Mohon tunggu...
Ario Rafni Kusairi
Ario Rafni Kusairi Mohon Tunggu... Supir - Manusia

Kaum Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kendaraan Klasik Lagi Booming! Kok Bisa?

5 Maret 2021   09:23 Diperbarui: 3 Agustus 2021   05:50 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Honda CB, Sumber Gambar: https://otomotif.kompas.com

Di tahun 2021 ini, teknologi sudah semakin canggih, bahkan alat transportasi sudah berevolusi menjadi semakin modern. Dari yang digerakkan dengan tenaga otot hingga era mesin, sampai saat ini yang sudah banyak beredar kendaraan listrik.

Di dunia ini, ada dua golongan yang berbeda dalam memandang kendaraan. Yang pertama, Mereka yang memanfaatkan kendaraan sebagai alat transportasi, yang digunakan sebagaimana fungsinya, yakni memindahkan barang atau penumpang dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang kedua adalah, Mereka yang menikmati sebuah kendaraan. Menikmati di sini sebagai artian, menikmati setiap komponen yang ada pada kendaraan tersebut, serta menikmati perjalannya.

Kedua golongan di atas bukan hanya berbeda dalam memandang sebuah kendaraan, namun perasaannya ketika berpindah tempat juga berbeda. Golongan pertama, ketika berangkat dan sampai di tujuan, hanya mendapatkan kepuasaan ketika berangkat, berjalan dan sampai di tujuan, selain itu tidak ada.

Sedangkan golongan kedua mendapatkan rasa yang lebih, Dia menikmati semuanya yang ada dalam perjalanan. Seperti bangku yang empuk, bantingan suspensinya, hentakan pergantian transmisi, getar dari mesin, dan semuanya yang ada dalam kendaraan tersebut. Hal ini mendapatkan kepuasan yang lebih, sehingga golongan pertama kadang lebih suka jalan-jalan daripada mampir ke beberapa tempat, dan selalu tersenyum ketika dalam perjalanan. Lebih-lebih jika mengemudikannya sendiri.

Mitsubishi Colt T120 Minibus Karoseri, sumber gambar: GridOto.com
Mitsubishi Colt T120 Minibus Karoseri, sumber gambar: GridOto.com

Dari dua golongan ini, yang kemudian muncullah perbedaan cara dalam memiliki sebuah kendaraan, dari yang hanya dipakai sebagai alat transportasi, hingga sebagai gaya hidup. Di dalam golongan kedua juga ada orang-orang yang memilki selera berbeda dalam menikmati sebuah kendaraan, yang secara umum terbagi dalam kendaraan baru, dan kendaraan klasik, khususnya kendaraan yang pernah hitz di era 90-an. Hal ini bisa Kita lihat dari maraknya komunitas-komunitas kendaraan retro di Indonesia, seperti Honda CB dan Promax (GL-Pro & GL-Max), Isuzu Panther, Chevrolet Luv, Colt T-120, Honda Estilo dan banyak lagi yang apabila Kami tulis akan memenuhi isi lembaran ini.

Ketertarikan millenial terhadap kendaraan klasik ini bukanlah suatu hal yang tabu, bahkan hal ini bisa menjadi alat pendongkrak status sosial, sebab kendaraan klasik merupakan sebuah benda yang mahal harga jual dan perawatannya. Namun, meski begitu, tidak ada yang ragu untuk memelihara kendaraan klasik ini. Hal ini yang menimbulkan pertanyaan di kepala Kami, kenapa millenial tertarik dengan kendaraan klasik? Dan apa yang mempengaruhinya untuk menyukai kendaraan klasik? Tulisan ini akan mencoba mengulas tentang sebab musabab dari boomingnya kembali kendaraan klasik di tengah kaum millenial.

Alasan ketertarikan dan faktor yang mempengaruhi adalah dua pertanyaan dengan satu jawaban, artinya kedua hal ini adalah satu tidak bisa dipisahkan. Pembahasan ini tidak membahas keduanya antara alasan dan faktor, namun kedua hal ini akan dibahas secara bersamaan. Dari sekian banyak para pecinta kendaraan klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi ketertarikan ini, ketiga faktor tersebut adalah 1). Lingkungan sosial, 2). Nostalgia, dan 3). Film dan media sosial.

Faktor pertama yakni lingkungan sosial, faktor ini adalah faktor teratas banyak remaja yang tidak memiliki alasan, atau tidak bisa menjawab alasannya, namun tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal, terutama lingkungan. Mengapa demikian? Sebab, masa remaja adalah masa pertumbuhan fisik dan mental, sehingga seorang remaja mudah sekali tertarik dengan hal-hal di sekitarnya. Sebagaimana teori tindakan sosial dari Emile Durkheim, yakni teori tindakan tradisional, seseorang tidak bisa memberi jawaban atas apa yang dilakukannya, bahkan tidak tahu terhadap sebab musababnya karena sudah terpengaruh oleh lingkungan sosial.

Konvoi Komunitas Motor Retro, Sumber Gambar: https: naikmotor.com
Konvoi Komunitas Motor Retro, Sumber Gambar: https: naikmotor.com

Faktor lingkungan ini sebagaimana yang terjadi pada Teman Kami, meski Dia tidak banyak memahami seputar khazanah otomotif Indonesia, Dia terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya yang banyak memiliki motor Honda CB, Gl-Max dan GL-Pro. Karena interaksi yang intens ini lah turut mempengaruhinya untuk ikut menyukai terhadap kendaraan klasik.

Yang kedua adalah nostalgia. Jika faktor lingkungan adalah yang mempengaruhi anak-anak muda yang lahir antara di tahun 1997 dan 2006, maka nostalgia adalah faktor ketertarikan bagi Mereka yang lahir dan besar di tahun 1980 hingga 1995. Alasan dan faktor nostalgia ini disebabkan adanya ikatan emosional sang pemilik dengan kendaraannya, yang mendorongnya untuk kembali memiliki dan merawat sebuah kendaraan klasik. Erica Hepper, dosen di School of Psychology, Universitas Surrey mengatakan "Nostalgia adalah perasaan hangat yang kita rasakan sewaktu kita memikirkan tentang kenangan-kenangan terindah dari masa lalu kita."

Faktor dan alasan bernostalgia ini sebagaimana pengakuan dari Yongki Gunawan seorang pemilik Bengkel Las Sumber Rejeki di Genteng Banyuwangi. Om Yongki tetap memelihara mobil Chevrolet Luv peninggalan mendiang Sang Ayah. Bahkan, Beliau mendapatkan apresiasi dari Chevrolet Indonesia atas kepemilikannya terhadap mobil yang dirawatnya bertahun-tahun ini.

Yang terakhir yakni film dan media sosial. Meski film dan media sosial adalah dua hal yang berbeda, namun berdampak sama kepada psikologi penonton dan penggunanya. Sebab kedua hal ini adalah budaya populer yang sangat melekat pada masyarakat, dari adanya interaksi inilah yang kemudian turut memepengaruhi psikologi masyarakat, khususnya para generasi Z.

Pada dasarnya pengaruh film dan media sosial sama seperti pengaruh lingkungan, namun perbedaannya terletak pada interaksi secara langsung. Jika lingkungan mempengaruhinya di dunia nyata, maka film dan sosial media mempengaruhinya dengan virtual. Pengaruh dari film dan media sosial ini yang menimbulkan anggapan bahwa kendaraan klasik itu keren, sehingga melahirkan hasrat pada psikologi seseorang untuk memilikinya.

Faktor film dan media sosial ini juga Kami temukan pada teman-teman Kami, lebih-lebih pasca film trilogi Dia adalah Dilanku tahun 1990 (2018), Dia adalah Dilanku tahun 1991 (2019), dan Milea Suara dari Dilan (2020) rilis di Indonesia. Film bergenre romance yang berlatar di Bandung pada awal 90-an ini sangat digandrungi masyarakat, lebih-lebih anak cowok generasi Z. Dari film ini, banyak generasi Z yang kemudian menyukai dan ingin memiliki HONDA CB agar nge-Dilan, meskipun sebelum Dilan rilis HONDA CB sudah populer lebih dulu.

Dilan dan Milea Naik CB, sumber gambar: JawaPos.com
Dilan dan Milea Naik CB, sumber gambar: JawaPos.com

Dalam media sosial, siapapun bisa terhubung tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Hubungan ini memberikan informasi yang beragam antar pengguna media sosial. Karena adanya interaksi yang intens inilah membuat penggunanya, khsusnya remaja generasi Z mengikuti trend yang berkembang di media sosial, lebih-lebih kepada konten khusus yang disukainya.

Konten dengan tema kendaraan klasik di Media Sosial memang menarik, sebagaimana umumnya pengguna media sosial yang selalu menampilkan hal terbaik. Dari postingan-postingan ini yang kemudian menimbulkan ketertarikan kepada pengguna media sosial yang lain untuk ikut memiliki kendaraan klasik.

Dari sini dapat Kita simpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketertarikan terhadap kendaraan klasik, dan faktor yang paling umum adalah lingkungan. Meski faktor yang beragam, tidak ada perbedaan di dalamnya, sebab tujuannya adalah menekuni hoby setiap pecintanya. Dari kesamaan hoby ini yang kemudian mendorong terbentuknya suatu komunitas, baik offline ataupun online. Sehingga bagi Mereka yang mempunyai kesamaan hobby, bisa berbagi cerita dan informasi. Sehingga setiap orang mendapatkan keuntungan, lebih-lebih mendapatkan teman-teman yang baru di lingkungan yang baru.

Di akhir tulisan, Kami mengajak kepada pembaca untuk saling menghargai kepada setiap pecinta kendaraan. Secara umum adalah bagi setiap pengguna jalan, sebab jalan raya adalah milik bersama. Tekuni hoby dan berbagilah dengan sesama, tanpa menjatuhkan antar golongan, dan utamakan keselamatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun