SANTET SPERMA DARI MALANG SELATAN (Part 3)
Cerita yang belum Usai,
Tengah malam yang padang bulan, Rasyid dan pak Ahmad keluar kampung menuju kampung Yaqub yang merupakan sepupu pak Ahmad, namun mereka tidak terlalu dekat. Dalam perjalanan, Rasyid merasakan kebosanan yang tinggi, ia mengeluh kepada pak Ahmad jika mungkin kali ini terakhir ia ke Sumber Pucung untuk mengejar Sari. Namun, pak Ahmad memberikan motivasi kepada Rasyid, dalam obrolannya pak Ahmad menceritakan tentang kekasih Sari yang orang Toraja itu telah mengirim guna-guna agar Sari cinta kepadanya, keluarga telah berusaha untuk menghilangkan sihir itu, begitu juga cerita pak Ahmad bahwa Sari adalah yang patuh kepada orang tua, bakti dan tidak pernah membantak, namun setelah mengenal laki-laki itu ia berubah.Â
Rasyid jadi paham kondisinya, berarti Sari sedang dalam pengaruh jahat, meskipun sebenarnya ia adalah orang yang sangat logis dan tidak percaya dengan hal-hal mistis. Namun, penuturan pak Ahmad membuatnya mengurungkan niyatnya untuk berhenti dari Sari. Oborlan yang seru tadi pada akhirnya membuat jarak menjadi singkat, sehingga cerita belum selesai mereka sudah sampai didepan rumah paman Yaqub yang ternyata beliau sudah menunggu di teras sembari kopi dan rokok Djie Sam Soe yang menyala di jari kanannya.
"Malam-malam cong datangnya?," kata paman Yaqub ke Rasyid. Mereka bersalaman begitu juga pak Ahmad dan paman Yaqub.
Setiap obrolan, pak Ahmad terus menyimak, tanpa banyak bicara. Sampai pada akhirnya Rasyid pamit dan paman Yaqub menawarinya agar menginap disana, namun pak Ahmad membuat alasan kalau barang-barang Rasyid ada di Suko-Sumberpucung dan sudah di tunggu kakaknya. Disitu paman Yaqub sudah menaruh curiga ke pak Ahmad, memang sudah bukan rahasia umum lagi, kalau keluarga pak Ahmad memang sering terlibat dengan perjanjian-perjanjian iblis dan saling iri dengki kepada saudara dan tetangga. Keluarga pak Ahmad paling tidak suka melihat saudara lain atau tetangganya membeli barang-barang baru dan itu membuat kebakaran jenggot, yang lain harus saling punya.
Akhirnya Rasyid menghabiskan waktu 2 hari di Suko dan ia pamit untuk pulang ke Jakarta. Namun, dalam perjalanan ia merubah rute Malang-Jakarta menjadi Malang-Yogyakarta. Ia akan menemui kenalan baru yang dikenalkan oleh temannya, katanya perempuan itu kerja di Dinas Pertanian Yogyakarta. Ia mencoba mengalihkan fokusnya dari Sari, karena mungkin memang itu bukan jalannya. Sampai akhirnya Rasyid bertemu dengan perempuan itu, namanya Azza, perempuan berkulit putih dengan mata yang teduh. Ia merasa cocok dengan Azza, meskipun ia tidak sepenuhnya mencintainya seperti perasaannya kepada Sari yang menggebu, yang sering masuk dalam mimpi.
Sekuat tenaga ia tidak sesering dulu menanggapi telfon bu Titik dan pak Ahmad, terutama bu Titik yang mungkin sudah merasa jika sikap Rasyid sudah mulai berubah. Bu Titikpun tak tinggal diam, ia bolak balik ke mbah Slamet, namun kondisi mbah Slamet ternyata sudah sakit-sakittan, ia hanya bilang kepada bu Titik bahwa ia sudah tidak bisa membantunya seperti dahulu. Bu Titik meregang, ia bilang ke mbah Slamet kalau dia mau membayar berapapun, namun mbah Slamet sudah tidak bisa. Bu Titik pulang dengan kecewa, namun dia tidak pantang menyerah, ia akan mencari yang lain, ia sudah ada firasat bahwa Rasyid akan menjauh.
Di Waktu yang Berbeda
Azza pergi kerumah temannya di Gadang Malang, ia bertemu dengan teman dan keluarganya yang sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Dalam perbincangan Azza dan keluarga temannya di Gadang, ia ditanya sama ayah temannya, namanya pak Toha.Â