[caption id="attachment_343133" align="aligncenter" width="448" caption="Logo datsun - dokpri"][/caption]
Datsun adalah merk kendaraan yang dahulu pernah mengisi jalanan Indonesia. Setelah sekian lama tidak aktif, tahun ini datsun kembali meluncurkan produknya yaitu Datsun Go+ dan Datsun Go. Produk ini merupakan kendaraan LCGC di bawah bendera Nissan.
Saat ini mobil Datsun Go+ sudah mulai sering terlihat di jalan. Sepertinya sasaran produk Datsun Go+ adalah keluarga muda pengguna sepeda motor yang ingin beralih menggunakan mobil baru dengan dana terbatas. Mereka biasa disebut sebagai Risers oleh pihak Datsun. Pada kenyataannya Datsun Go+ tidak hanya menarik pengguna mobil pemula, namun juga menarik perhatian pengguna mobil tua yang sudah capek dengan segala kerepotan urusan bengkel. Termasuk saya, hehehe...
Saya sempat menggunakan SUV eropa bermesin besar selama lima tahun. Mobil keluaran tahun 2000 itu saya beli seken setelah berkonsultasi dengan bengkel spesialis dan dinyatakan kondisinya normal. Selama menggunakan mobal tua tersebut saya rutin servis ke bengkel spesialis. Namun namanya mobil tua, ketika diperjalanan beberapa kali terjadi kerusakan pada bagian mobil yang tidak diprediksi. Malah yang sudah diprediksi perlu penggantian part, tidak rusak sampai mobil tua saya dijual pertengahan tahun ini.
[caption id="attachment_343155" align="aligncenter" width="504" caption="Datsun Go Panca - dokpri"]
Saat itulah saya mulai mencari informasi tentang mobil baru yang harganya terjangkau maupun yang harganya sedikit di atas kemampuan saya. Yang sudah saya lakukan antara lain datang ke pameran untuk melihat secara fisik dan melakukan test drive beberapa buah mobil idaman baik pinjem dari dealer maupun dari teman. Kesimpulannya memang harga tidak bohong, dimana ada fasilitas lebih ada harga lebih pula yang harus dibayarkan.
Setelah dilaunchingnya Datsun Go+, saya mengikuti perkembangan berita dan bergabung ke dalam grup facebook Datsun Go+ untuk mencari informasi tentang mobil ini. Yang membuat saya tertarik dengan mobil ini adanya bangku baris ketiga, meskipun berukuran kecil hanya cocok untuk orang dengan tinggi badan maksimal 160cm. Ini cocok kebutuhan saya yang mempunyai keluarga besar, apabila tidak diperlukan kursi baris ketiga bisa dilipat untuk memperluas ruang bagasi. Selain itu Datsun Go+ menggunakan mesin dengan kapasitas 1200cc yang diatas kertas lebih besar daripada mobil LCGC lainnya. Dalam hal kapasitas mesin Datsun Go+ hanya mempunyai satu pesaing, namun ukuran body mobil pesaing lebih kecil.
Setelah Datsun Go+ mulai diserahterimakan kepada para pembeli, mulai banyak reviu dari pengguna yang bermunculan di sosial media. Reviu dari pengguna ini biasanya lebih bersifat jujur apa adanya sesuai dengan kondisi yang dirasakan. Hal ini bisa menjadi sebuah second opinion terhadap informasi yang dirilis di media massa cetak dan elektronik.
Ada banyak hal yang dikeluhkan oleh para pengguna, misalnya kabin yang kurang kedap dari suara luar, suara pintu yang cempreng ketika di tutup, power window hanya di pintu depan. Namun ada juga yang mendapat pujian dari pengguna, misalnya performa mesin, AC dingin, bensin irit, fitur speed sensing wiper, fitur lampu follow me home, keempukan suspensi, murahnya pajak/STNK dan sebagainya. Namun ada satu hal yang membuat saya merasa salut kepada pihak Datsun dalam hal mengatasi salah satu isu krusial, yaitu adanya knuckle pada roda depan yang berkarat. Hal ini segera diatasi pihak Datsun dengan cara memberikan coating gratis pada knuckle milik pelanggan.
Bagi saya segala kekurangan tadi masih bisa dimaklumi mengingat harganya yang berada di antara 80-100 juta rupiah. Sangat tidak fair apabila kita membandingkan Datsun Go+ dengan mobil baru yang harganya dua kali lipat, bahkan apabila dibandingkan dengan mantan mobil tua saya yang harga barunya pada tahun 2000 saja sebesar 170juta. Kekurangan-kekurangan Datsun Go+ masih bisa diatasi sendiri oleh pemilik dengan mengeluarkan sedikit biaya tambahan. Namun kelebihan Datsun Go+ pada luasnya ruangan dan besarnya mesin tidak bisa disaingi. Sangat tidak efisien apabila kita memanjangkan mobil untuk menambah ruangan atau mengganti mesin mobil dengan mesin yang lebih besar.
[caption id="attachment_343162" align="alignnone" width="504" caption="Tes Drive Datsun Go - Dokpri"]
Kesempatan yang diberikan oleh pihak Kompasiana melalui acara Kompasiana Drive & Ride: Tantangan Hemat tentu saja tidak saya sia-siakan. Saya sudah membawa banyak bahan untuk diujikan langsung di lapangan. Dalam benak saya paling tidak saya akan bertemu kendaraan yang dapat memenuhi kebutuhan minimal saya dalam berkendara, yaitu: tidak kehujanan, kursi tiga baris, mempunyai AC, dan mempunyai power steering.
Hasilnya ternyata sesuai harapan saya, meskipun saya menguji Datsun Go yang bertipe hatchback, bukan Datsun Go+ yang MPV. Kelebihan dan kekurangan Datsun Go yang saya kendarai persis sesuai yang saya uraikan di atas, dan itu bisa saya terima. Salah satu hal yang membuat saya tersenyum adalah konsumsi BBM Datsun Go yang saya pakai mencapai 18,8 km/liter. Bahkan ketika menggunakan tolok ukur Datsun Go+ terboros dalam acara test drive yaitu 15,3 km/liter saya sudah merasa cukup senang.
Saya membayangkan ke kantor setiap hari menggunakan Datsun Go+ cukup mengeluarkan biaya 20.000 rupiah dengan harga Premium yang saat ini mencapai 8.500 rupiah per liter. Padahal dulu saya harus mengeluarkan biaya minimal 50.000 rupiah ketika mengendarai mobil tua saya ke kantor, padahal harga premium masih 6.500 per litar. Maklum SUV eropa tua dengan mesin besar rata-rata mengkonsumsi BBM 4 km/liter, meskipun untuk keluar kota masih bisa 10 km/liter.
Semoga dalam waktu dekat saya bisa memiliki mobil ini... :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H