Panti asuhan berada di ujung desa, jauh dari suasana perkotaan dan asap pabrik. Dihuni oleh beberapa pengurus.
Terdiri atas beberapa bangunan berjejer cukup tua akan tetapi bangunannya masih kokoh dan layak huni.
Banyak ditemukan seorang anak yang ditinggal begitu saja oleh orang tuanya. Salah satunya terdampar di tepi sungai. Lainnya kebanyakkan ditemukan saat pengurus memulai aktivitas pagi hari.
"Bagaimana jika hari ini untuk yang menerima tamu adalah aku?"
"Bagaimana kau tau bahwa hari ini kita akan kedatangan tamu?"
"Aku tau saja dari raut wajahmu"
"Memangnya ada apa dengan raut wajahku hari ini?"
"Kau lebih gusar dari biasanya"
"Lebih gusar bagaimana?"
"Biasanya kau hanya mondar-mandir kesana kemari hanya dalam hitungan menit"
"Selanjutnya?"
"Ini lebih lama dari biasanya"
"Aku tidak mengetahui bahwa hal semacam itu juga terlihat dalam pandanganmu"
"Akan lebih baik kalau tidak usah kita hari ini menerima seorang tamu"
"Memangnya boleh?"
"Tentu saja boleh, dan terdengar kurang ajar"
"Nanti namamu menjadi tidak baik"
"Tidak baik bagaimana?"
"Ya tidak baik"
"Kita bilang saja kalau rumah sedang kehabisan stok makanan"
"Mengapa kita harus berbohong?"
"Karena hari ini aku sedang sibuk tentang hal lain"
"Hal lain apalagi"
"Tentu saja kau terlihat lebih cantik dari biasanya"
"Lebih cantik bagaimana?"
"Tapi lebih baik kita terima saja tamu hari ini, tidak baik juga kita berbohong bahwa stok makanan sedang habis"
"Siapa juga yang ingin menolak tamu hari ini, dan berbohong perihal makanan?"
"Tadinya aku berfikir seperti itu, akan tetapi fikiranku berubah lagi"
Jam dinding berlalu selama beberapa jam.
"Tamu apalagi besok?"
"Besok mungkin orang yang lebih penting"
"Anak-anak ini pastinya memerlukan masa depan yang lebih baik"
"Tentu saja"
Dilain tempat.
"Apa hari ini makanannya hanya segini?"
"Iya memang hanya segini"
"Harusnya aku tadi berpura-pura belum menerima makanan" sahut lainnya
"Sebelumnya aku juga berfikir seperti itu"
"Pengawas baru kurasa bisa dengan mudahnya mencium aroma kebusukkan kalian"
"Kamu fikir ini busuk?"
"Dengan perut seperti itu tentunya kau juga pernah berfikir seperti ini kan?"
"Jangan harap kau pernah menyapaku lagi"
"Memangnya kita saling kenal?"
"Aku mengenalmu"
"Kau pun mengenalku"
"Lalu siapa yang tidak saling mengenal disini?"
Pengawas membubarkan obrolan.
"Ibu-ibu anak ini tadi berkata kotor"
"Siapa berkata kotor?"
"Kotorrrr!"
"Ini waktunya mandi"
"Kalian harus bergegas, mungkin saja ada yang mau mengadopsi kalian"
"Maksudnya?"
"Kalian bisa menjalani kehidupan normal seperti anak seusia kalian, tanpa takut kekurangan makanan dan mendapat pendidikan dengan baik"
"Maksudnya kita bisa makan sepuasnya, iya kan bu?"
"Setelah mandi ganti pakaian kalian di tempat semestinya"
"Baik, ibu"
"Ayo tebak, besok kita akan menghadapi apa?"
"Apa maksudmu kita akan menghadapi apa?"
"Misalnya makanan, aku tau tidak semua makanan akan bisa di terima dengan mudah nya oleh perutmu"
"Semua makanan adalah milikku, hahahha!"
"Dia berfikir bahwa semua makanan adalah miliknya"
"Tentunya pengawas tidak akan membiarkan hal semacam itu terjadi"
"Tapi misalnya hal semacam itu terjadi, kita akan memakan apa?"
"Kenapa arah fikiranmu bisa kesana?"
"Lihat saja bagaimana ia berperilaku"
"Menurutku hal itu bisa terjadi, kalau panti ini bukanlah panti"
"Maksudnya?"
"Kita adalah anak-anak yang dibuang oleh orang tua kita. Tidak bisa memilih dan bertanya kepada siapa"
"Aku juga ingin mengetahui, dengan paras seperti ini mengapa aku bisa berkumpul dalam satu bangunan ini"
"Mungkin orang tuamu lupa telah meninggalkanmu disini"
"Barangkali begitu"
"Mengapa kau begitu yakin bahwa kau memiliki orang tua?"
"Maksudmu aku tiba-tiba ada disini tanpa berada di rahim ibuku begitu?"
"Benar juga"
"Kamu itu sedang dipermainkan"
"Kamu sedang mempermainkanku?"
"Tidak, aku hanya bercanda"
"Kau keterlaluan"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI