Mohon tunggu...
Ario Rafni Kusairi
Ario Rafni Kusairi Mohon Tunggu... Supir - Manusia

Kaum Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Siswa Susah dalam Belajar?

7 April 2021   09:28 Diperbarui: 7 April 2021   09:29 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah kegiatan, pasti memiliki suatu kendala yang menjadi penghambat. Kendala yang muncul tidak hanya bisa merusak konsentrasi, namun juga bisa memperburuk kegiatan sehingga tidak mendapatkan tujuan yang diinginkan. Begitupun dengan pembelajaran, banyak kendala yang membuat Peserta Didik kesulitan dalam belajar. 

Secara umum, banyak kesulitan yang dialami peserta didik dalam belajar, namun Khassatan ada dua kendala, yakni secara internal dan eksternal. Faktor internal ini adalah penyebab yang datang dari Diri siswa, seperti gangguan pada kesehatan, gangguan pada pendengaran dan penglihatan, rendahnya konsentrasi belajar, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal datangnya dari luar Diri siswa, seperti tempat belajar yang tidak nyaman, lingkungan yang kurang mendukung, Pengajar yang terlalu membosankan, bahkan tugas yang diberikan menambah beban tak perlu pada pelajar.

Seperti disebutkan di atas, kesulitan belajar yang dialami oleh siswa terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Dalam faktor internal ini, gangguan yang dialami siswa juga beragam, meski tidak semuanya mengalaminya. Seperti anak yang berkebutuhan khusus, yang harus ditangani secara khusus pula, di sini seorang Tenaga Pengajar harus benar-benar mampu menjadi orangtua kedua di Sekolah dalam menangani kasus seperti ini. 

Selain anak berkebutuhan khusus, gangguan internal ini juga datang dari kesehatan siswa yang tidak maksimal. Seseorang yang kesehatannya tidak maksimal tentu tidak bisa melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan maksimal pula, terutama belajar. Dan memang, siswa yang sakit diperbolehkan tidak masuk sekolah dengan mengirim surat keterangan, atau mengkonfirmasi kepada pihak yang bersangkutan.

Meski sudah ada regulasi mengenai izin sakit bagi siswa, Kita tidak pernah tahu kapan si Siswa sakit. Terkadang seorang siswa sakit ketika sudah masuk sekolah, seperti pingsan ketika tengah melaksanakan upacara bendera yang sudah umum di sekolah-sekolah yang ada. Atau bahkan seorang siswa yang merasa pusing akibat tidak sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. 

Maka dari ini, untuk antisipasi kejadian tak terduga sebuah sekolah harus memiliki ruang UKS yang memadai dan sesuai standard, bukan hanya ruang UKS yang dipakai ketika akreditasi oleh tim asesor. Dan yang kerap dialami Peserta Didik adalah rendahnya kemampuan konsentrasi. Semua pelajar pasti mengalami hal ini di beberapa mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Kurangnya konsentrasi pada siswa disebabkan oleh banyak hal, dan mencari alasan mengapa siswa tersebut susah berkonsentrasi tidak akan membawa perubahan berarti, kecuali Sang Guru  langsung menanganinya dengan memberi perhatian khusus.

Hal ini pernah Kami alami sendiri, ketika Pelajaran Matematika di kelas 3. Meski Kami sudah lupa terhadap pelajaran yang diajarkan, namun Kami masih ingat kegigihan Guru Kami dalam membimbing Kami agar bisa memahami pelajaran. Guru Kami, alm. Ibu Ririn Sri Marini Sujatmi, SE, memanggil Kami ke ruang Guru dan menjelaskan dengan telaten terhadap pelajaran yang tidak Kami kuasai, ketelatenan tersebut membuat Kami sedikit memahami, dan bisa mengerjakan soal meski harus melihat contoh diagram.

Selanjutnya Kita beralih pada faktor eksternal. faktor eksternal sendiri adalah gangguan yang mengakibatkan kesulitan belajar pada siswa yang bersumber dari luar Diri siswa. Dan yang paling berpengaruh tentunya adalah lingkungan, terutama lingkungan sekolah. Baik itu pertemanan, sarana dan pra sarana sekolah, media pembelajaran, dan juga oleh Guru sendiri.

Faktor eksternal ini akan Kami uraikan sebagaimana situasi dan kondisi sebelum pandemi dan pada masa pandemi. Yang pertama adalah sebelum pandemi, yang mana pada masa itu segala aktivitas, terutama Pendidikan dilaksanakan secara tatap muka di sekolah. Meski begitu, seorang anak/siswa berada di sekolah hanyalah sekitar lima sampai tujuh jam, sisanya ada di rumah atau tempat biasanya bermain. 

Faktor lingkungan ini tentu berpengaruh terhadap proses belajar siswa, bisa menjadi penyemangat dan bisa juga menjadi kendala. Jika lingkungannya tidak sehat, seperti broken home, kerap dibully oleh teman-temannya, bahkan putus cinta bisa saja menjadi kendala dalam belajar. Dan kendala eksternal ini bisa berpengaruh terhadap psikologis anak, sehingga menuruni semangatnya dalam belajar.

Di lingkungan sekolah juga hampir sama dengan di rumah, seperti siswa yang kerap dibully,  habis putus pacaran dan sayangnya sekelas dengan mantan, Guru yang pilih kasih atau abai terhadap siswa yang kurang cemerlang dalam prestasi. Hal-hal ini tentu menjadi kendala bagi siswa untuk fokus belajar, dan seperti yang diuraikan di atas kendala eksternal ini bisa berpengaruh terhadap psikologis anak, sehingga semangatnya dalam belajar menurun. Selain lingkungan, fasilitas dan sarana pra sarana sekolah yang kurang memadai juga menjadi kendala bagi siswa. Seperti bangku dan meja, papan tulis, ruangan yang panas dan berbagai kondisi sarana dan pra sarana yang sudah tidak layak pakai.

Banyak ditemukan di sekolah-sekolah, lebih-lebih pedesaan di daerah terpencil yang bangku dan mejanya sudah tidak layak pakai. Ketika diduduki dan dijadikan alas untuk menulis bangku dan meja yang bergoyang-goyang. Papan tulis hitam yang sudah memutih akibat pemakaian, atau papan tulis putih yang mulai retak dan kotor. Kondisi ini tentunya membuat pandangan siswa terhadap tulisan di papan menjadi kabur, dan siswa akan kesulitan untuk membaca, bahkan tidak membaca sama sekali terhadap tulisan di atas. 

Ruangan yang panas, yah kondisi ini sangat tidak nyaman dibanding dua hal sebelumnya. Ketika udara di dalam kelas berubah panas, para siswa sudah tidak bisa fokus kembali pada pelajaran, Mereka akan menggunakan bukunya sebagai kipas, dan terus menerus melihat jam dinding, sebab sudah tak sabar ingin segera keluar kelas untuk mendapatkan udara segar. Solusi yang tepat untuk problem ini sangat jelas, yakni memperbaiki fasilitas yang sudah tidak layak pakai, dan mengupgrade fasilitas sekolah sebaimana perkembangan zaman demi terwujudnya suana belajar yang menyenangkan.

Sedangkan untuk kelas online di masa pandemi ini, yang mengharuskan belajar dan sekolah dari rumah, banyak sekali kendala yang menjadadikan siswa sulit belajar. Selama sekolah online ini, siswa SD yang sangat kesulitan dalam belajar, sebagaimana pengalaman Kami melihat anak-anak tetangga di rumah. Untuk siswa SD, kendala utama tentunya adalah sarana penunjang sekolah online, yaitu hp android. Siswa SD di Pedesaan memang sudah banyak yang memiliki hp, tapi itu di tingkat kelas 3 hingga 6, sedangkan kelas 1 dan 2 masih terlalu Dini untuk memiliki sebuah hp. 

Dan meskipun Mereka sudah diberi fasilitas hp oleh orangtuanya, Mereka tidak akan peduli dengan kelas online, malah sebaliknya, yang dipedulikan hanyalah game online. Karena kelalaian siswa semakin meningkat ketika kelas online, banyak Guru-guru SD di Pedesaan yang datang langsung ke rumah siswanya untuk memberi pelajaran. Dan tindakan ini adalah solusi terbaik untuk siswa SD, sebab karakteristik siswa SD yang harus selalu diarahkan.

Bagaimana dengan siswa SMP dan SMA sedejarat? Pada umumnya, Mereka sudah memiliki handphone sebagai media belajar atau sekolah online, namun kendala yang kerap dikeluhkan adalah banyaknya tugas dari masing-masing Guru, dan Si Anak tidak membaca atau menyimak materi yang diberikan sebelumnya. Problem ini sudah tidak asing lagi ketika Sekolah Online. 

Selain sarana penunjang, pengawasan orangtua menjadi utama dalam perkembangan dan kendala siswa dalam belajar ketika Sekolah Online ini. Orangtua tentunya menjadi orang terdekat selama pandemi, dan jika pengawasan dan bimbingan orangtua sangat baik, maka tentunya kualitas belajar siswa akan baik. Seperti yang disebutkan di atas, bahwa Orangtua juga harus tahu tugas Sang Anak, dan Mengingatkan serta membimbingnya untuk segera menyelesaikannya. Namun, jika orangtua abai terhadap anaknya, maka anak akan kesulitan bahkan tidak akan belajar sama sekali selama sekolah online.

Jadi dapat disimpulkam bahwa, faktor internal dan eksternal ini saling berhubungan dalam perkembangan dan kesulitan siswa dalam belajar. Dan dari kendala yang Kami tulis di atas, menjadi tantangan dan kewajiban bagi Kita selaku Guru dan Orangtua, serta calon Guru dan Orangtua untuk terus memberikan pengawalan dan bimbingan kepada siswa dan anak-anak. 

Sebab, sosialiasi yang bagus akan membawa nilai positif dalam psikologis Sang Anak. Untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, semua elemen, terutama orangtua, Guru, aparatur Sekolah serta Pemerintah harus saling bekerja sama. Kerja sama terbaik yang harus dilaksanakan adalah saling mendukung dan memahami apa yang menjadi problem dan hal-hal yang dibutuhkan, bukan saling menyalahkan satu sama lain. Jika Anda yang mmebaca tulisan ini adalah Warga Negara Indonesia, siswa/i atau mahasiswa/i, orangtua, Guru, Dosen, Aparat Sekolah, dan Pejabat Pemerintahan, dan siapapun itu yang peduli dengan Pendidikan di Indonesia mari Kita bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kualitas Pendidikan yang ada di Negeri Kita tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun