukuran cukup besar yang tersusun di bawah permukaan gunung padang, beserta akses ke masing-masing ruangan.

Hancock berpendapat kalau ruangan-ruangan tersebut menyimpan bukti keberadaan masyarakat maju yang membangun situs tersebut. (berarti benar dong, ris! mana mungkin orang jaman dulu bikin ruangan bawah tanah?)

Hal itu tentu akan sangat mencengangkan jika gunung padang bukanlah gunung berapi. Radar tersebut sebenarnya menangkap keberadaan lava tube, saluran alami yang terbentuk karena aliran lava pada gunung berapi. Saluran ini dapat beragam bentuknya tergantung dari seberapa kuat semburan lava yang menembus batuan gunung.

 

Image: https://www.flickr.com/photos/wyojones/36707244224
Image: https://www.flickr.com/photos/wyojones/36707244224

Sebagai masyarakat awam, saya sangat menyayangkan keputusan peneliti dalam dokumenter tersebut, yang tidak memberikan penjelasan rasional. Sebagai peneliti, mereka mengemban tugas untuk memberitakan kebenaran atas fenomena alam dan bukan menyediakan informasi tanpa bukti akurat, apalagi ketika terlibat dalam proyek dokumentasi berskala internasional.

Huft, capekkk

Indonesia negeri yang kaya akan sejarah. Keberadaan situs gunung padang salah satu bukti bahwa masih banyak yang dapat digali tentang siapa kita sebagai sebuah bangsa. Oleh karena itu, sejarah harus berpatokan pada fakta aktual karena kebenaran yang kredibel jauh lebih penting dari kebanggaan palsu atas kebesaran suatu bangsa. Indonesia tidak butuh narasi fantasi akan sejarahnya, dan yang jelas Indonesia tidak butuh Graham Hancock. 

Terimakasih sudah membaca. :) 

Sumber: 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun