Mohon tunggu...
ariq nabagakan
ariq nabagakan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka aja

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Identitas Katekese

13 Mei 2024   20:56 Diperbarui: 14 Mei 2024   13:19 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katekese adalah kegiatan yang dengannya Sabda Allah terus-menerus disebarkan dengan cara yang hidup dan efektif, dan yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang Yesus Kristus, baik Pribadi-Nya maupun pesan penyelamatan-Nya, terdiri dari pendidikan iman yang teratur danberkembang, digabungkan dengan suatu proses yang berkesinambungan atau pendewasaan dalam iman yang sama. Kristus adalah pusat keselamatan dan, oleh karena itu, Kristosentrisitas adalah hakikat semua katekese otentik.

Dalam mewartakan kabar sukacita, Gereja dihadapi dengan tantangan terkait katekese tantangan di dunia kontemporer. Gereja mengkhawatirkan akan banyaknya umat yang sekarang meminta atau telah menerima rahmat sakramen-sakramen sering tidak mempunyai pengalaman langsung tentang iman atau tidak mengenal secara dekat kekuatan dan kehangatannya. Serta keprihatinan akan katekese menjadi suatu pewartaan formal yang terbatas pada penjelasan sederhana tentang konsep-konsep iman, padahal merupakan cakrawala hidup baru yang terbuka lebar dan itu tidak memungkinkan untuk mendalami iman itu sendiri, melainkan harus menunjukkan kegembiraan dari perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Karena banyak umat yang sekarang meminta atau telah menerima rahmat sakramen-sakramen sering tidak mempunyai pengalaman langsung tentang iman atau tidak mengenal secara dekat kekuatan dan kehangatannya. Untuk menjawab tuntutan ini, Gereja melihat kembali akan pentingnya sifat katekese yang kerygmatik.

Arti kerygma dalam Gereja Katolik, adalah pewartaan Injil yang awal dan esensial. Ini mengacu pada pesan inti iman Kristen yang dipanggil untuk diberitakan oleh semua orang percaya, dengan menekankan pribadi Yesus Kristus dan keselamatan yang ditawarkan melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Pribadi Yesus Kristus terpancar dalam kesaksian dari orang yang mewartakan-Nya; oleh karena itu, Gereja harus dapat mewujudkan kerygma bagi kebutuhan-kebutuhan orang-orang sezamannya, dengan menyokong dan meneguhkan bahwa dari bibir-bibir para katekis (bdk. Rom 10:8-10), hidup seorang saksi yang telah mengalami keselamatan, menjadi hal yang menyentuh dan menggerakkan teman bicara. 

Inilah yang dimaksud pendalaman kerygma, yang mendarah daging semakin mendalam dan terus-menerus menerangi karya katekese. Karena semua pembinaan Kristiani merupakan pendalaman kerygma. Dari katekese kerygma berkembanglah pewartaan-pewartaan yang dapat dipercaya, pengakuan-pengakuan iman yang hidup. Akhirnya, tugas katekis adalah menggemakan kembali pewartaan awal agar tidak lagi dipertimbangkan sebagai tahap pertama iman semata, persiapan katekese, tetapi sebagai dimensi konstitutif atau dimensi yang membangun dari setiap momen katekese. 

 Untuk dapat menggemakan kembali pewartaan awal agar tidak lagi dipertimbangkan sebagai tahap pertama iman semata, persiapan katekese, tetapi sebagai dimensi konstitutif atau dimensi yang membangun dari setiap momen katekese. Terdapat beberapa unsur yang perlu dihargai: karakter usulan; kualitas naratif, afektif dan eksistensial; dimensi kesaksian iman; sikap relasional; nuansa keselamatan. 

  1. Karakter usulan : 

Karakter usulan ini berakar pada narasi keselamatan, menekankan kisah kasih dan penebusan Tuhan melalui Yesus Kristus dan kehendak manusia yang besar untuk menanggapinya. 

  1. Kualitas afektif :

Kualitas afektif dari katekese tidak hanya tentang pemahaman intelektual tetapi juga tentang keterlibatan emosional dan afektif. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan perasaan cinta, syukur, dan kagum pada orang yang mendengar pesan tersebut, menumbuhkan rasa keterhubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. 

  1. Kualitas eksistensial : 

Kualitas eksistensial bukan hanya tentang konsep-konsep abstrak tetapi tentang implikasi eksistensial dari iman. Hal ini bertujuan untuk membantu individu memahami bagaimana iman mereka dapat dihayati dalam kehidupan sehari-hari, menjadikannya pengalaman pribadi dan praktis. 

  1. Dimensi kesaksian iman : 

Terdapat berbagai dimensi kesaksian iman, seperti kesaksian orang-orang kudus, ajaran Gereja, dan pengalaman pribadi umat beriman. Pendekatan multidimensi ini membantu memberikan pemahaman komprehensif tentang iman Kristen. 

  1. Sikap relasional : 

Sikap relasional juga merupakan salah satu unsur penting dalam katekese. Sikap relasional menekankan pentingnya membina hubungan pribadi dan intim antara katekis dan katekumen. Sikap relasional ini berakar pada pemahaman bahwa katekese bukan hanya tentang menyebarkan pengetahuan tetapi juga tentang membentuk hubungan yang mendalam dan langgeng dengan Yesus Kristus. Ini mendorong perjumpaan pribadi dan intim dengan Yesus Kristus, menumbuhkan rasa persahabatan dan persekutuan dengan Tuhan. 

  1. Nuansa keselamatan :

Nuansa keselamatan menekankan bahwa ini bukan hanya tentang keselamatan individu tetapi juga tentang keselamatan dunia. Hal ini mendorong individu untuk melihat iman mereka sebagai panggilan untuk misi dan pelayanan, bekerja menuju kebaikan yang lebih besar. 

Dari unsur-unsur tersebut, terlihat jelas bahwa bukan hanya dimensi rohani yang terungkap dari katekese; dimensi sosial pada akhirnya terungkap. Ini berarti bahwa keberhasilan katekese tampak bukan hanya melalui pewartaan langsung Paskah Tuhan, melainkan juga dengan menunjukkan visi baru tentang hidup, manusia, keadilan, kehidupan sosial, seluruh kosmos timbul dari iman, juga melalui perwujudan tanda-tanda nyata atau singkatnya katekese yang bersifat inkarnasional. Penerangan injil tidak akan lengkap bila tidak memperhitungkan interaksi yang terus menerus antara Injil dan hidup manusia yang konkret, baik dalam kehidupan pribadi maupun hidup sosial. Selain itu, penerangan injil terhadap hidup berkomunitas bukanlah momen kedua yang secara kronologis berbeda dari pewartaan iman itu sendiri.. Maka dari itu, katekese sebagai pewartaan iman harus mencakup seluruh dimensi hidup manusia, bahkan dari awal pewartaan. 

Tujuan dari katekese ialah menghubungkan manusia dengan Yesus Kristus; hanya Dialah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal kudus. Panggilan untuk bersekutu dengan Allah dalam kasih-Nya menuntut penyerahan diri secara holistik. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5) Dari ayat ini secara implisit menjelaskan bahwa, katekese membentuk spiritualitas Kristiani, menyelaraskan seluruh pribadi dengan Injil.  Katekese bertujuan untuk membentuk pribadi seutuhnya, mencapai pertobatan, yang mencakup aspek spiritual, emosional, dan intelektual seseorang, yang merupakan aspek kunci spiritualitas Kristiani. 

Pengakuan iman kepada satu-satunya Allah : Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus melekat pada Permandian, dengan kehendak bebas mereka mengikat diri pada komitmen dengan penuh tanggung jawab pada pewartaan awal, bersifat Tritunggal. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Mat 28:19), formula Trinitarian dari pembaptisan memberikan makna secara simbolis menyatukan mereka ke dalam kehidupan Tritunggal, menjadikan mereka bagian dari keluarga ilahi. Dia yang berbalik kepada Yesus Kristus dan mengakui-Nya sebagai Tuhan melalui pemakluman pertama Injil, memulai suatu proses, yang dengan bantuan katekese, membawa orang kepada pengakuan yang nyata akan Tritunggal. Walaupun  pengakuan tersebut merupakan tindakan pribadi, akan tetapi akan penuh jika dilakukan dalam Gereja. Karena secara simbolis menggabungkan penerimanya ke dalam kehidupan Tritunggal, menjadikan mereka bagian dari keluarga ilahi

 

Katekese mengusahakan beberapa tugas yang saling terkait untuk mencapai tujuannya. Tugas-tugas ini diinspirasi oleh cara Yesus mendidik para murid-Nya: Dia mengajarkan mereka misteri-misteri Kerajaan, mengajarkan mereka berdoa, mengajarkan sikap Injili, mendorong mereka untuk hidup dalam persekutuan dengan Dia dan di antara mereka, dan menjalankan perutusan. Ini tidak lain adalah cara menyampaikan Kabar Baik, sebagaimana komunitas Kristiani telah menerimanya, menghargainya, merayakannya, menghayatinya dan mengkomunikasikannya dengan berbagai cara.: mengantar kepada pengenalan iman; memulai perayaan Misteri; membina hidup di dalam Kristus; mengajar berdoa; dan memperkenalkan hidup berkomunitas.

C. Penutup

Maka dari itu, identitas serta hakekat katekese yang adalah kristosentris mendorong para katekis untuk menggemakan kembali pewartaan awal agar tidak lagi dipertimbangkan sebagai tahap pertama iman semata, tetapi sebagai dimensi yang membangun dari setiap momen katekese. Enam unsur katekese sebagai pewartaan iman harus mencakup seluruh dimensi hidup manusia; identitas katekes inkarnasional, bahkan dari awal pewartaan.  Ini tidak lain adalah cara menyampaikan Kabar Baik, sebagaimana komunitas Kristiani telah menerimanya, menghargainya, merayakannya, menghayatinya dan mengkomunikasikannya dengan berbagai cara.: mengantar kepada pengenalan iman; memulai perayaan Misteri; membina hidup di dalam Kristus; mengajar berdoa; dan memperkenalkan hidup berkomunitas. Katekese bertujuan untuk membentuk pribadi seutuhnya, mencapai pertobatan, yang mencakup aspek spiritual, emosional, dan intelektual seseorang, yang merupakan aspek kunci spiritualitas Kristiani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun