Mohon tunggu...
Aris Budiyanto
Aris Budiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan Pemperhati Pendidikan

Metacognition, Mathematics Education, Teacher Development, Educatinal Policy, Islamic Eduction

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Kehidupan "Mengenal Diri"

24 Oktober 2020   20:44 Diperbarui: 24 Oktober 2020   20:51 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"mengapa kita diciptakan?"

"mau kemana kita setelah mati?"

Nabi Ibrahim A.S dalam proses mencari tuhan tak lepas dari pengajuan pertanyaan-pertanyaan kehidupan, yang pada akhirnya beliau menemukan bahwa tuhan itu adalah dzat yang kekal, tidak diciptakan, tidak musnah, tidak tergantung dengan sesuatu apapun yang intinya adalah konsep ketahuidan.

Pengenalan tehadap diri atau menemukan konsep diri akan menuntun seseorang pada pemahamanya terhadap hakikat kehidupan. Dilihat dari sudut pandang pencitaan tentu akan sangat beragam peran manusia didunia ini. Salah satu dalil Al-Qur'an mengungkapkan dalam surat Al-Baqarah 30-37 yang intinya Allah SWT menyebut kepada para Malaikat bawa penciptaan manusia di bumi sebagai khalifah.

Istilah Khalifah digunakan bukan berarti bahwa manusia menggantikan peran Allah SWT dalam mengurus kehidupan bumi, namun manusia diberikan kemampuan untuk bisa hidup dan mencari penghidupan di bumi. Dalil ini tentu belum memuaskan pemahaman akan hakikat kehidupan, karena hakikat kehidupan semestinya dapat membuat seseorang merasa tenang, puas, kebahagiaan yang hakiki dan tidak hanya sekedar kebahagiaan yang bersifat temporer.

Argumen lainya disebutkan "Allah menciptakan Jin dan Manusia tak lain adalah untuk beribadah" (QS. Ad-Dzariat: 56), dalil ini tentunya akan lebih memberikan pemahaman yang utuh tentang hakikat kehidupan. Ketika seseorang memahami bahwa setiap detik waktu yang diberikan tuhan di dunia ini adalah untuk beribadah maka dia tidak akan gampang menyerah, putus asa ketika terjadi pada dirinya suatu kegagalan serta tidak akan lalai ketika mendapatkan suatu keberhasilan.

Pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan akan membuat seseorang menjadi pribadi yang arif menyikapi setiap kejadian-kejadian dalam keseharian, bahadia dengan mensyukuri setiap pemberian baik atau buruk dari tuhan sang pencipta kehidupan dan dia akan selalu fokus dan istiqomah dengan tujuan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun