Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remy Sylado dalam Bait Mbelingnya

29 Juli 2020   16:58 Diperbarui: 29 Juli 2020   16:54 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mungkin nama tersebut cukup asing bagi para pembaca. Remy Sylado dengan nama asli Yapi Panda Abdiel Tambayong kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945. Dikenal dan sering dituliskan namanya dengan not angka 23761.

Remy Sylado, dalam karya-karyanya seringkali membuat lirik-lirik yang rancu dan sangat bertolak belakang dengan etikat moral sosial. Perjalanan karirnya berawal menjadi wartawan di majalah Tempo (Semarang, 1965). Salah satu karyanya yang masih terngiang adalah Orexas. Yaitu sebuah pengkaryaan yang berisi tentang asumsi para orang tua dalam mendidik seorang anak. 

Jika pembaca memutar lagu tersebut, tentu setiap lirik dalam lagunya berisi caci maki dan bantahan sosial seorang anak kepada orang tuanya. Namun secara alur musik tersebut memiliki atmosfer tersendiri. Lagu-lagunya sering diputar pada tahun 1980-an. Dengan aliran dan lirik yang menggigit Remy Sylado pada masa itu berhasil membuat karya yang realistis-magis. 

Salah satu sastrawan yang bergelut dalam pengkaryaan dengan aliran realistis-magis adalah Alm. Danarto. Bagaimana seorang sastrawan menyelipkan bait-bait magis dalam tulisannya, mungkin hal itulah yang menjadi ciri khas para sastrawan dan sastrawati sebelum era 21. 

Sekiranya jika para penulis hari ini memiliki gaya kepenulisan yang bervariasi tentu dipengaruhi oleh apa-apa saja yang telah ia baca. Meskipun yang berhasil survive kebanyakkan adalah naskah-naskah yang cenderung menye-menye dan terlalu mengakar pada psikologi sosial. 

Album Orexas rilis pada tahun 1978 di bawah label Duba Records, dan menduduki peringkat ke-134 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada edisi #32 bulan Desember 2007.

Lagu ini cocok diputar ketika pembaca sedang merasa bosan dengan lagu-lagu hari ini, bahkan musik-musik keroncong seperti yang di publikasi oleh Yuniawang Setiadi di Soundcloud akan cocok menemani pembaca dalam menunggu adzan maghrib tiba.

Artikel lainnya : Dan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun