Mohon tunggu...
Arif Triadi Utomo
Arif Triadi Utomo Mohon Tunggu... Seniman - Pelakon

Pegiat teater, pecinta film, dan pengagum seni budaya. email: ariptriadi18@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Serial The Penguin - Lahirnya "Villain" Sungguhan Tanpa Embel-Embel "Anti-Hero"

18 November 2024   16:00 Diperbarui: 18 November 2024   16:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://www.imdb.com

Kepopuleran genre superhero tak diragukan lagi mengalami peningkatan yang sangat pesat selama dua dekade terakhir ini. Seiring dengan kepopulerannya, perkembangan cerita pada genre tersebut juga menjadi semakin beragam. Dari segi karakter misalnya, kini kita akan jarang menjumpai cerita yang mana karakter-karakternya sekadar hitam atau putih. Dengan sudut pandang yang lebih realistis, genre superhero mulai mengaburkan garis yang membatasi baik dan buruk.

Karakter yang biasa disebut dengan istilah villain, pada awalnya dihadirkan sebagai musuh dari sosok superhero yang menjadi protagonis cerita. Dengan segala tipu muslihat dan usaha liciknya untuk menjatuhkan superhero tersebut, karakter villain ada agar kita sebagai penonton mendukung karakter superhero untuk mengalahkannya. Namun, tak jarang karakter villain justru menarik perhatian yang cukup besar dari penonton, bahkan bisa menandingi perhatian yang didapatkan oleh karakter superhero. Sebut saja misalnya Joker dan Loki, dua karakter ini sangat terkenal di kalangan para penggemar genre superhero. Saking terkenalnya, ketenaran mereka bahkan hampir menyamai Batman dan Thor, dua superhero yang menjadi musuh bebuyutannya. Sebagian dari penggemar biasanya sekadar menyukai akting dari para aktor yang memainkan peran villain tersebut, namun ada juga yang menyukai mereka karena memahami motivasi dibalik perilaku menyimpang yang mereka lakukan. Fenomena itulah yang melatarbelakangi munculnya berbagai spinoff yang berfokus pada karakter villain.

Dengan adanya kesempatan tambahan bagi kita para penonton untuk melihat lebih jauh seperti apa masa lalu karakter-karakter tersebut, kita dapat melihat dunia dari sudut pandang mereka. Karakter yang awalnya kita benci, perlahan-lahan justru menjadi karakter yang relate dengan kita. Ternyata, mereka yang disebut villain itu hanyalah sosok yang pernah dirugikan di masa lalu. Ketika kita menyadari siapa sebenarnya mereka, kita mulai menganggap mereka adalah bagian dari diri kita. Istilah villain atau penjahat mulai memudar dan berganti menjadi anti-hero, karena nyatanya mereka tidak sejahat itu dan hanya sekadar berseberangan dengan karakter superhero.

Sayangnya, tidak sedikit juga penggemar yang tidak setuju dengan perkembangan cerita semacam itu. Banyak yang beranggapan bahwa sosok penjahat atau villain seharusnya tetap menjadi jahat dari awal sampai akhir, tanpa memberi ruang bagi kita untuk bersimpati pada mereka. Perkembangan alur cerita yang membuat para penonton memiliki alasan untuk bersimpati pada karakter villain malah justru merusak esensi karakter tersebut. Di situlah serial The Penguin hadir untuk mengembalikan citra villain yang otentik dan terhina.

Serial The Penguin merupakan spinoff dari film The Batman yang tayang pada tahun 2022 lalu. The Batman sendiri merupakan salah film Batman dengan pendekatan karakter yang cukup berbeda. Film tersebut cenderung lebih condong ke genre crime investigation dibandingkan dengan genre superhero pada umumnya. Hal itu tentu saja membuat tokoh Batman memiliki peran yang lebih dominan sebagai seorang detektif. Begitu juga dengan musuh-musuhnya, alih-alih menjadi karakter konyol yang tidak realistis, para tokoh antagonis di film The Batman dikemas berdasarkan karakter kriminal yang ada di dunia nyata, seperti pembunuh berantai atau mafia.

The Penguin merupakan sebutan untuk salah satu karakter mafia yang menjadi musuh Batman. Disebut demikian karena ia memiliki hidung yang sangat mancung sehingga menyerupai paruh burung. Ditambah lagi dengan gaya berjalannya yang pincang, orang-orang mulai menjulukinya dengan sebutan The Penguin. Karakter yang bernama Oswald Cobb ini diperankan oleh aktor Colin Farrel. Karakter ini mendapat perhatian khusus karena selain akting Colin Farrel yang dinilai sangat berhasil dalam membawakan salah satu musuh ikonik Batman tersebut, The Penguin juga hadir dengan pembawaan yang lebih serius dan berbahaya.

Serial The Penguin sendiri berisi mengenai kisah kembalinya Oswald Cobb pasca runtuhnya kekuasaan Carmine Falcone, mafia paling berbahaya di film The Batman. Oz---nama sapaan Oswald Cobb, yang sebelumnya merupakan orang kepercayaan Carmine Falcone, mulai berusaha melebarkan sayapnya untuk merebut tahta yang masih kosong dan bertekad menjadi bos paling berpengaruh di kota Gotham. Perjalanan untuk meraih posisi tertinggi tentu tidaklah mudah, bahkan tidak sekali dua kali Oz hampir kehilangan nyawanya sendiri. Karena bukan hanya ia sendiri yang menginginkan tahta kosong itu, ditambah lagi dengan kembalinya Sofia Falcone, anak perempuan dari Carmine Falcone yang baru saja bebas dari Rumah Sakit Jiwa Arkham. Tapi di sinilah daya tarik karakter The Penguin, ia selalu saja mampu mengembalikan keadaan meski di menit terakhir.

sumber gambar: https://www.imdb.com
sumber gambar: https://www.imdb.com

Meskipun Oswald Cobb memang memiliki daya tarik tersendiri, serial ini benar-benar memastikan bahwa sosok tersebut bukanlah sosok yang patut dipuja. Sejak kecil, Oz sudah diperlihatkan memiliki tanda-tanda yang menyimpang. Mulai dari sengaja meninggalkan kedua saudaranya terkunci di gorong-gorong dan tenggelam, hingga obsesi yang berlebihan terhadap ibunya. Ya, dalam serial ini, penonton disuguhi fakta yang cukup mengganggu, yaitu Oz ternyata memiliki Oedipus complex, kondisi di mana ia memiliki ketertarikan seksual pada ibunya. Ia bahkan merasa cemburu ketika ibunya akrab dengan kedua saudaranya, dan itu menjadi salah satu alasan Oz tega menyingkirkan mereka berdua.

Hingga ia beranjak dewasa dan menjadi sosok The Penguin, ia tak segan-segan menipu dan mengkhianati sekutu di samping kiri-kanannya. Semua ia lakukan demi melindungi kepentingan pribadinya. Salah satu momen yang paling mengernyitkan dahi adalah ketika Oz tega menghabisi Victor Aguilar, anak muda yang setia menjadi tangan kanannya. Oz beralasan bahwa Victor sudah ia anggap sebagai keluarganya dan keluarga hanya akan membatasi dirinya.

Oswald Cobb ialah seorang narsistik sejati. Ia selalu memiliki impian untuk menjadi sosok yang didambakan banyak orang, namun di saat yang sama ia sama sekali tidak menganggap keberadaan orang lain. Satu-satunya orang yang ia anggap berarti, hanyalah ibunya yang mana justru menjadi tawanannya sendiri. Oz merasa bahwa ia memiliki janji pada ibunya, untuk menjadi seorang raja, tanpa menyadari bahwa sebenarnya ia hanya berjanji pada dirinya sendiri. Orang lain hanya ada untuk memberinya alasan dalam menghalalkan segala cara.

Serial The Penguin sedikit banyak mengingatkan kita akan The Sopranos, serial legendaris mengenai Tony Soprano, salah satu karakter mafia fiksi paling ikonik sepanjang masa. Latar suasana kota Gotham yang didasarkan pada kota New York, Amerika Serikat juga menambah kesan dunia mafia yang otentik. Aksen orang-orang New York yang kental juga sering digunakan oleh tokoh-tokoh dalam serial yang tayang di HBO Max ini. Semua itu membuat serial yang awalnya hanya merupakan secuil kisah dari saga film The Batman, menjadi sebuah mahakarya yang patut ditonton oleh para penggemar genre crime.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun