Tuhan itu memang maha apapun,
Sekarang dia menjadi director of photography handal, tempat aku berdiri sekarang, dibuatnya indah baginya. Dia melukisnya dengan cahaya lampu yang menyorot miring ke arahku, pemandangan malam ini menjadi karya seni mata yang bernilai.
Aku berdiri didepan sebuah bangunan dengan lorong temaram, disampingku ada sebuah tong sampah dan motor yang ku parkir. Tahu aku sedang menunggu seseorang. Seorang satpam duduk dari kejauhan sedikit menoleh kearahku kemudian mengarah pandangannya ke tempat lain. Dia sedang melakukan tugasnya. Pemain figuran yang mengambil perhatian dalam frame dimana aku sebagai pemeran utamanya.
Dan kemudian,
Dia datang. Dari lorong itu, bayangan hitam itu menyibak wajahnya menjadi ada, seperti sedang membuka cadar hitam dari kepalanya. Dia datang seperti orang lain, seperti bukan yang saya tunggu selama ini. Berjalan mendekat.
"hai.." mencuat dari mulut makhluk asing didepanku. aku gugup.
-- stop
itu cuma hayalanku,
Sekarang aku masih menunggu disini, dibawah cahaya lampu. Dia belum juga datang padahal hatiku sudah berdegap degup tak beraturan. entah perasaan apa ini. Padahal aku tidak sedang jatuh cinta atau apa.
aku cuma datang membawa pesan, seseorang menitipkannya kepadaku, dan bilang "berikan ini kepada wanita cantik yang akan kau temui, tunggu saja di depan bangunan itu". Sebuah kertas yang dilipat rapih. kemudian orang itu menunggu di seberang jalan.
Hubungan ku dengan orang itu hanya sekedar pekerjaan, pekerjaan dari internet yang isinya siap melakukan jasa dengan hanya dibayar 5 dolar. kayaknya web seperti itu cuma ngetop di amerika sana. dan kebetulan saja aku iseng menyanggupi tawaran itu. yang isinya "dicari orang indonesia -- jakarta, yang berani mengantarkan surat ke seorang wanita cantik",
Aneh memang, tapi itu aku sanggupi dengan enteng. kami pun segera konsolidasi dan tentukan meeting poin, dan akhirnya aku ketemu dia disini. Tempat ku berdiri sekarang.
Entah kenapa justru sekarang perasaan ku begitu berdegup degup. apakah ada wanita cantik ini? seperti apa rupanya? kenapa orang itu tidak menyerahkan sendiri? astaga jangan jangan ini jebakan? harus apa aku ini, jangan jangan aku bekerja sama dengan komplotan pencuri, pengedar obat atau apa. goblok kenapa aku ambil kerjaan ini? segala itu muncul yang aneh aneh, sampai kaki ini maunya lari saja. tetapi justru itu ketika melihat kertas ini yang isinya cuma selembar yang dilipat, aku pikir ini cuma pesan saja, bukan obat obatan seperti narkoba yang terbungkus.
Mungkin ini cuma pesan saja, karena orang itu pemalu, mungkin ini dari mantanya atau fans gelap, tapi kenapa perasaanku tidak enak ya?
-- lanjutan dari cerpen #1 -- lihat di profil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H