Mohon tunggu...
Arip Senjaya
Arip Senjaya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, pengarang, peneliti

Pengarang buku, esai, dan karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nista

1 Juni 2022   11:08 Diperbarui: 1 Juni 2022   11:21 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya aku melarikan diri dari koran nasional yang biasa memuat karangan-karangan kami itu, sebab aku merasa ketakutan tiap kali melihat kesepianku dan kesepian dia di karangan kami masing-masing. Hidup kami masing-masing rasanya seakan bercermin pada lubang tali gantungan yang entah mengapa memaksa kami untuk menutup jendela pagi bermentari pagi, mengabaikan surat, buku, koran, majalah apa pun di meja belajar kami, dan tak yakin dengan masa depan kami masing-masing. Hampa.

Aku pun mulai mencari majalah-majalah yang dapat memuat cerita dan berkirimlah aku ke majalah-majalah tersebut tanpa pernah mengeceknya kendati aku melanggan semuanya, takut aku menemukan karangan-karangan dia sebab aku yakin dia pun mulai takut membaca karangan-karanganku dan kuyakin dia mulai berkirim ke majalah-majalah yang sama. Makin sering aku mengarang dan berkirim karangan dan makin aku abai dengan pemuatannya, makin terasa perih saja kesepianku ---juga pasti kesepian dia--- melanda hari-hariku dan hari-hari dia.

Aku hanya tahu dimuat atau tidak kalau mendapatkan kiriman wesel-wesel honorarium yang berisi berita pemuatan yang disertai judul karanganku dan tanggal pemuatannya, dan setiap aku mencairkan wesel-wesel itu ke kantor pos rasanya aku sedang mengambil upah dari jerih-payah kesepian-kesepianku. Apakah dia merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan? Merasakan sejenis nista pada diri sendiri? Aku yakin dia pun sama.

Maka ketika hari ini koran-koran kutemukan sedang heboh memberitakan kematian seorang pengarang muda berbakat, ditemukan gantung diri, aku pun segera memahami apa yang harus kulakukan agar aku dan dia tetap bersama. Tunggu saja giliranku.

Serang, 2022

Cerpen-cerpen Arip Senjaya dimuat di berbagai media nasional dan di sejumlah buku antologi bersama seperti Hujan Klise (Kompas, 2018) dan Dokter Setengah Malaikat (basabasi.co, 2019). Kumpulan cerpen pertamanya Patung Kaki Kanan (2014).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun