"Aku ingin menebak dalam seharian ini apa saja yang ada dipikiranmu?"
"Silahkan, tapi jangan menyesal"
"Kutebak seharian ini dalam pikiranmu adalah cicilan"
"Ya, hampir benar"
"Mengapa hampir benar?"
"Kalau langsung kujawab akan sia-sia nantinya, ayo berusaha lagi"
"Aku akan berusaha lagi, dalam pikiranmu seharian ini adalah cucian?"
"Tepat"
"Bagaimana aku bisa benar?"
"Mana kutahu?"
"Selain cucian akan kutebak lainnya"
"Baik, ayo coba lagi"
"Soal harga pangan naik?"
"Akhir-akhir ini aku jarang memasak makanan sendiri, tapi hal itu masuk dalam pikiranku hari ini"
"Coba tanyai aku seperti itu"
"Dalam pikiranmu seharian ini adalah aku?"
"Bagaimana kau tau?"
"Karena kau yang bertanya"
"Kurasa percakapan hari ini sudah usai"
"Apa tidak ada pertanyaan lain?"
"Kau memancing rupanya"
"Bagaimana kau tau?"
"Percakapan ini seharusnya sudah selesai hanya dengan jawaban ya atau tidak"
"Selain itu apakah tidak ada yang lain?"
"Aku akan berpikir"
"Baik, menunggu artinya tidak selamanya"
"Mengapa demikian?"
"Karena waktu adalah uang"
"Mengapa hal itu kau percayai?"
"Karena dengan adanya waktu, uang dapat digunakan"
"Bagaimana jika ada waktu akan tetapi tidak ada uang?"
"Aku pernah merasakan itu, tapi dalam kurun beberapa tahun terakhir tidak lagi"
"Kau belajar pengelolaan uang?"
"Tidak juga"
"Artinya?"
"Hanya keledai yang jatuh pada lubang yang sama"
"Sepertinya aku adalah keledai"
"Begitu?"
"Ya, mengapa aku harus bertemu denganmu seharian ini"
"Siapa suruh?"
"Kota ini padahal luas, penduduk juga banyak"
"Tetap bisa bertemu?"
"Mungkin besok tidak"
"Mengapa?"
"Besok hingga bulan depan"
"Kutanya lagi, mengapa?"
"Banyak yang harus diurus"
"Baik, ini adalah yang terbaik"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H