Setiap orang yang menganggap dirinya penggemar budaya populer pasti mengenal serial manga dan anime Naruto karya Masashi Kishimoto. Serial yang dimulai sejak tahun 1999 tersebut menarik begitu banyak mata untuk mengikuti petualangan Naruto di dunia ninja yang dipenuhi intrik serta peperangan antar negara.
Cerita ini sangat berkesan bagi saya sebab sebagai seorang remaja pada tahun 2010 di sebuah wilayah terpencil, Naruto adalah pintu gerbang yang membuat saya tertarik dengan politik internasional serta dinamika yang berkembang didalamnya.
Diantara sekian banyak karakter dalam serial Naruto saya rasa tidak ada yang lebih menarik perhatian penggemarnya seperti Uchiha Itachi, ninja penghianat dari desa Konoha. Kemunculannya pada volume 16 manga Naruto menimbulkan perdebatan mengenai asal usul pria misterius itu.
Banyak penggemar (termasuk saya) menganggapnya sebagai tokoh antagonis berbahaya yang harus dihentikan sebab ia telah melakukan kejahatan perang terburuk dalam sejarah desa Konoha, yaitu menghabisi seluruh anggota kelompok etnisnya sendiri, klan Uchiha.
Dalam pengembangan narasi cerita, terungkap bahwa Itachi hanyalah bidak dari elit politik desa Konoha yang ingin menghentikan pemberontakan yang direncanakan oleh klan Uchiha (sounds familiar?).
Oleh karenanya, pandangan penggemar mengenai si ninja penghianat berubah. Dirinya dianggap sebagai pahlawan yang harus melakukan genosida demi menjaga keamanan desanya.
Hal ini sangat mengganggu saya karena dengan menempatkan tindakannya sebagai tindakan heroik, para penggemar mengesampingkan penderitaan yang dialami oleh anak-anak klan Uchiha yang terlalu muda untuk terlibat dalam konflik internal antara klan dan desa mereka.
Dengan demikian muncul sebuah pertanyaan yang terus berputar di kepala saya. Adakah alasan yang dapat menjustifikasi penghapusan secara menyeluruh terhadap suatu kelompok masyarakat, bahkan jika yang ingin dicapai adalah perdamaian?
Pada kesempatan ini, saya ingin membahas mengenai apa yang menjadi intisari karakteristik dari Uchiha Itachi, bagaimana lingkungan politik mempengaruhinya serta sudut pandang moralitas yang dimilikinya dengan memperhitungkan tindakan genosida yang ia jalankan.
Dengan demikian, saya akan mendeskripsikan sedikit latar belakang Itachi. Jadi teman-teman diharapkan untuk menyiapkan kopi dan snack, duduk senyaman mungkin dan biarkan saya membawa teman-teman pada perjalanan singkat untuk mengenal salah satu anti-hero terpopuler dalam karya fiksi modern.
Uchiha Itachi tumbuh besar di desa Konoha sebagai seorang ninja yang sangat berbakat. Di usia muda ia mampu menandingi rekan-rekannya di sekolah ninja. Karena prestasi yang luar biasa tersebut, Itachi dikirim ke medan perang sebagai tentara anak dalam pasukan rahasia Anbu.
Selama Perang Besar Ninja ke-3 ia menemui kengerian yang tak terbayangkan yang diakibatkan oleh peperangan. Sejak saat itu, dirinya berjanji untuk memastikan bahwa sejarah tidak boleh terulang kembali.
Setelah kembali ke desa Konoha, Itachi yang kini merawat adik bungsunya Sasuke kembali dihadapkan pada dilema besar. Serangan Kurama (Rubah Ekor Sembilan) yang mengakibatkan kehancuran desa serta kematian Hokage ke-4, Minato Namikaze dituding disebabkan oleh klan Uchiha.
Oleh karena itu, klan Uchiha dikucilkan oleh pemerintah dan dialokasikan ke satu bagian desa. Itachi dikirimkan oleh klannya untuk menjadi mata-mata didalam organisasi Anbu karena kini api pemberontakan sudah tidak dapat dipadamkan.
Akan tetapi Itachi melaporkan hal tersebut kepada Hokage ke-3, Hiruzen Sarutobi yang kemudian menginginkan adanya dialog antara klan Uchiha dan pemerintah Konoha.
Niat baik dari hokage ke-3 untuk mencapai perdamaian dipatahkan oleh Danzo Shimura, salah seorang petinggi desa Konoha yang menguak bahwa Uchiha Shisui, seorang tokoh pemberontakan telah dibunuh oleh Itachi. hal tersebut membuat dirinya dikucilkan dari klan Uchiha, bahkan oleh keluarganya sendiri meskipun informasi tersebut tidak benar.
Itachi yang merasa bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian karena sumpahnya untuk tidak membiarkan sejarah terulang kembali membuat perjanjian dengan Danzo. Ia bersedia menghabisi seluruh klan Uchiha dengan satu syarat, adiknya Sasuke harus dibiarkan hidup.
Setelah ia melakukan genosida terhadap klannya, ia melarikan diri dari desa Konoha. Itachi bergabung dengan Akatsuki, kelompok ninja pembelot yang menginginkan kehancuran terhadap tatanan dunia ninja.
Itachi menjadi bagian dari kelompok tersebut untuk mencegah bahaya yang bisa ditimbulkan oleh mereka pada desa Konoha. Meskipun dirinya telah dibuang, Itachi tetap memiliki loyalitas tak terbantahkan pada desa tempat tinggalnya serta pada perdamaian yang ia cita-citakan.
Secara permukaan, Itachi merupakan karakter yang patut untuk dikagumi. Kecakapan Masashi Kishimoto dalam membangun narasi menurut saya sangat terlihat pada arc cerita perjalanan Uchiha Itachi.
Tidaklah mudah bagi seorang penulis untuk memasukan aspek manusiawi pada tindakan yang tidak dapat dimaafkan seperti genosida. Namun hal tersebut juga menimbulkan perdebatan moralitas yang tidak kalah menariknya.
Dengan memberikan "wajah" manusiawi pada pembantaian etnis, penggemar dapat dengan mudah menerima bahwa metode yang salah dapat digunakan selama hal yang ingin dicapai dapat terlaksana, dalam hal ini perdamaian desa Konoha.
Tapi sebelumnya, mari kita bahas mengenai genosida secara singkat untuk mengetahui mengapa Itachi memilih tindakan keji tersebut sebagai jalan keluar.
Secara fundamental, genosida dapat dilihat sebagai keinginan manusia untuk menghancurkan sebagian ruas dari populasinya. kecenderungan tersebut bersifat universal dan tidak terbatas pada suatu kelompok tertentu. dalam keadaan yang sesuai, keinginan untuk melakukan akan berubah menjadi tindakan genosida.
Dengan demikian, genosida bersifat kolektif yang tidak terlepas dari bagian suatu pemerintahan yang menjalankannya. Semakin suatu kelompok mendefinisikan identitasnya secara sempit, semakin besar kemungkinan untuk memperhitungkan perilaku pembantaian.
Dengan kata lain, genosida dapat diilhami sebagai perilaku naluriah manusia dan bukan perilaku binatang buas. Mereka yang melakukannya dianggap tidak ada bedanya dengan prajurit yang bertindak secara heroik serta penuh pengorbanan, sebab pembantaian dilihat sebagai perang melawan musuh yang harus dimusnahkan secara total.
Uchiha Itachi lahir dan dibesarkan di desa Konoha yang sistem pemerintahannya bersifat Stratocracy (Pemerintahan yang dipimpin oleh rezim militer).
Seperti pemerintahan militer lainnya, setiap aktivitas, karya maupun talenta yang dimiliki oleh warga negara harus dipergunakan demi kepentingan rezim militer.
Di desa Konoha, ninja merupakan tonggak utama tatanan pemerintahan. Mereka adalah guru, pasukan perang, tentara bayaran, mata-mata, dokter, duta, politikus serta pemimpin. Itulah mengapa sejak usia muda anak-anak desa Konoha dididik dengan satu tujuan, yaitu menjadi seorang ninja.
Kelompok pembunuh tersebut menjadi satu-satunya jalan individu mendapat status dan tempat di masyarakat. Hal itu sangat terlihat pada si tokoh utama Naruto yang bermimpi mencapai puncak hirarki desa Konoha, yaitu seorang Hokage.
Menjadi ninja tentara di usia yang sangat muda membuat Itachi memiliki identitas nasional yang lebih besar dari identitas etniknya. Ketika dihadapkan untuk memilih, moralitas yang lebih dominan adalah kesetiaannya pada negara sebab secara psikologis Itachi adalah produk dari rezim militer Konoha.
Perdamaian yang ia inginkan tidak lepas dari nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh pemerintah desa Konoha, sehingga stabilitas dan keamanan desa memiliki hirarki yang lebih tinggi dari kecintaanya pada klan dimana ia dilahirkan.
Hal tersebut mungkin terdengar konyol, namun terdapat bukti nyata bagaimana anak muda biasa berubah menjadi pembunuh berdarah dingin. Dr. Jordan Peterson dalam kuliahnya “2017 Maps of Meaning 4: Marionettes and Individuals” di Universitas Toronto, menjelaskan bahwa rasa persaudaraan serta identitas diantara polisi militer yang dikirimkan oleh pemerintah Nazi untuk menjaga perdamaian di Polandia membuat mereka membunuh kaum Yahudi yang dianggap sebagai musuh yang menimbulkan perang.
Diperkuat oleh bias yang diciptakan oleh penulis dengan menampilkan Konoha sebagai protagonis, pembaca menjustifikasi pemusnahan klan uchiha sebagai bentuk pengorbanan Itachi demi menyelamatkan desa serta adik bungsunya.
Mungkin teman-teman merasa kalau saya membingkai pemerintah Konoha secara antagonistik. Kalian juga mungkin menganggap bahwa Danzo Shimura bertanggung jawab penuh atas pembantaian klan Uchiha sebab itu semua merupakan rencananya.
Namun untuk apa Danzo melakukan hal tersebut jika bukan demi menjaga keselamatan desa serta keberlanjutan pemerintahnya? Mengapa Itachi dianggap pahlawan sementara Danzo dibenci oleh hampir semua penggemar padahal mereka berdua adalah dua sisi dari koin yang sama?
Jawabannya terletak pada metode yang digunakan. Niccolò Machiavelli dalam bukunya The Prince menyatakan bahwa “For although the act condemns the doer, the end may justify him.”
Pernyataan tersebut telah digunakan oleh banyak pemimpin dunia seperti Stalin, Hitler hingga Mussolini untuk menjustifikasi kekejian mereka atas nama kebaikan masyarakat banyak.
Dengan menggunakan logika tersebut, Danzo sesungguhnya telah berjasa karena berhasil menghilangkan salah satu ancaman terbesar dari desanya. Namun perlu teman-teman ingat, klan Uchiha adalah salah satu klan pendiri desa Konoha sehingga mereka memiliki hak hidup yang sama dengan klan-klan lain.
Tidaklah adil jika salah satu kelompok masyarakat harus dibumi hanguskan karena memiliki pendapat yang berbeda dengan pemerintahnya. Metode yang salah tidak membuat apa yang dihasilkan menjadi benar. Itulah alasan mengapa para penggemar membenci Danzo Shimura yang bertindak sebagai pemegang busur dan Itachi sebagai anak panahnya.
Uchiha Itachi tidak boleh dipandang sebagai serorang pahlawan serta tindakannya tidak boleh dianggap sebagai tindakan heroik. Ia tidak lebih dari korban sebuah sistem pemerintahan yang tidak kompeten yang mengharuskan seorang remaja menghabisi keluarganya sendiri atas nama perdamaian.
Hal tersebut tidak semerta-merta membuat dirinya karakter yang buruk. Rasa sayang pada adiknya serta prinsip yang ia miliki tentu tidak bisa disepelehkan.
Pada Perang Dunia ke-4 Itachi dihidupkan kembali dan berhasil menghentikan teknik Edo Tensei milik Kabuto dan membujuknya untuk bergabung dengan aliansi ninja mengalahkan Akatsuki. Dalam kematian, Itachi menyadari bahwa terdapat cara lain yang lebih baik untuk mencapai perdamaian.
sumber:
https://villains.fandom.com/wiki/Itachi_Uchiha#Background
https://benjaminspall.com/ends-means/
https://en.wikipedia.org/wiki/Stratocracy
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI