Albert Camus dikenal sebagai sastrawan sekaligus filsuf Prancis non-metropolitan. Sahabat Jean Paul Sartre ini lahir di Mondovi Aljazair, 7 November 1913.Â
Ia berasal dari keluarga sederhana yang sangat khas dengan lingkaran intelektual dengan kecenderungan yang mengarah pada tindakan revolusioner (Bertens, 1987:38).
Tiga puluhan tahun perjumpaan dengan kehidupan buruh di kota kelahirannya mendominasi pemikiran dan karya-karyanya.
Camus menamatkan pendidikannya pada jurusan filsafat di Universitas Aljazair pada 1935. Setelah itu, dari 1937-1939, ia bekerja sebagai wartawan untuk La NRF.Â
Pada 1939 itu juga ia pindah ke Prancis untuk melanjutkan kariernya sebagai wartawan. Di Prancis, ia bekerja untuk L'Express dan empat surat kabar harian lainnya yang diterbitkan di Paris.
Kala itu, ia banyak bergulat dengan isu-isu sosial dan politik dalam kegiatan jurnalismenya.
Karya-karyanya dalam bidang sastra antara lain: Caligula (1944), Le Mythe de Sisyphe (1942), L'tranger (1942), La Paste (1947), La Chute (1956), L'exil et le royaume (1957), Les Justes (1950), La Malentendu (1944) dan beberapa lainnya.Â
Atas dedikasinya itu, ia berhasil menerima Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1957. Ia meninggal dunia pada 4 Januari 1960 dalam kecelakaan mobil di Villeliben.
Makna Kebebasan
Konsep kebebasan yang digagas Camus lahir dari pergumulannya terhadap penindasan kaum minoritas dan buruh.Â
Kebebasan dalam pikirannya adalah kebebasan yang berguna hanya bila dimaksudkan untuk menghasilkan keadilan (Apsanti, 1999:28). Pandangan kebebasan ini mengarah pada situasi yang dapat mendistribusikan keadilan dan melindungi hak dari setiap individu.Â