Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Putu Wijaya dalam Cerpen

10 Maret 2019   23:48 Diperbarui: 29 Juli 2022   04:31 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, Selamat malam! Ini adalah artikel pertamaku untuk kategori review karya sastrawan-sastrawati Indonesia. Juga bisa masuk dalam sosial budaya mungkin?

Aku akan rehat sejenak untuk penulisan cerpen & puisi-puisi parnoku. Sekali-kali agak nyantai sekaligus menelaah kembali memoriku tentang sastrawan-sastrawati Indonesia.

Kali ini yang akan saya angkat terlebih dahulu adalah Seorang cerpenis, novelis, penulis lakon sekaligus sutradara dan aktor yang karya-karyanya sangat luar biasa.

Putu Wijaya, nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya lahir di Puri Anom, Tabanan, Bali. Lahir dari seorang ayah (almarhum) I Gusti Ngurah Raka dan seorang ibu Mekel Erwati pada tanggal 11 April 1944.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya siapa itu Putu Wijaya atau bahkan mungkin ada sebagian yang telah mengenal beliau melalui karya-karyanya yang tak pernah ada hentinya membuat pikiran para pembaca berdecak kagum.

Baca juga: Mahasiswa Hari Ini

Lewat tulisan-tulisannya sosok Putu Wijaya menyalurkan gagasan-gagasannya yang dibalut satir pahit dengan humor yang menggigit pikiran penikmatnya.

Aku gak akan njelasin panjang lewat untuk karya-karyanya sangat banyak sekali bisa dilihat di Wikipedia. 

Aku sendiri mulai mencari tahu tulisan-tulisan Putu Wijaya setelah menikmati sebuah pentas seni bertajuk "MALAM SENI" pada tahun 2015 lalu.


akun instagramnya @sanggar.intra
akun instagramnya @sanggar.intra
Salah satu judul cerpen yang diangkat sebagai naskah Monolog berjudul "Mulut" dalam buku "YEL" yang terbit tahun 1990. 

Menceritakan seorang gadis cantik tak bermulut dengan mata setajam cakar harimau di sebuah desa kecil. Gadis tersebut menjadi bahan omongan para warga tak henti-hentinya semakin hari semakin menjadi-jadi omongan para warga. 

Kecacatan yang dialami oleh gadis tersebut diomongkan seperti manusia tak bermoral. Yang pada suatu waktu petugas datang membawa gadis itu untuk di interogasi karena informasi yang disampaikan warga tentang keanehannya tersebut. 

Dibawa ia ke sebuah ruangan, petugas menanyainya hingga berjam-jam lamanya ia di interogasi namun tak sepatah katapun keluar dari mulutnya yang tersumpal. Petugas meminta warga desanya untuk masuk dan berbicara dengannya, hampir sejam ia berada di sana. Dan banyak yang dibicarakan oleh gadis itu pada salah seorang warga tersebut, petugas terheran-heran mendengar perkataan warga itu. Karena kecacatannya itu ia dibawa oleh petugas.

Lama setelah setahun gadis itu pulang dengan bibir tipis yang serasi dengan wajah cantiknya, tak ada hentinya ia ngecepres ngalor-ngidul seperti radio rusak. Hingga tetangganya dibuat pusing bahkan saat tidurpun ia juga tetap ngomong. Naas karena mulutnya yang banyak omong itu ia kembali dibawa oleh petugas entah kemana dan tak pernah kembali.

Setelah setahun dibawanya gadis cacat itu seorang bayi lahir di puskesmas desa dengan keadaan yang sama dengan snag gadis yang dibawa petugas. Pertanyaan bergejolak dalam pikiran warga dan akhirnya bertanya.

"Kenapa mata bayi itu kosong?"

"Ia sudah kulino" Bisik perawat

"Apa?"

"Dokter bilang, ini generasi kedua jadi sudah kulino meskipun ia tidak punya mulut. Ia tetap tenang karena sudah biasa. Alah bisa karena biasa ia sudah nrimo nasibnya"

Monolog ditutup dengan

PENGAMEN ITU MENUNJUKKAN BONEKA KEPADA PENONTON. KEMUDIAN MENYERAHKAN KEPADA SEORANG PENONTON AGAR DIEDARKAN UNTUK DILIHAT OLEH SEMUA YANG NONTON. IA SENDIRI KEMUDIAN KEMBALI MENUTUP MULUTNYA . TERDENGAR BUNYI-BUNYIAN. PENGAMEN ITU BERGERAK SEPERTI MEMPERAGAKAN GERAKAN BATIN.

LAMPU MEREDUP.

Nah, tadi adalah sinopsis dariku yang gak pendek sama sekali. Kalau mau baca versi lengkapnya Monggo tak kasih link-nya.

Menurut penafsiranku Cerpen berjudul "MULUT" karya Putu Wijaya, menceritakan keadaan politik dalam pemerintahan, posisi demokrasi ,dan budaya-budaya masyarakat yang dibenturkan pada tokoh si Gadis. 

Ia adalah aktivis yang dibungkam suaranya dengan segala cara, dalih kotor yang di omongkan dan dilakukan secara terang-terangan. Saat ketajaman kritik dianggap momok bagi penguasa, saat itu pula orang itu akan hilang. Petugas membawanya di gadis selama setahun lamanya dan pulang dengan hadiah sebuah mulut. 

Yang tak sesuai harapan pemerintah malahan semakin giras melantangkan kebenaran-kebenaran. Karenanya ia dibawa dan hilang selamanya, Mulut bisa berbohong maka mata yang akan berbicara jujur.

Seorang Putu Wijaya memadatkan ide-ide dengan balutan kengerian demokrasi waktu itu dan diumpankan pada seorang Gadis tak bermulut dengan gaya penulisannya yang santai dan bahasa keseharian itu membuat suasana dalam tulisannya terasa lebih hidup.

Putu Wijaya adalah tulisan yang tak terselesaikan begitu menemukan sebuah maka selanjutnya kau akan menemukan berbuah-buah lainnya yang akan membuat lebih berfikir.

Membaca tulisan-tulisan karya sastrawan lawas juga penting untuk kemerdekaan tulisanmu.

Semoga ditangkapnya Dosen UNJ Robertus Robet saat orasi tentang penolakan Dwifungsi TNI pada aksi kamisan beberapa waktu lalu segera menemui titik terang dimana demokrasi Indonesia akan tetap terbuka.

Aku membuat undangan terbuka buat para pembaca tulisan ku untuk berdiskusi lewat fitur dari platform ini "Tanggapi artikel" dengan begitu kita akan lebih berkembang jangan menulis untuk mendapat pageview doang :p

Sekian terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun