Sebulanan ini banyak orang kelimpungan karena faktor keuangan. Dampak Covid-19 membuat ekonomi terpuruk disegala bidang, kaya miskin, PNS swasta, semua kena imbas.
Sebagai konsultan hukum, sebulanan ini banyak yang konsultasi terkait restrukturisasi kredit di perbankan maupun leasing, bahkan ada yang terjerembab dalam lubang renternir akibat sudah gali lobang tutup lobang mentok. Saya yang tidak mengalami ketika mendengar curhatan dan sebab muasalnya jadi nahan nafas dalam-dalam.
Dari beragam kasus tersebut, saya ambil kesimpulan bahwa gaya hidup telah merubah perilaku mereka. Seiring naiknya status maka gaya hidup pun ikut naik. Ketika penghasilan naik keinginan pun naik, ini yang berbahaya jika gengsi dan gaya hidup mewah sudah merasuki jiwa.
Tahun 2000 saya pernah punya upline di MLM, tiap ada hp keluaran terbaru mesti ia beli, makan selalu direstoran ternama, dihadapan downline uang dikipas-kipaskan, bahkan puluhan cek bank lippo dijejer tinggal di cairkan.Â
Waktu itu saya pun ngiler bagaimana ya caranya agar bisa seperti dia. Untung waktu itu ada kacab pak Malik Abu Bakar almarhum, beliau berpesan pada saya "Arip, hp mu bisa untuk SMS dan telpon?"Â
Saya jawab bisa, beliau meneruskan nasehatnya "Arip, jangan ikuti upline mu yang gonta ganti hp untuk nuruti gengsi, itu bahaya, fungsinya hp untuk komunikasi, yang penting bisa untuk telpon dan nerima SMS sudah cukup" nasehat itu sampai sekarang membekas, jika HP betul-betul rusak saya baru beli baru
Ketika kita sehari berpenghasilan 50 ribu / sebulan 1,5jt, yang kita pikirkan cukup untuk makan, bisa bayar listrik dan PDAM tidak telat saja sudah untung.Â
Namun, ketika penghasilan kita naik sehari 100 ribu / sebulan 3 juta, yang tadinya cukup untuk makan dan bayar listrik PDAM, nafsu keinginan untuk lebih mulai merasuki fikir, pingin punya kulkas, pingin punya motor, pingin punya HP bermerk dan seterusnya.
Keinginan memiliki sesuatu itu boleh, asal bisa mengukur diri, mampu tidak ? Itulah yang saat ini terjadi, merasa mampu bayar karena kerjaan sudah pasti, usaha lancar dan sebagainya, iming-iming kredit murah pun diambilnya, sekarang ada DP nol rupiah bisa langsung bawa motor, bahkan HP pun bisa kredit, begitupun pakaian semuanya bisa kredit.Â
Akhirnya kita kerja siang malang banting tulang terima gaji tinggal slip/catatan saja karena gaji langsung untuk bayar kreditan, capeklah kita. Akibat kredit pikiran bisa kalut dan rumah tangga pun terancam sengkarut, apalagi jika ada kebutuhan mendadak ada keluarga yang sakit dan sebagainya, ketika uang habis untuk bayar kredit mau tidak mau usaha cari pinjaman pun dilakukan, jadilah gali lobang tutup lobang seperti lagunya bang Rhoma Irama
Sering kali saya sampaikan pada keluarga maupun teman, jangan turuti gengsi, karena gengsi akan membunuhmu, mungkin orang akan takjub dengan kita ketika status kita naik, punya kendaraan, punya rumah mewah, punya usaha banyak.
Tapi jika itu dibangun dengan hasil hutang ya wassalam, karena hakikat yang kita miliki adalah pinjaman semua akibat hutang, jika tidak bisa bayar, maka kendaraan ditarik, rumah dan usaha disita, terus apa yang kita punya? Yang ada kasak kusuk tetangga membicarakan kebangkrutan kita.
Saya punya kisah nyata dan saya menyaksikannya sendiri, saya punya teman yang ortunya berjualan daun pisang keliling, tiba-tiba orang sekampung dikagetkan karena dalam sekejap bisa bangun rumah beserta perabot mewahnya, orang kampung biasa kasak kusuk hingga menuduh memelihara tuyul, waktu berlalu dan tiga tahun kemudian rumah itu disita bank dan terbongkar lah gali lobang tutup lobang, hingga orang tua teman saya itu meninggalkan kampung halaman karena malu dan ngontrak di luar kota.
Ada lagi kisah nyata, teman saya juga, ia pamerin kekayaannya hasil kerjanya selama ini, hingga cewek-cewek pada naksir, nikahlah ia, mewah pernikahannya, tsunami datang, perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, skill tidak punya, ujung-ujungnya rumah tangganya berantakan, ia diusir oleh istri dan mertuanya, sempat tahun 2009 saya ketemu dengannya tinggal dikontrakkan pinggir sawah.
Dengan adanya Covid-19, bisa jadi bahan instrospeksi bagi diri kita, bahwa kita jangan terperdaya bahwa adanya kepastian kerja, lancarnya usaha, ya kalo kondisi normal, kalo kondisi seperti saat ini siapa yang bisa menyangka dan menghindar?
Saran yang saya berikan pada mereka yang terlanjur kredit bank atau leasing untuk ajukan restrukturisasi, dan jika memang tidak mampu restrukturisasi ya lepaskan dan ihklaskan kendaraan ditarik dan rumah disita, buka lembaran baru yang lebih baik, hidup apa adanya yang lebih menenteramkan hati dan meringankan fikir.
Covid-19 mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam melindungi diri, berinvestasilah dan kurangi pola hidup konsumtif, hiduplah sederhana jangan turuti gengsi, hidup apa adanya jangan penuh kepura-puraan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI