Sore itu, Surasmi (56 tahun) membereskan kamar putra sulungnya, Anton Saputra (27 tahun), sambil bersenandung ringan. Kamar tersebut akan ditempati Anton beberapa hari ke depan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri di rumah. Sudah setahun Anton bekerja di Jakarta. Pasca ditinggal meninggal suaminya dua tahun silam, praktis Surasmi banyak mendiskusikan berbagai hal kepada Anton, termasuk berbagai keperluan lebaran. Mengingat dua adik Anton masih duduk di bangku sekolah, yakni kelas 2 SMK dan kelas 3 SMP.
Setelah selesai membereskan kamar anto, teman Anton, Adi Gunawan datang didampingi tetangga kanan kiri Surasmi membawa kabar duka itu. Adi tak kuasa menahan air matanya, meskipun sebenarnya tidak sampai hati menyampaikan kabar duka tersebut kepada Surasmi. Dengan terbata-bata, Adi menyampaikan kabar duka tersebut. Surasmi nampak linglung, lalu tiba-tiba menangis histeris memecahkan sore yang sepi. Tangisan Surasmi menggetarkan siapapun yang mendengarnya. Ibu-ibu yang merupakan tetangga Surasmi berusaha menenangkannya dengan memegangi Surasmi yang meronta-ronta histeris.
Suratmi tidak percaya, Anton Saputra, putra sulung kebanggaannya yang telah setahun dirindu karena bekerja di Jakarta, harus pulang dalam keadaan meninggal dunia karena sepeda motornya tertabrak truk. Pupus sudah mimpi Surasmi berkumpul bersama putra sulungnya di Hari Raya Idul Fitri. Momentum kebahagiaan Lebaran untuk melepas rindu itu seketika berubah menjadi duka mendalam bagi Surasmi sekeluarga, betapa tidak, Anton adalah anak kebanggaan Surasmi yang baru satu tahun mendapatkan pekerjaan di Jakarta setelah bersusah payah berhasil menyelesaikan kuliahnya satu tahun silam. Terlebih, Anton juga telah siap mempersunting kekasih tercintanya pada Musim Haji mendatang.
Kisah pilu seperti di atas banyak kita jumpai saat momentum arus mudik lebaran, baik melalui media massa maupun melalui kejadian yang menimpa di sekitar tempat tinggal kita. Betapa, momentum kebahagiaan Lebaran tersebut  tiba-tiba harus berubah menjadi duka mendalam karena kecelakaan sepeda motor, baik yang menyebabkan korban tewas, korban luka berat maupun luka ringan. Duka mendalam tersebut tidak hanya dirasakan oleh keluarga korban tewas, mulai dari orang tua tercinta, anak, saudara, keluarga besar, kekasih tercinta, sahabat, tetapi juga dirasakan oleh lingkungan tempat tinggal korban. Untuk terhindar dari hal tersebut –berubahnya momentum kebahagiaan Lebaran menjadi duka mendalam secara tiba-tiba- penulis menghimbau masyarakat untuk tidak menggunakan sepeda motor pada musim mudik dan musim balik Lebaran 2017.
Hal tersebut bukan tanpa dasar, seperti diketahui, pengendara sepeda motor memiliki resiko yang lebih besar mengalami kecelakaan di jalan raya saat arus mudik maupun arus balik Lebaran dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi lain seperti bus, kereta api, pesawat terbang, maupun kapal. Pengendara sepeda motor menempuh perjalanan jauh saat volume kendaraan di jalan raya sangat padat. Mereka akan cepat kelelahan yang berimbas pada hilangnya konsentrasi saat berkendara. Hal ini tidak hanya membahayakan pengendara sepeda motor itu sendiri, tetapi juga membahayakan moda transportasi lain yang kemudian sangat rawan menyebabkan kecelakaan massal. Kecelakaan sepeda motor mendominasi angka kecelakaan pada 2016 silam yang menyentuh angka 70%. Korban tewas tahun 2015 akibat sepeda motor tercatat 694 korban tewas, sementara tahun 2016 tercatat 558 korban tewas.
Sepeda motor yang digunakan masyarakat untuk mudik ke kampung halaman dalam catatan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia pada Tahun 2016 berjumlah 5,14 juta, sementara tahun 2017 diprediksi meningkat menjadi 6,07 Juta sepeda motor atau naik 18,18%. Dari angka tersebut dapat kita bayangkan, bagaimana kepadatan arus jalan raya, bukan? Pantas saja, mudik menggunakan sepeda motor menjadi sangat berbahaya karena apabila terjadi kecelakaan sepeda motor, tubuh pengendara sendirilah yang akan langsung terjatuh dan dapat menimpa atau tertimpa apapun, karena tubuh pengendara tidak ada yang melindungi.
Mengingat resiko kecelakaan yang tinggi ini, pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan mudik maupun perjalanan balik tanpa menggunakan sepeda motor. Bahkan, pemerintah beserta berbagai mitra kerja menyediakan mudik gratis baik untuk mengangkut penumpang dan sepeda motor ke kampung halaman mereka. Untuk sepeda motor Pemerintah menyediakan fasilitas mengangkut gratis menggunakan kereta api dan kapal laut. Untuk tahun 2017, dengan menggunakan kereta api pemerintah menargetkan dapat mengangkut 8.352 sepeda motor pada arus mudik, dan 9.744 sepeda motor saat arus balik. Sementara dengan menggunakan kapal laut, pada arus mudik pemerintah menargetkan mengangkut 3.000 sepeda motor, sementara 2.000 sepeda motor pada arus balik.
Fasilitas mudik gratis penumpang dan sepeda motor dari pemerintah dan mitra kerja ini sayang banget kalau kita lewatkan. Lumayan banget kan, anggaran yang sebelumnya kita alokasikan untuk ongkos mudik, bisa kita alokasikan untuk hal lain, misalnya untuk membelikan perhiasan buat ibu tercinta di rumah, wah pasti kebahagiaan ibu tercinta di rumah semakin berlipat-lipat dengan kehadiran kita yang sampai di kampung halaman dengan selamat, ditambah kado spesial dari kita.
Penulis sendiri #SiapUntukMudik menggunakan moda transportasi bus karena menurut penulis, bus memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lain. Tinggal datang tepat waktu, naroh barang di bagasi, duduk nyaman di kursi kita yang bisa kita atur sesuai kebutuhan, dan terlelap di dalam bus yang dingin dengan selimut tebal dan bantal kepala berisi pasir dingin yang nyaman, aduh nikmat banget!
Well, Namanya juga mudik lebaran, bus kemungkinan akan terjebak macet di jalan sehingga durasi tempuh menjadi lebih lama, yasudahsih berangkat lebih awal saja, misalnya H-5 Lebaran sebagai antisipasi kemacetan sekaligus agar punya waktu untuk istirahat di rumah sebelum Lebaran, maupun untuk nyekar ke makam leluhur di kampung halaman. Gag seru juga keuleus!, yang lain udah Sholat Ied, eh kita masih terjebak macet di jalan. Udah gag kebayang! bakal seru banget menikmati perjalanan mudik dari dalam bus sambil melihat pemandangan mudik sepanjang perjalanan. Pokoknya, berbeda banget dengan pengendara sepeda motor yang harus repot-repot nyetir sendiri, harus kecapekan, kepanasan, kehausan dan rawan kecelakaan. Selain lebih aman dan nyaman, tubuh akan lebih fit jika perjalanan mudik dan perjalanan balik menggunakan bus. Well,mengingat nyawa kita cuma satu, please jangan naik pakai motor!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H