Katekese adalah kegiatan yang dengannya Sabda Allah terus-menerus disebarkan dengan cara yang hidup dan efektif, dan yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang Yesus Kristus, baik Pribadi-Nya maupun pesan penyelamatan-Nya, terdiri dari pendidikan iman yang teratur danberkembang, digabungkan dengan suatu proses yang berkesinambungan atau pendewasaan dalam iman yang sama. Kristus adalah pusat keselamatan dan, oleh karena itu, Kristosentrisitas adalah hakikat semua katekese otentik.
Dalam mewartakan kabar sukacita, Gereja dihadapi dengan tantangan terkait katekese tantangan di dunia kontemporer. Gereja mengkhawatirkan akan banyaknya umat yang sekarang meminta atau telah menerima rahmat sakramen-sakramen sering tidak mempunyai pengalaman langsung tentang iman atau tidak mengenal secara dekat kekuatan dan kehangatannya. Serta keprihatinan akan katekese menjadi suatu pewartaan formal yang terbatas pada penjelasan sederhana tentang konsep-konsep iman, padahal merupakan cakrawala hidup baru yang terbuka lebar dan itu tidak memungkinkan untuk mendalami iman itu sendiri, melainkan harus menunjukkan kegembiraan dari perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Karena banyak umat yang sekarang meminta atau telah menerima rahmat sakramen-sakramen sering tidak mempunyai pengalaman langsung tentang iman atau tidak mengenal secara dekat kekuatan dan kehangatannya. Untuk menjawab tuntutan ini, Gereja melihat kembali akan pentingnya sifat katekese yang kerygmatik.
Arti kerygma dalam Gereja Katolik, adalah pewartaan Injil yang awal dan esensial. Ini mengacu pada pesan inti iman Kristen yang dipanggil untuk diberitakan oleh semua orang percaya, dengan menekankan pribadi Yesus Kristus dan keselamatan yang ditawarkan melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Pribadi Yesus Kristus terpancar dalam kesaksian dari orang yang mewartakan-Nya; oleh karena itu, Gereja harus dapat mewujudkan kerygma bagi kebutuhan-kebutuhan orang-orang sezamannya, dengan menyokong dan meneguhkan bahwa dari bibir-bibir para katekis (bdk. Rom 10:8-10), hidup seorang saksi yang telah mengalami keselamatan, menjadi hal yang menyentuh dan menggerakkan teman bicara.Â
Inilah yang dimaksud pendalaman kerygma, yang mendarah daging semakin mendalam dan terus-menerus menerangi karya katekese. Karena semua pembinaan Kristiani merupakan pendalaman kerygma. Dari katekese kerygma berkembanglah pewartaan-pewartaan yang dapat dipercaya, pengakuan-pengakuan iman yang hidup. Akhirnya, tugas katekis adalah menggemakan kembali pewartaan awal agar tidak lagi dipertimbangkan sebagai tahap pertama iman semata, persiapan katekese, tetapi sebagai dimensi konstitutif atau dimensi yang membangun dari setiap momen katekese.Â
 Untuk dapat menggemakan kembali pewartaan awal agar tidak lagi dipertimbangkan sebagai tahap pertama iman semata, persiapan katekese, tetapi sebagai dimensi konstitutif atau dimensi yang membangun dari setiap momen katekese. Terdapat beberapa unsur yang perlu dihargai: karakter usulan; kualitas naratif, afektif dan eksistensial; dimensi kesaksian iman; sikap relasional; nuansa keselamatan.Â
Karakter usulan :Â
Karakter usulan ini berakar pada narasi keselamatan, menekankan kisah kasih dan penebusan Tuhan melalui Yesus Kristus dan kehendak manusia yang besar untuk menanggapinya.Â
Kualitas afektif :
Kualitas afektif dari katekese tidak hanya tentang pemahaman intelektual tetapi juga tentang keterlibatan emosional dan afektif. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan perasaan cinta, syukur, dan kagum pada orang yang mendengar pesan tersebut, menumbuhkan rasa keterhubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.Â
Kualitas eksistensial :Â
Kualitas eksistensial bukan hanya tentang konsep-konsep abstrak tetapi tentang implikasi eksistensial dari iman. Hal ini bertujuan untuk membantu individu memahami bagaimana iman mereka dapat dihayati dalam kehidupan sehari-hari, menjadikannya pengalaman pribadi dan praktis.Â