Dalam kajian, audience dipersilahkan menyampaikan pertanyaan, sesuai materi yang dibahas, maupun di luar materi, hal ini jarang ada dalam pengajian. Dalam waktunya, kajian memiliki jadwal dan tempat khusus, tanpa mengenal waktu-waktu khusus. Gus Baha', Buya Yahya, dan KH. Ma'ruf Khozin (Aswaja Center PWNU Jatim) adalah contoh dai yang memiliki majelis kajian.
Majelis ilmu memiliki pamor tersendiri dalam pengajian, yang tidak pernah sepi audience atau jamaah. Khususnya yang dibuka untuk umum, orang-orang berbondong-bondong menghadiri majelis ilmu, tanpa syarat dan tujuan khusus. Fenomena ini melahirkan pertanyaan dalam benak penulis, untuk apa datang ke pengajian? Setelah melakukan observasi dan membaca beberapa referensi, jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dijabarkan sebagaimana berikut.
Alasan pertama adalah pengamalan hadits Thalab al-Ilm faridhah ala kulli muslim, yang memiliki arti setiap ummat islam wajib mencari ilmu, yang mana kewajiban ini bersifat individual, atau fardhu 'ain. Hadits ini sangat masyhur dalam ummat muslim, dan mungkin hampir 99% ummah Muhammad hafal hadits ini.Â
Pengamalan hadits ini adalah bukti valid akan loyalitas ummat Islam untuk hadir dalam majelis ilmu, sebab meski jamaah berasal dari berbagai kalangan, tujuan utamanya adalah belajar, ta'allum.
Selain dasar referensi yang dijadikan rujukan, gerak-gerik jamaah majelis ilmu juga seakan mengatakan bahwa tujuannya adalah belajar. Dengan urutan, datang, duduk, mendengarkan dan pulang setelah acara selesai.
Alasan kedua adalah posisi dari sang penceramah atau narasumber. Semua orang mengerti jika narasumber dalam majelis ilmu adalah seoarang alim allamah, bukan orang-orang yang tidak memiliki dasar intelektual. Para jamaah sudah memiliki ikatan batin dengan narasumber, hingga memantik alam bawah sadarnya untuk tak pernah absen dalam setiap majelisnya.
Selain ikatan batin, para jamaah juga mempercayai adanya barokah dalam majelis ilmu dan dalam diri narasumber. Apa itu barokah? Bagi kalangan santri, barokah diartikan sebagai kebaikan di dalam kebaikan. Namun, barokah ini tak bisa dilihat kasat mata, bentuknya terlalu abstrak untuk dilihat, namun bisa dirasakan oleh individu yang telah merasakannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua alasan dari hadirnya para jamaah dalam majelis ilmu, yakni mengais ilmu dan barokah. Ilmu dan barokah, adalah dua hal yang tidak bernilai, dan tidak bisa didapat hanya dengan uang, namun juga harus diselingi ketekukan.
Mungkin hanya ini hasil dari penelusuran terkait pertanyaan yang ada dalam benak penulis, sebagaimana tertera dalam judul, buat apa datang ke pengajian. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam pengembangan intelektual, sedikit dan banyaknya semoga barokah.
Salam literasi!