Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Santet Sperma dari Malang Selatan (Part 3)

29 Agustus 2023   19:43 Diperbarui: 29 Agustus 2023   19:47 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SANTET SPERMA DARI MALANG SELATAN (Part 3)

Cerita yang belum Usai,

Tengah malam yang padang bulan, Rasyid dan pak Ahmad keluar kampung menuju kampung Yaqub yang merupakan sepupu pak Ahmad, namun mereka tidak terlalu dekat. Dalam perjalanan, Rasyid merasakan kebosanan yang tinggi, ia mengeluh kepada pak Ahmad jika mungkin kali ini terakhir ia ke Sumber Pucung untuk mengejar Sari. Namun, pak Ahmad memberikan motivasi kepada Rasyid, dalam obrolannya pak Ahmad menceritakan tentang kekasih Sari yang orang Toraja itu telah mengirim guna-guna agar Sari cinta kepadanya, keluarga telah berusaha untuk menghilangkan sihir itu, begitu juga cerita pak Ahmad bahwa Sari adalah yang patuh kepada orang tua, bakti dan tidak pernah membantak, namun setelah mengenal laki-laki itu ia berubah. 

Rasyid jadi paham kondisinya, berarti Sari sedang dalam pengaruh jahat, meskipun sebenarnya ia adalah orang yang sangat logis dan tidak percaya dengan hal-hal mistis. Namun, penuturan pak Ahmad membuatnya mengurungkan niyatnya untuk berhenti dari Sari. Oborlan yang seru tadi pada akhirnya membuat jarak menjadi singkat, sehingga cerita belum selesai mereka sudah sampai didepan rumah paman Yaqub yang ternyata beliau sudah menunggu di teras sembari kopi dan rokok Djie Sam Soe yang menyala di jari kanannya.

"Malam-malam cong datangnya?," kata paman Yaqub ke Rasyid. Mereka bersalaman begitu juga pak Ahmad dan paman Yaqub.

Setiap obrolan, pak Ahmad terus menyimak, tanpa banyak bicara. Sampai pada akhirnya Rasyid pamit dan paman Yaqub menawarinya agar menginap disana, namun pak Ahmad membuat alasan kalau barang-barang Rasyid ada di Suko-Sumberpucung dan sudah di tunggu kakaknya. Disitu paman Yaqub sudah menaruh curiga ke pak Ahmad, memang sudah bukan rahasia umum lagi, kalau keluarga pak Ahmad memang sering terlibat dengan perjanjian-perjanjian iblis dan saling iri dengki kepada saudara dan tetangga. Keluarga pak Ahmad paling tidak suka melihat saudara lain atau tetangganya membeli barang-barang baru dan itu membuat kebakaran jenggot, yang lain harus saling punya.

Akhirnya Rasyid menghabiskan waktu 2 hari di Suko dan ia pamit untuk pulang ke Jakarta. Namun, dalam perjalanan ia merubah rute Malang-Jakarta menjadi Malang-Yogyakarta. Ia akan menemui kenalan baru yang dikenalkan oleh temannya, katanya perempuan itu kerja di Dinas Pertanian Yogyakarta. Ia mencoba mengalihkan fokusnya dari Sari, karena mungkin memang itu bukan jalannya. Sampai akhirnya Rasyid bertemu dengan perempuan itu, namanya Azza, perempuan berkulit putih dengan mata yang teduh. Ia merasa cocok dengan Azza, meskipun ia tidak sepenuhnya mencintainya seperti perasaannya kepada Sari yang menggebu, yang sering masuk dalam mimpi.

Sekuat tenaga ia tidak sesering dulu menanggapi telfon bu Titik dan pak Ahmad, terutama bu Titik yang mungkin sudah merasa jika sikap Rasyid sudah mulai berubah. Bu Titikpun tak tinggal diam, ia bolak balik ke mbah Slamet, namun kondisi mbah Slamet ternyata sudah sakit-sakittan, ia hanya bilang kepada bu Titik bahwa ia sudah tidak bisa membantunya seperti dahulu. Bu Titik meregang, ia bilang ke mbah Slamet kalau dia mau membayar berapapun, namun mbah Slamet sudah tidak bisa. Bu Titik pulang dengan kecewa, namun dia tidak pantang menyerah, ia akan mencari yang lain, ia sudah ada firasat bahwa Rasyid akan menjauh.

Di Waktu yang Berbeda

Azza pergi kerumah temannya di Gadang Malang, ia bertemu dengan teman dan keluarganya yang sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Dalam perbincangan Azza dan keluarga temannya di Gadang, ia ditanya sama ayah temannya, namanya pak Toha. 

"Nduk, sudah ada calon belum?," tanya pak Toha kepada Azza, sahabat anaknya sejak S1.

"Ada yah, tapi belum pasti, apakah ayah bisa melihatnya dari jiwa dan raganya?," tanya Azza.

"Coba lihat foto dan namanya," kata pak Toha.

Kemudian Azza menunjukkan foto dan memberitahukan namanya ke Pak Toha, sahabatnya yang bernama Mira tak kalah penasaran, ia mengintip dari sisi kanan ayahnya dan tersenyum. Kemudian pak Toha terdiam, ia terpejam agak lama, dari gerakan matanya sepertinya serius, namun pada akhirnya ia tertawa.

"Laki-laki ini masih dijerat, tapi tenang aku tahu siapa yang punya kunci untuk membukanya, besok akan kuberitahu bagaimana cara membuka kuncinya, selain dia baik, kasian kalau dia dikunci oleh orang yang memiliki obsesi tinggi, namun itu bukan jatahnya, insyaallah dia jodohmu," kata pak Toha. Setelah itu pak Toha undur diri, dia mengeluarkan sepeda motornya lalu pergi, tanpa bilang ke istri dan anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun