Maka membangun budaya tidak akan pernah lepas dari faktor kepemimpinan dan komunikasi. Biasanya Transformasi dalam organisasi selalu dilakukan pada dua sisi yaitu sisi Bisnis dan sisi budaya dan kesalahan terbesar sebagian organisasi adalah mereka lebih fokus ke transformasi bisnis padahal yang paling bermasalah bukan strategi, bukan struktur bukan sistem, namun orang orang yang menjalankan sistem strategi dan struktur yaitu manusianya, SDMnya, People nya, orang orang yang ada didalam organisasi tersebut.
Organisasi tak kan berubah, orang orang nya yang akan berubah. Contoh di RSUP DR KARIADI ada budaya cuci tangan untuk setiap insan kesehatan, ini terjadi sebelum pandemi. Di salah satu bank terbesar di indonesia, disana ada budaya sungkan ngomong, maka dimunculkan oleh agen perubahan untuk menaikkan tagar #ngobrolajadulu.
Inilah gaya gaya komunikasi yang sangat relevan dengan hari ini, yang sebagaian bagian dan posisi sudah diduduki oleh millenial. Maka biarkan mereka masuk komunitas komunitas yang sesuai dengan passion mereka. Futsal squad, digital marketing squad, kuliner squad dan lain lain.
Lalu apa indikator keberhasilan implementasi budaya di sebuah organisasi? Maka jhon kotter seorang profesor dari harvard university sampaikan sebuah perusahaan dinilai berhasil jika kinerja meningkat dan engagement karyawan pd organisasi meningkat membangun Budaya kerja tidak ada yang instan, tidak ada shortcut, prosesnya panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H