Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Compo

2 Juli 2019   07:19 Diperbarui: 19 Juli 2020   01:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Isi lagi amunisi mu, siapkan pistol baru yang bersedia memuntahkan pelurumu

Pistolmu berkarat?

Pakai mulut saja kendati demikian tak akan kalah dengan pistol

Edan!

Barisan bolos sekolah merengek meminta ampun untuk tidak digulingkan kedoknya

Mulutmu tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya?

Kalau begitu jaga barisan belakang untuk berdoa

Barisan tengah maju kedepan!

Siapkan amunisi baru, hari ini kita lelah ditipu

Peluru sudah tumpul?

Pakai amunisi kobaran jiwa nasionalis, atau hal serupa

Jangan pakai dengki, tidak akan tembus ke jantungnya

Tidak ada disini yang berbicara selain saya?

Tumpul sudah, kisah cinta reotmu tak akan mampu membuat jiwa mereka ketar-ketir

Sekelompok serdadu yang tersisa mereka terus melawan, dulunya tempat dimana mereka berpijak adalah biasa dipanggil ibu. Sekarang sang ibu sedang tersandera oleh kepentingan suatu kelompok egois monopoli.

Compo tidak senang mendengar laporan dari mata-mata yang ia kirim malam tadi. Siasatnya bukan main, kecerdasan Compo bukan hanya bualan. Ia begitu cerdik, telah menyiapkan berbagai rencana untuk keadaan terburuk sekalipun.

Kini orang yang dikirim Compo telah beraksi dalam kerumunan "Pembangkang" tidak lagi menggunakan taktik kuno. Cara menyerang yang sangat efisien tidak boros anggaran yaitu hancurkan dari dalam, pecuti dengan  menghancurkan kepercayaan antar pejuang. Kata Compo itu halal, tidak ada yang haram selama berperang. Darimana dia belajar kata Halal-haram sedangkan ia tak pernah mengaji, sudahlah.

Hari masih tenang, akan selalu tenang. Paha Compo mengangkang lebar.

Peluru yang tadinya disiapkan untuk segera diluluh lantahkan tepat di jantung Compo tidak bisa terlaksana.

Peluru itu pecah sebelum keluar dari rongga mulut, setiap ujung timah yang tajam menancap diantara lidah dan langit-langit mulut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun