Dalam jenis ini, bunuh diri terjadi ketika kuatnya ikatan sosial dalam sebuah kelompok, sehingga melahirkan aturan-aturan yang harus diciptakan.Â
Dalam altruism suicide, bunuh diri merupakan sebuah aturan yang harus dilaksanakan, dan memiliki keistimewaan dibanding ketiga jenis yang lain. Mengapa? Sebab orang yang bunuh diri memiliki sebuah kebanggaan dan dianggap memiliki jiwa kesatria bagi orang-orang di sekitarnya.
Lebih mudahnya, contoh kasus ini adalah budaya "Seppuku" di antara Pasukan Samurai Jepang. Bagi masyarakat Jepang, "seppuku" merupakan ritual suci untuk menebus kesalahan seorang Samurai yang gagal dalam misi, serta Prinsip seorang Samurai yang lebih baik mati menusuk perutnya sendiri daripada mati di tangan musuh.
Meskipun altruism suicide terkesan heroik dan gentleman, tetap saja hal ini tidak untuk dilaksanakan bagi masyarakat secara umum, sebab budaya yang berkembang saat ini sudah berbeda dengan di era perang.
3. Anomie Suicide
Untuk jenis ini, disebabkan dari amburadulnya aturan-aturan sosial. Bagaimana maksudnya? Maksud dari kasus ini adalah, kenekatan bunuh diri yang disebabkan oleh perubahan sosial dan aturannya, sehingga keberadaan aturan menjadi mempersulit dan tidak berguna, yang membuat individu putus asa dan kebingungan dengan arah yang ingin dituju.
Contohnya adalah bunuh dirinya Novia Widyasari. Dilihat dari kronologinya, jelas bahwa perubahan sosial Jelas terjadi dan dialami oleh Widya. Dan pada akhirnya, Widya tentu mengalami tekanan batin, Dia bingung dengan jalan mana yang harus ditempuh, hingga pada akhirnya Widya nekat untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
4. Fatalistic Suicide
Jenis ini adalah yang disebabkan oleh kuatnya sebuah nilai dan norma sosial dalam sebuah kelompok, sehingga timbulnya perasaan terkekang dan tertekan dalam Diri individu.