Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pengaruh "Lord of The Rings" Terhadap Perkembangan Musik Rock dan Metal

16 Juni 2022   13:56 Diperbarui: 25 Juli 2022   15:38 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dapat dipungkiri, sastra dan musik memiliki hubungan simbiosis yang erat. Banyak lagu yang terlahir dari narasi cerita dan begitupun sebaliknya. Sebagai karya fantasi terbaik sepanjang masa, Lord of The Rings membekas pada banyak orang, tidak terkecuali para musisi cadas ternama. 

Hal tersebut tidaklah mengherankan karena karya J.R.R Tolkien tersebut memang dipenuhi oleh puisi serta lagu-lagu yang mengagungkan perjuangan melawan kejahatan, kerinduan akan kampung halaman, hingga kebahagiaan sederhana dari mengisap tembakau dan menikmati secangkir minuman. 

Serial yang sarat akan imajinasi, petualangan, nilai moral serta gaya narasi yang mewah tersebut merupakan gudang inspirasi bagi para seniman di seluruh dunia. 

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas bagaimana Tolkien mempengaruhi dua genre musik yang saya gemari, Rock dan Metal. 

Layaknya batu bata, serpihan karya Tolkien telah menjadi bahan utama dari istana genre musik keras tersebut. Bagaimana pengaruhnya? yuk kita simak bersama-sama.

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Led Zeppelin, group band asal Britania Raya yang sering dianggap sebagai rajanya musik Rock klasik. 

Yang tidak banyak orang ketahui, Middle-Earth merupakan inspirasi terbesar bagi karya-karya Robert Plant dan bandnya di awal kemunculan mereka. Lagu seperti "Ramble On (1969)" dipenuhi oleh referensi dari serial karya J.R.R Tolkien dalam liriknya. Simak lagunya dibawah ini:


"Leaves are falling all around,

it's time I was on my way"

Penggalan lirik tersebut menggambarkan awal pertualangan Frodo dan Sam meninggalkan The Shire menuju dunia luar yang penuh dengan tanya. 

Dedaunan musim gugur merefleksikan berakhirnya kepolosan mereka ketika menempuh perjalanan panjang nan menantang, sama seperti perjalanan group band tersebut selama manggung di banyak tempat.

 Selain itu, lirik dapat di telusuri asal usulnya pada puisi yang dibuat oleh Tolkien sendiri. Penggalan puisi berbahasa elvish itu berbunyi "Nu Laurrie, lantar lassi surinen" yang artinya, "Like gold, fall the leaves in the win (laksana emas, jatulah dedaunan pada angin)." 

Referensi yang lebih terang-terangan ada pada ayat ketiga lagu, yang berbunyi:

"T'was in the darkest depths of Mordor, 

I met a girl so fair

But Gollum and the evil one,

crept up and slipped away with her"

Tentu saja penggemar fantasi sudah mengenal Mordor, wilayah kekuasaan Sauron si penguasa kegelapan. Wanita yang dimaksud tidak lain adalah cincin milik Sauron, yang disembunyikan oleh Gollum, mahluk terkutuk yang dipengaruhi oleh kekuatan jahat cincin tersebut. 

"Over the Hills and Far Away" menjadi lagu berikutnya yang juga diinspirasi oleh puisi karya Tolkien dengan judul yang hampir sama, "Over Old Hills and Far Away." Lagu ini bercerita tentang perjalanan apik mencari cinta, melewati bukit dan sejuta rintangan (Kek lagu dangdut ya).

Pada album ke empat Led Zeppelin terdapat dua lagu yang sekali lagi terinspirasi dari Lord of The Rings. Lagu "Misty Mountain Hop" yang mereferensikan pegunungan kabut tempat para Dwarf membangun kerajaan, serta "The Battle of Evermore" menggambarkan penderitaan atas peperangan di Minas Tirith antara pasukan Mordor melawan Kerajaan Gondor dan sekutunya, Rohan.

Pengaruh buku fantasi itu bahkan juga dapat ditemui pada lagu "Stairway to Heaven," yang menyandang gelar lagu rock klasik terbaik sepanjang masa versi Rolling Stones. Penggalan lirik seperti:

"There's a feeling I get,

 when I look to the west

 and my spirit is crying for leaving"

mereferensikan keinginan Sam untuk pulang kembali ke kampung halamannya, The Shire.

 Memori akan tempat itu menjadi sumber peneguhan selama penjalanannya menemani Frodo mengantarkan cincin menuju Mount Doom. Kalimat "Do you remember The Shire, mr. Frodo?" selalu diulang-ulang oleh Samwise sambil menatap ke arah barat, dimana tanah kelahirannya berada. 

Band legendaris lain yang menjadikan karya Tolkien sebagai referensi ialah Black Sabbath (yang ngegigit kepala kelelawar itu loh). 

Pada album debutnya, Black Sabbath turut memasukan lagu yang berjudul "The Wizard" yang bercerita tentang seorang penyihir sakti pembawa suka cita. 

Dalam sebuah wawancara, sang Bassist Geezer Butler menerangkan bahwa lagu tersebut ia ciptakan saat sedang membaca buku Lord of The Rings dan ia terinspirasi untuk membuat lagu yang menggambarkan Gandalf, si penyihir putih.

Lagu itu sebenarnya juga ditujukan untuk seorang pengedar narkoba tempat mereka membeli obat-obatan terlarang seperti cocain. (penyihir PUTIH, paham kan?)

Selain Zeppelin dan Black Sabbath masih banyak band lain yang membangun karirnya diatas pundak Tolkien. Berikut beberapa diantara mereka:

  • Blind Guardian, band power metal yang sangat mendedikasikan musik mereka untuk karya fantasi itu, hingga membuat album dengan judul  "Nightfall in Middle-Earth (1998)", 
  • Burzum, yang mendapat nama mereka dari bahasa Mordor yang berarti "Kegelapan", 
  • Amon Amarth, yang juga meminjam nama dari bahasa Mordor yang berarti "Mount Doom"
  • Rush, menciptakan lagu "Rivendell" yang menggambarkan kota kaum elf serta "The Necromancer" sebuah referensi untuk Gandalf setelah kebangkitannya,
  • Gorgoroth, nama dari sebuah wilayah di Mordor, tempat pasukan Sauron berdiam

Pesona karya fantasi apik ini memang tidak ada habisnya. Tolkien telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menulis dunia yang fantastis ini. Ia tentu saja akan terpukau jika melihat jutaan karya yang terinspirasi dari kerja kerasnya. 

Namun mengapa Middle-earth sangat memikat bagi para musisi tersebut?

Lord of The Rings merupakan surat cinta Tolkien bagi budaya dimana ia dilahirkan. Setelah pulang bertugas menjadi tentara pada perang dunia pertama, ia menyaksikan hilangnya kebudayaan barat, terutama budaya Germanic serta Judeo-Christiany karena perang serta industrialisasi yang pesat. 

Ia  tidak menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk melestarikan cerita yang menggambarkan nilai moral leluhur serta mahluk-mahluk fantastis dalam  cerita rakyat yang ia kenal sejak masih kecil. 

Kecintaan akan budaya tersebut terpantul pada karya-karyanya.  Tentu saja hal tersebut akan menarik simpati anak-anak muda dengan pashion pada sastra dan seni.

Tolkien tidak akan menyangka bahwa karyanya akan mengubah seorang pemuda dari daerah asalnya sendiri (Birmingham, Inggris) menjadi seorang legenda musik.

 Robert Plant, vokalis Led Zeppelin mengatakan bahwa saat pertama kali ia membaca Lord of The Rings, ia seperti ditelan oleh setiap lembarannya. Koneksi antara dua legenda seni tersebut sudah cukup meyakinkan kita bahwa Lord of The Rings berdiri diatas puncak fantasi, bahkan bagi mereka yang berfantasi melalui melodi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun