Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadi Guru kok Banyak Sambat

14 Juli 2020   09:14 Diperbarui: 15 Juli 2020   12:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com


Sebenarnya saya enggan untuk menulis artikel ini. Tapi ya gimana, gatel aja. Pertama asas-asas yang banyak dilupakan oleh tenaga pendidik hari ini ada tut wuri handayani.

Kalau mau bahas lebih lanjut soal hut wuri handayani saya siap menemani saudara dan saudari ngobrol seharian penuh, mumpung kuliah masih daring dan kebutuhan untuk kelas fisik sangat minim. 

Story-story yang berseliweran di berbagai beranda sosmed isinya cuma bualan omong kosong. Sebagai seseorang yang mendapat label sebagai guru harusnya sadar betul dampak apa saja yang akan terjadi jika tidak niat mengajar.

Orang-orang terlalu sibuk dengan inovasi-inovasi sampai lupa tuladha yang sederhana. Titik balik dari peradaban pendidikan masa lalu adalah sinergis.

Jadi saya cukup heran dengan orang-orang yang melabeli dirinya sendiri dengan label guru. Secara historis label guru tidak begitu saja ada. Tidak sedikit peran guru mencetak orang-orang hebat dan tokoh besar sampai era reformasi.

Tapi digunduli sedemikian rupa oleh orang-orang yang salah jurusan dan tidak tau dampak apa yang akan terjadi saat ia menerima beberapa akronim di belakang namanya dan pergi mencari pekerjaan.

Sedikit halnya seorang guru musti tidak boleh sambat dan rewel. Sudah jelas kodrat guru adalah menampung kesemua itu. Toh ya guru secara struktur mendidik masyarakat pada usia yang krusial. Yaitu pertumbuhan kanak-kanak hingga remaja. 

Sudah jelas bahwa pergeseran budaya tidak serta merta terjadi begitu saja dan menyalahkan peradaban barat yang berhasil meracuni lewat revitalisasi dan globalisasi. Jika secara akar penanaman budaya dan internalisasi masuk akal. Untuk apa khawatir akan liberalisasi yang membuncah?

Masyarakat harus tau bahwa peran guru itu sangat krusial. Sebagai orang yang melabeli dirinya sebagai seorang guru harusnya sadar tindakan apa yang akan terjadi saat mulut terpeleset. 

Dari mahasiswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun