Mohon tunggu...
Aris Munandar
Aris Munandar Mohon Tunggu... Penulis - Foto : Aris Munandar saat sedang berkunjung ke kantor Kepala Staf Presiden

Berfisik Lokal Bermental

Selanjutnya

Tutup

Politik

Utamakan Adab daripada Kepentingan, Catatan Menjelang Kongres Partai Reformis

2 Desember 2019   02:45 Diperbarui: 2 Desember 2019   02:56 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, karena di dirikan oleh tokoh Muhammadiyah, PAN memiliki relasi politik yang erat dengan Muhammadiyah. Karenanya warga/kader persyarikatan  Muhammadiyah sebagai pemilih mayoritas, otomatis pengurus DPW dan DPD PAN (kader Muhammadiyah) akan solid satu suara sesuai arahan ayahanda Amien Rais. Sebagai catatan, mayoritas warga persyarikatan Muhammadiyah menaruh ketidakpercayaan terhadap ketua umum PAN 2015-2020. Oleh sebab itu, jangan sampai warga persyarikatan sebagai basis utama konstituen PAN akan bermigrasi ke partai lain jika ketua umumnya belum di ganti.

Ketiga, sejak berdirinya tahun 1998 (dari kongres ke kongres) hingga sekarang, PAN memiliki tradisi ketua umum cukup satu periode. Hendaknya tradisi meregenerasi dan meremajakan kepemimpinan ini terus di rawat, bukan sebaliknya membangun tradisi mempertahankan status quo. Di tambah jejak digital ketua umum PAN 2015-2020, menjelang kongres 2015 lalu, sering menggembar-gemborkan mengenai masa jabatan ketua umum di PAN cukup satu periode saja. Jika petahana masih berambisi mencalonkan diri sebagai ketua umum berikutnya, berarti sama saja menjilat kembali ludah sendiri yang telah dibuang.

Keempat, suara PAN pada Pemilu 2019 ini tidak mengalami kenaikan signifikan, bahkan cenderung jalan di tempat (stabilitas). Perolehan suara yang stabil tersebut membuat PAN bahkan mengalami kehilangan kursi di DPR. Perolehan suara pada Pemilu 2014 9.481.621 (7,59%), sedangkan pada Pemilu 2019 memperoleh suara 9.572.623 (6,84%). Dari segi perolehan suara, PAN memang mengalami sedikit kenaikan namun kurang dari 10.000 (91.002), tapi dari segi persentase, PAN mengalami penurunan. Hal itu di buktikan oleh kehilangan 4 kursi di DPR, dari sebelumnya 48 kursi menjadi 44 kursi. Suara tersebut merosot di satu provinsi (Jawa Tengah) yang hanya memperoleh 832.010, padahal pada Pemilu sebelumnya PAN memperoleh 8 kursi (1.208.202) di provinsi ini. Ini berarti ada ketidakmampuan ketua umum sekarang mengurus partai.

Berdasarkan beberapa variabel di atas, tampaknya sudah cukup menjadi alasan agar petahana beserta loyalisnya hendaknya memantaskan diri, sehingga ada pertimbangan moral baginya.  Itu lah yang disebut sebagai adab politik. Membangun budaya kepantasan diri. Bukan sebaliknya memaksakan kehendak padahal sudah terbukti gagal memimpin. Sebagai alasan utama calon petahana mengklaim hanya mengakomodir aspirasi kader. Tak tanggung-tanggung 28 DPW.

Jikalaupun mereka memberikan dukungan secara terbuka. Penulis yakin itu hanya dampak psikologis akibat di bawah tekanan (under pressure), bukan pure aspirasi kader, bahkan boleh jadi 28 DPW itu di mobilisasi di datangkan ke Jakarta, karena elit partai yang hadir saat itu merupakan loyalis calon petahana. Dalam teori negara, ini merupakan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Jika itu yang terjadi, betapa dalam bahaya partai ini, partai yang di kenal paling demokratis namun pimpinan partai mempraktikan warisan orde baru, sehingga harus diselamatkan.

Sebagai kader ideologis Muhammadiyah, kami akan Sami'na wa 'Atho'na terhadap arahan dan nasehat ayahanda Amien Rais. Sebab bagi kami, PAN masih sangat membutuhkan pandangan-pandangan bijak dari beliau, bahkan bangsa ini membutuhkan sosok sekaliber beliau sebagai role model, dan kandidat pilihan beliau adalah kader terbaik yang mampu membawa kebesaran partai dari segala aspek.

Lucky Andriyani, Kader Ideologis Muhammadiyah dan Ketua DPD BM PAN Jakarta Pusat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun