Mohon tunggu...
Arif Triadi Utomo
Arif Triadi Utomo Mohon Tunggu... Seniman - Pelakon

Pegiat teater, pecinta film, dan pengagum seni budaya. email: ariptriadi18@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

The Suicide Squad (2021): Makin Brutal dengan Karakter yang Makin Beragam

8 Agustus 2021   05:00 Diperbarui: 10 Agustus 2021   13:25 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suicide Squad (2016) |Dok Warner Bros via https://variety.com

The Suicide Squad baru saja dirilis secara global pada tanggal 6 Agustus kemarin dan hingga saat ini masih belum berhenti membuat para penggemar di seluruh dunia berdecak kagum. 

Berbagai kritik positif dari kritikus-kritikus film terus membanjiri film yang disutradarai oleh James Gunn ini. Pada laman Rotten Tomatoes, film ini juga mendapat predikat certified fresh dengan skor mencapai 92%.

Film DC yang bercerita tentang sekelompok penjahat super dari penjara Belle Reve ini merupakan sekuel dari film Suicide Squad yang rilis 2016 lalu. Masih dengan alur utama cerita yang sama, film ini berfokus pada Amanda Waller, sosok yang bertanggung jawab dibalik terbentuknya Task Force X, yaitu unit operasi khusus yang beranggotakan para kriminal berbahaya. 

Mereka dipilih secara pribadi oleh Waller dan diberi tugas berat untuk membela negara, dengan imbalan pengurangan masa tahanan sepuluh tahun. 

Begitu beratnya misi yang diberikan sehingga muncul istilah “suicide squad” (kelompok bunuh diri), karena seakan-akan mereka pergi hanya untuk mencari mati. Meskipun begitu, ada banyak aspek dan hal baru yang membuat film ini terasa berbeda dan lebih mengena dibandingkan dengan film sebelumnya.

The Suicide Squad| Dokumentasi Warner Bros via https://www.imdb.com
The Suicide Squad| Dokumentasi Warner Bros via https://www.imdb.com

LEBIH BRUTAL, dengan komedinya yang makin liar

Satu pertanyaan yang dapat menggambarkan betapa layaknya film The Suicide Squad mendapat rating R (restricted/dewasa) adalah; apa jadinya jika sebuah film superhero dibuat dengan gaya Quentin Tarantino? 

Bagi yang sudah pernah menonton Once Upon a Time in Hollywood, pasti tidak asing dengan sosok Quentin Tarantino; sutradara eksentrik yang terkenal akan sentuhan violence dalam tiap filmnya. 

Di sini James Gunn sangat berhasil memasukkan unsur kekerasan ala Tarantino ke dalam film garapannya. Begitu banyak adegan brutal berdarah-darah yang ditata dengan sangat indah. Dan yang paling penting, sesuai dengan konsep cerita.

Dalam satu kesempatan, Gunn pernah berkata bahwa akan ada banyak adegan pembunuhan dalam film The Suicide Squad ini. Dan kalimat ‘don’t get too attached’ yang menjadi tagline dari film ini mengisyaratkan kita untuk jangan terlalu terpaku pada salah satu tokoh. 

Siapa yang tahu berapa lama tokoh itu akan bertahan? Karena memang benar adanya, begitu banyak pembunuhan sadis yang terjadi.

Selain unsur kekerasan, belum pantas disebut Rated R rasanya jika tidak ada kata-kata makian atau F-word. Dari awal hingga akhir film, sebagian besar dialog selalu diwarnai dengan kata-kata kotor yang membuat film ini tidak pas jika ditonton bersama anak-anak. Meski di sisi lain, unsur guyonan dewasa dari film ini justru diperkuat dengan adanya kata-kata kotor tersebut. 

Salah satu contohnya adalah chemistry dari dua karakter baru yaitu Bloodsport yang diperankan oleh Idris Elba dan Peacemaker yang diperankan oleh John Cena. 

Dengan kemampuan spesial yang hampir sama, mereka berdua selalu bersaing untuk membuktikan siapa yang lebih baik. Umpatan demi umpatan dan berbagai tingkah konyol kerap mewarnai interaksi dua karakter sentral ini. 

Selain dua tokoh tersebut, ada banyak tokoh baru dengan sisi komedinya masing-masing sehingga meskipun terdapat banyak adegan brutal, penonton akan tetap terhibur dengan tingkah konyol dari para anggota Task Force X ini.

LEBIH BANYAK KARAKTER, character development-nya juga lebih jelas

Bicara soal karakter, film The Suicide Squad ini memang menghadirkan lebih banyak karakter dibandingkan dengan film pertamanya. Tak heran sebelum sekuel ini dirilis, para penggemar merasa khawatir dengan pengembangan tiap karakter yang begitu beragam, apalagi mengingat film sebelumnya dinilai gagal dalam membawakan beberapa karakter sentral.

Gunn sepertinya sangat paham akan hal itu dan benar-benar memperhitungkan eksistensi tiap tokoh yang ia bawa. Mulai dari karakter sentral atau mayor hingga karakter minor, semua memiliki porsi screen time yang cukup dan selaras dengan pengembangan karakternya.

Dan bicara soal pengembangan karakter, tokoh-tokoh baru seperti Ratcatcher 2, Bloodsport, Peacemaker, King Shark hingga Polka-Dot Man, semua ditulis dengan sangat rapi sehingga tidak tertinggal dalam bayang-banyak Rick Flag, Harley Quinn dan Captain Boomerang yang lebih dulu debut di Suicide Squad tahun 2016. 

Bayangkan saja, karakter konyol macam Polka-Dot Man pun bisa dikembangkan menjadi karakter dengan latar belakang yang lebih serius dan lebih kelam, hal itu sekaligus memberikan penjelasan yang lebih dalam terhadap kemampuan khusus miliknya. 

Gunn juga cukup berani untuk menghadirkan karakter Starro the Conqueror yang menjadi villain utama cerita ini. Bagi penggemar komik DC, Starro dikenal sebagai musuh pertama yang pernah dihadapi oleh Justice League

Tentu akan sangat berisiko untuk mengadaptasi karakter sepenting ini ke dalam sebuah film, dan sekali lagi Gunn membuktikan bahwa dia tidak main-main saat menentukan karakter apa saja yang akan dia sertakan dalam film ini. 

Starro the Conqueror pada akhirnya berhasil menjadi lawan yang sepadan saat dihadapkan dengan para anggota Suicide Squad

Sebegitu berhasilnya James Gunn dalam menghidupkan karakter-karakter baru hingga akhirnya studio Warner Bros langsung menunjuk Gunn untuk menyutradarai serial spin-off yang berfokus pada karakter Peacemaker, dengan John Cena yang akan mengulangi perannya.

LEBIH SUKSES, bukti bahwa kebebasan kreatif itu perlu

Setuju atau tidak setuju, sejauh ini film The Suicide Squad versi James Gunn lebih baik dari Suicide Squad versi David Ayer, terlepas dari segala kontroversi yang ada. Mengapa? 

Baru-baru ini David Ayer sempat memberikan pernyataan bahwa film Suicide Squad yang dirilis 2016 lalu itu bukanlah Suicide Squad “miliknya”, karena kabarnya Warner Bros terlalu mengintervensi cerita sehingga tidak sejalan dengan apa yang diinginkan sang sutradara dan mengakibatkan jatuhnya rating film tersebut. 

Di sisi lain, salah satu alasan mengapa The Suicide Squad versi James Gunn bisa dibilang lebih sukses adalah karena adanya kebebasan creative control yang diberikan Warner Bros pada Gunn. 

Entah itu karena kedua film ini memiliki eksekutif produser yang berbeda dan dengan kebijakan yang berbeda pula atau semata-mata karena perbedaan nasib kedua sutradara, yang jelas dari sini dapat disimpulkan bahwa kebebasan sutradara dalam mengatur jalan cerita itu sangat diperlukan. 

Ironisnya, Warner Bros memiliki catatan yang cukup buruk akan hal itu, khususnya dalam menangani film adaptasi komik DC.

Suicide Squad (2016) |Dok Warner Bros via https://variety.com
Suicide Squad (2016) |Dok Warner Bros via https://variety.com

Beberapa penggemar hingga saat ini bahkan masih menyalahkan WB (Warner Bros) terkait gagalnya gerakan #RestoreSnyderVerse yang bertujuan untuk melanjutkan visi Zack Snyder, sutradara film Justice League yang kabarnya ingin membuat sekuel, namun ditolak oleh WB. 

Bahkan ditengah kepopuleran film The Suicide Squad ini, muncul kampanye baru yang mendesak WB untuk merilis Suicide Squad 2016 versi orisinal yang ditulis oleh David Ayer, tanpa adanya intervensi dari pihak studio, namun WB tampaknya sudah menutup telinga dan ingin fokus pada jalan cerita baru yang sudah dikembangkan.

Dengan kesuksesan yang diraih oleh The Suicide Squad versi James Gunn ini, WB tampaknya memang berniat menebus kesalahannya di masa lalu, walaupun dengan cara menutup masa lalu itu sepenuhnya. 

Kendati begitu, rasanya cukup adil jika WB sedikit melunak sekali lagi dengan mendengar permintaan para penggemar dan merilis Suicide Squad Ayer Cut, setidaknya hanya sebagai fan service yang tidak memengaruhi jalan cerita baru yang sudah mereka rancang. Dengan begitu, penggemar senang, studio juga mendapat keuntungan tambahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun