Tidak semua orang bisa menerima gaya percakapan ini
Akan sangat disayangkan apabila kemudian trend percakapan ini menyebabkan adanya jarak antar individu yang mengarah kepada konflik pribadi. Memahami bagaimana karakter individu yang diajak bicara penting dilakukan untuk menghindari kemungkinan adanya konflik. Terlebih tidak semua orang memahami percakapan saling cela yang dihadirkan sehingga kesalahpahaman sangat mungkin terjadi oleh lawan bicara dan akan berdampak negatif bagi hubungan keduanya. Tau papan tau panggonan,peribahasa dalam Bahasa Jawa yang kurang lebih bermakna; kita sebagai manusia harus pintar beradaptasi, dalam hal ini; dalam berinteraksi dengan orang lain, hendaknya kita juga memerhatikan bagaimana kondisi orang atau masyarakat yang kita ajak bicara.
Menghidupkan kembali sikap saling memuji
Sebagai antisipasi untuk menghindari kemungkinan terjadinya konfilk dengan lawan bicara kita, nampaknya sikap saling memuji yang notabene selalu diajarkan orang tua dan para pendidik kepada kita terdahulu perlu kembali dihidupkan. Sikap saling memuji ini juga sarat dengan nilai-nilai kesantunan yang akan berdampak positif pula kepada bagaimana orang lain memandang diri kita. Terlebih sikap saling memuji ini juga merupakan cara membangun sebuah hubungan harmonis dengan lawan bicara sehingga akan memperkecil peluang terjadinya konflik. Memuji secara wajar lawan bicara bisa menumbuhkan rasa empati diantara kedua belah pihak sehingga akan terbangun sebuah hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan. Tetapi apakah sikap saling memuji saja cukup? Tentu saja tidak. Sangat manusiawi apabila seseorang memiliki sejuta wajah, di depan orang mungkin bisa saja saling memuji, tetapi ketika tidak saling berhadapan, mereka justru saling menjatuhkan. Hal-hal seperti ini juga dapat memicu terjadinya konflik, bukan? Your mouth is definedly described who you are! Jadi sikap saling memuji bukan hanya dilakukan didepan lawan bicara kita tetapi juga kita lakukan ketika kita tidak saling berhadapan. Penulis yakin, semangat positivisme dalam berinteraksi sosial ini tidak hanya meminimalisir terjadinya konflik-konflik kecil di antara individu, tetapi juga berdampak luas pada kondisi psikologi yang sehat di kalangan individu itu sendiri. Kita bisa memulai menjadi pribadi yang selalu berbicara baik dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Dengan langkah kecil kita untuk memulai berbicara baik, Indonesia juga akan selalu berbicara baik.
Jadi tunggu apa lagi, ayo ubah trendpercakapansaling cela ini dengan sikap saling memuji!
Ari Purwadi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS Surakrta & Announcer Radio MHFM Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H