Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gelisah Generasi Sandwich: Menjalani Hidup di Antara Dua Lapisan

30 Juni 2024   10:09 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi sandwich (Kompas.id)

Anda salah satu orang yang merasa seperti roti lapis di antara dua keju? kalau merasa, ya selamat datang di klub Generasi Sandwich!

Generasi ini adalah mereka yang terhimpit di antara tanggung jawab merawat orang tua yang menua dan membesarkan anak-anak yang masih butuh perhatian ekstra. Seperti sebutan 'sandwich', mereka harus siap diapit dua lapisan kehidupan yang memeras tenaga, waktu, dan emosi.

Ramai belakangan diperbincangkan tentang generasi Sandwich. Tanpa harus berpikir liar kemana tulisan ini mengarah, saya hanya ingin mengorek isi kepala tentang apa yang selama ini dipikirkan generasi muda sekarang, entah itu milenial, Gen Z dan yang lainnya. 

Mari kita mulai dengan membayangkan Anda sedang di sebuah pesta makan malam yang meriah, semua orang sibuk menikmati hidangan dan tertawa, sementara Anda sibuk menjawab telepon dari anak yang butuh bantuan mengerjakan PR dan ayah yang minta diantar ke dokter esok hari. Nah! Anda baru saja merasakan gelisahnya generasi sandwich.

Anda harus berusaha tetap waras di tengah segala tuntutan. Misalnya, ketika anak Anda mengeluh tentang guru yang galak, sementara di sisi lain ibu Anda mengeluh tentang dokter yang lamban, Anda seperti terperangkap dalam episode sinetron tanpa akhir.


Tapi tunggu, ini bukanlah cerita penuh keluhan dan kesedihan. Ini adalah realitas yang menyimpan pelajaran berharga tentang cinta, pengorbanan, dan ketabahan. Saya analogikan kehidupan ini seperti teh tarik? Terkadang pahit, terkadang manis, tapi selalu memberi rasa yang mendalam.

Ada cerita tentang seorang ibu yang berkata pada anaknya, "Nak, tolong bawa nenekmu jalan-jalan ya, ibu mau istirahat sebentar." Sang anak menjawab, "Bu, aku juga capek. Nenek kan bisa naik grab." Tawa kecil yang muncul dari cerita ini mencerminkan betapa kita harus mencari cara untuk tetap bahagia meski di tengah situasi yang sulit.

Di zaman sekarang, teknologi pun sering menjadi penyelamat, atau malah menjadi sumber gelisah baru. Misalnya, saat Anda mengajari orang tua menggunakan ponsel pintar. "Nak, ini apa namanya? Wahatsap? Bagaimana caranya kirim gambar? Aduh, kok ini bisa nyasar ke grup arisan ya?" Sementara itu, anak Anda bertanya, "Ayah, gimana cara reset password ini?" Anda pun harus menjadi ahli IT dadakan yang siap siaga 24/7.

***

Kehidupan generasi sandwich penuh dengan momen-momen yang membuat kita ingin tertawa sekaligus menangis. Misalnya, ketika Anda akhirnya bisa menonton drama Korea favorit setelah seharian bekerja, mengurus anak, dan merawat orang tua, lalu tiba-tiba terdengar panggilan, "Nak, tolong pijitin punggung Bapak sebentar ya." Hanya bisa menghela nafas sambil tersenyum, Anda pun melanjutkan tugas mulia tersebut.

Mari kita berbicara lebih dalam. Hidup ini seperti sandwich; lapisan-lapisan yang berbeda saling menumpuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Setiap lapisan memiliki rasa dan tekstur yang unik. Generasi sandwich belajar banyak tentang makna kehidupan dari setiap lapisan ini.

Ketika kita merasa terhimpit, bisa jadi di situlah kekuatan kita diuji. Generasi sandwich adalah manifestasi nyata dari kalimat ini. Mereka harus belajar mengelola waktu dengan bijak, menemukan keseimbangan antara karir, keluarga, dan diri sendiri.

Tidak jarang, generasi ini merasa cemas tentang masa depan. "Bagaimana nasib anak-anakku nanti? "Apakah aku sudah cukup merawat orang tuaku?" Kumpulan pertanyaan seperti ini tidak jarang menghantui, namun sebenarnya di balik kegelisahan ini, tersembunyi kebijaksanaan yang luar biasa. 

Anda pernah membayangkan seandainya pemerintah mengkampanyekan pentingnya memiliki anak banyak untuk regenerasi, namun di sisi lain, fasilitas kesehatan untuk lansia masih jauh dari memadai? Ini seperti meminta kita membuat sandwich dengan bahan berkualitas tinggi tapi tanpa menyediakan cukup roti. Generasi sandwich harus berkreasi sendiri, membuat yang terbaik dari yang ada.

Kita juga bisa menertawakan ironi di sekitar kita. Misalnya, ketika Anda sedang sibuk merawat orang tua yang sakit, Anda menerima pesan dari sekolah anak yang mengumumkan liburan mendadak. "Papa, minggu ini aku libur tiga hari karena guru-guru ada kegiatan di luar, ayo kita ke taman setelah ayah pulang kerja!" Sementara di rumah, ayah Anda baru saja pulang dari rumah sakit dan butuh perawatan intensif. Pada titik ini, Anda hanya bisa tertawa getir, menyadari betapa hidup ini penuh dengan kejutan tak terduga.

Kebijaksanaan dalam Keberanian

Namun di balik semua ini, ada kebijaksanaan yang bisa kita ambil. Ada kalimat bijak yang mengatakan, "Kesulitan adalah guru terbaik yang menyamar." Generasi sandwich diajarkan untuk menjadi lebih tangguh, lebih bijaksana, dan lebih peka terhadap kebutuhan orang lain. Mereka belajar untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi kebahagiaan orang-orang tercinta.

Dan pada akhirnya, meski terhimpit di antara dua generasi, mereka menemukan bahwa cinta adalah bahan utama yang membuat hidup mereka berwarna. Cinta pada orang tua yang sudah membesarkan mereka, dan cinta pada anak-anak yang menjadi penerus harapan keluarga. 

Menemukan Jalan Tengah

Sebagai generasi sandwich, menemukan jalan tengah adalah kunci. Anda mungkin harus menjadi negosiator ulung, mencari cara agar semua kebutuhan terpenuhi tanpa harus mengorbankan diri sendiri. Kadang, ini berarti mengatakan "tidak" dengan tegas, atau mencari bantuan ketika merasa tidak mampu lagi.

Misalnya, saat Anda sudah lelah sepulang kerja dan anak meminta bermain, cobalah berkompromi, "Nak, bagaimana kalau kita nonton film bersama sambil berbaring? Ibu perlu istirahat tapi tetap ingin menghabiskan waktu denganmu." Atau saat orang tua minta diantar ke dokter padahal Anda punya meeting penting, jangan ragu mencari bantuan dari saudara atau tetangga. Terkadang, jalan tengah adalah solusi terbaik untuk menjaga keseimbangan.

Merayakan Kemenangan Kecil

Di tengah segala tantangan, jangan lupa untuk merayakan kemenangan kecil. Ketika Anda berhasil menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, anak mendapat nilai bagus, atau orang tua merasa bahagia dengan perawatan Anda, itu adalah momen-momen yang patut dirayakan.

Kehidupan generasi sandwich mungkin penuh dengan tantangan, tapi juga penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Di tengah semua gelisah, mereka belajar untuk tetap bersyukur dan menghargai setiap momen berharga bersama keluarga. Bukankah hidup ini seperti sepiring nasi goreng? Terkadang sederhana, namun selalu bisa membuat perut kenyang dan hati bahagia.

Refleksi dan Kesadaran Diri

Pada akhirnya, penting untuk merenung dan menyadari bahwa gelisah generasi sandwich bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan dan cinta yang luar biasa. Mereka adalah pahlawan yang menjalani hidup dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang untuk sebuah lembaga terindah yang bernama keluarga. 

Meski terhimpit di antara dua lapisan, generasi sandwich tetap mampu menemukan kebahagiaan dan makna dalam hidup mereka. Seperti kata pepatah, "Pada saat hidup memberimu sepotong roti dan keju, buatlah sandwich terbaik dan nikmati saja setiap gigitannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun