Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Â adalah salah satu kebijakan yang dicetuskan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mengeksplor berbagai pengetahuan dan pengalaman di luar kampus. Hal ini juga merupakan langkah yang diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa dan pihak perguruan tinggi untuk berkontribusi di lingkungan masyarakat sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajarinya. Salah satu dari sekian banyak program MBKM adalah program Kampus Mengajar. Sesuai dengan tagline dari program ini yaitu Belajar Sambil Berdampak, program Kampus Mengajar memfasilitasi mahasiswa untuk belajar langsung di satuan pendidikan yang ditunjuk mengenai kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi peserta didik.Â
Selama bulan September hingga Desember 2024, tiga mahasiswa kampus mengajar angkatan 8, yaitu Ariq Fakri Nugroho dari Progam Studi Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Satwika Mahatma Pratiwi dan Desyanti Hasita Putri dari Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, berkesempatan untuk menjalankan program Kampus Mengajar 8 di SD Negeri Ledok 02 Salatiga dibawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yaitu Dr. Made Rai Suci Shanti Nurani Ayub, S.Si., M.Si.Â
Melalui program ini, ketiga mahasiswa bersinergi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Ledok 02, utamanya dalam hal literasi dan numerasi. Setelah melakukan berbagai observasi, ketiga mahasiswa segera merancang berbagai program yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SD Negeri Ledok 02, mulai dari program di bidang literasi, numerasi, kebersihan lingkungan, hingga digitalisasi pembelajaran.Â
Program yang dicetuskan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa di SD Negeri Ledok 02 ini kami beri nama MEMANCAR (Membaca, Memakna, dan Bercerita). Melalui program ini, mahasiswa berharap agar peserta didik mampu membaca bacaan yang mereka hadapi, kemudian belajar berpikir kritis untuk memahami makna bacaan, hingga melatih kepercayaan diri dengan mampu membagikan apa yang dia pahami dari bacaan itu kepada orang lain melalui bercerita. Hal ini merupakan kompetensi yang penting bagi peserta didik, karena kemampuan literasi merupakan kemampuan dasar seseorang untuk mempelajari sesuatu, yang dari situ ia dapat memperoleh modal atau dasar dalam mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.Â
Namun sayangnya, minat beberapa anak untuk berliterasi masih dirasa kurang oleh mahasiswa. Oleh sebab itu, mahasiswa mengenalkan cerita dalam bentuk video di awal pelaksanaan program ini. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menarik peserta didik dan melatih fokus peserta didik dalam memperhatikan dan mengikuti alur cerita yang dihadapi.Â
Tak hanya itu, mahasiswa juga berupaya meningkatkan minat literasi peserta didik dengan membuat pojok baca yang menarik di perpustakaan. Hal ini juga merupakan langkah untuk menarik peserta didik untuk berkunjung ke perpustakaan.Â
Program berikutnya adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan numerasi peserta didik. Kemampuan numerasi tidak kalah penting dengan kemampuan literasi yang sama-sama menjadi modal atau dasar dalam mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari, utamanya terkait dengan logika dan perhitungan. Mahasiswa menyadari bahwa usia anak SD adalah usia dimana anak suka bermain. Oleh sebab itu, mahasiswa berupaya untuk meningkatkan kemampuan numerasi dengan pendekatan permainan. Setelah melakukan berbagai observasi dan diskusi, dicetuskanlah suatu permainan yaitu ular tangga matematika. Hal ini dipilih sebab ular tangga merupakan permainan dasar yang mudah dimainkan dan sudah melekat pada peserta didik di SDN Ledok 02.Â
Pada permainan ini, prosedur bermainnya sama seperti ular tangga biasa, namun bedanya ketika pion/ orang melewati tangga atau ular, maka ia harus mengambil soal numerasi dan menjawabnya dalam waktu yang ditentukan. Jika ia berhasil menjawab soal dengan tepat, maka ia berhak naik. Sebaliknya, jika ia belum berhasil menjawab soal dengan tepat, maka ia harus turun. Awalnya, mahasiswa mengira peserta didik kurang tertarik dengan permainan ini sebab ada soal yang harus mereka jawab. Namun, fakta berkata sebaliknya. Setelah program ini dijalankan, semua peserta didik antusias dalam mengikuti program ini. Mereka mengaku bahwa mereka dapat merasakan pengalaman belajar sambil bermain yang menyenangkan. Bahkan beberapa di antara mereka, meminta soal dengan variasi yang berbeda untuk kedepannya.Â
Semua program literasi dan numerasi yang telah dirancang dan terlaksana ternyata mendapat dukungan positif dari berbagai pihak, mulai dari kepala sekolah, para guru, hingga peserta didik. Mahasiswa berharap agar program ini dapat terus berjalan bahkan bisa berkembang meskipun masa penugasan kami sudah selesai. Harapannya tentu saja agar kemampuan literasi dan numerasi peserta didik dapat meningkat hingga mereka dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan dapat mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H