"Hahaha, bajingan."
Jalur yang dilewati Raki dan Chika adalah jalur bertipe cepat dan lengang, membuat Raki bermanuver dengan lincah hingga cukup memangkas waktu. Jika dibandingkan dengan dengan menyusuri Kota atau Gebang, jalur ini relatif lebih cepat.
***
Semuanya tiba sekitar 30 menit sebelum adzan maghrib, waktu luang yang cukup untuk melepas penat dan bersenda gurau dengan tawa lepas tanpa beban. Keakraban membuat semuanya saling bergurau, tanpa dibebani rasa takut akan salah ucap, dengan tetap menjaga etika. Ditambah suasana dan lay-out tempat makan yang bernuansa klasik dan berada di pinggir sawah menambah kenyamanan di antara mereka.
"Eh, Raki. Kenapa cuma Chika yang diajak naik mobil, Kami kok ga diajak?" tanya Faris, sebenernya bukan tanya, tapi lebih untuk menyindir.
"Kalian semua kan sama pasangan masing-masing, Aku ga mau ganggu ajang mesra-mesraan." Jawab Raki dengan pandangan sinis.
"Halah, bilang aja mau pacaran sama Chika." Timpal Zaka yang disambut dengan tawa semuanya.
"Sebenernya tadi mau ngajak bareng, tapi takut ga ada yang mau." Jawab Raki dengan salting.
"Kamu ga nanya, kalo nanyak kan ikut mobil semua." Timpal Faiq, suami dari Ana.
"Yaudah motor kalian tinggal sini, biar kuantar pake mobil."
"Sialan, ga gitu juga." Balas Faris yang diikuti tawa yang lain.