Ah, tiba-tiba saya teringat buku baru karangan teman saya ini, Pak Hudjolly, Dialog Epistemologi Metafisik. Di halaman 135 saya membaca bahwa titik kelahiran ilmu pengetahuan adalah serangkaian usaha untuk memecahkan permasalahan. Lalu mengapa setelah kita berilmu pengetahuan kita masih cemburu pada kepolosan?Â
Jangan-jangan---nanti saya tanyakan ke Pak Hudjolly---kita sama sekali belum pernah memecahkan permasalahan apa pun, dan kita hanya para luguwan dan luguwati di depan pengetahuan yang satu sama lain saling menilai, menghukum, mengukur, bahkan saling menindas. Kangen sekali berbincang dengan beliau itu.Â
Orangnya sangat menyenangkan dan mungkin saja beliau akan menjawab bahwa saya sudah mendapatkan caranya, yakni telanjang saja dan biarkan orang cemburu pada kepolosan saya. Semoga beliau menjawab begitu. []
Arip Senjaya, lulusan ilmu filsafat UGM, dosen Untirta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H