"Kenapa hari minggu aktivitas ditiadakan?"
"Apa maksudnya dengan aktivitas ditiadakan?"
"Orang-orang tidak diharuskan pergi ke sekolah atau tempat kerja"
"Bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki kewajiban untuk melakukan kedua hal yang barusan kau sebutkan?"
"Mungkin bermain, barangkali bersepeda, bertemu dengan teman sebayanya dan menyanyikan lagu-lagu seperti anak pada umumnya?"
"Bagaimana dengan puasa?"
"Karena apa?"
"Ini belum tuntas"
"Terkait hari yang kau sebutkan"
"O, hari minggu?"
"Ya, hari minggu"
"Mengapa aku memilih minggu sebagai pertanyaan bukan hari sebelumnya atau setelahnya?"
"Kurasa iya"
"Iya bagaimana?"
"Kalau kuubah sebagai senin, tentu kau sudah mengetahui jawabannya"
"Karena minggu berhenti diantara sabtu dan senin?"
"Bukankah senin juga berhenti diantara minggu dan selasa?"
"Apa artinya?"
"Bagimu minggu menarik?"
"Terkadang ia menarik, di lain waktu bisa saja terlihat biasa?"
"Senin menurutku menawan, meskipun di lain sisi ia bisa menjadi sebagai kebosanan tersendiri"
"Tapi apa menariknya dengan hari?"
"Ya, apa menariknya dengan hari?"
"Mengapa balik bertanya?"
"Karena aku juga ingin tahu"
"Lalu apa setiap hari harus melalui 24 jam tepat untuk berganti hari?"
"Baiknya kita memiliki pemikiran seperti manusia pada umumnya"
"Menurutmu ini tidak umum?"
"Ini umum"
"Akan tetapi?"
"Manusia harus belajar"
"Belajar terhadap apa?"
"Misalnya membaca tanda"
"Mungkin aku hanya berhalusinasi"
"Tentang apa?"
"Tentang pertanyaan yang sedari tadi keluar dengan sendirinya dari mulutku"
"Kurasa aku juga perlu untuk merasa bersalah, dengan seenaknya memiliki pertanyaan serupa"