Dikombinasikan dengan 'cruise control' (untuk mengatur agar mobil melaju dengan kecepatan konstan), fitur ini sangat membantu jalannya mobil tetap stabil dan terkendali sekalipun, misalnya, pengemudinya agak sedikit lelah atau mengantuk. Yang belum terbiasa memanfaatkan kecanggihan sistem ini memang merasa sedikit canggung. Tapi kalau sudah terbiasa baru akan menyadari bahwa sistem in sangat membantu agar tugas mengemudi menjadi lebih ringan sementara tingkat keselamatan meningkat.
Pengaturan jauh-dekat pada lampu depan (headlight) dapat distel otomatis, sehingga pengemudi tidak perlu berulang-kali menurunkan lampu (dim) ketika berpapasan dengan kendaraan lain, dan memasang lampu tinggi kembali ketika jalan didepan kosong. Kebanyakan pengemudi seringkali lupa menurunkan lampu sehingga membuat silau pengemudi kendaraan yang berlawanan arah.Â
Sistem ini pun cukup canggih, mampu mendeteksi intensitas cahaya di persekitaran kendaraan, dan akan otomatis menghidupkan lampu depan bila pencahayaan kurang (sore menjelang malam atau ketika memasuki terowongan) atau sebaliknya mematikan lampu depan bila kondisi cahaya cukup (malam memasuki pagi atau ketika keluar dari terowongan).
Meskipun tidak berhubungan langsung dengan manuver kendaraan, keberadaan 'voice command' (perintah lisan) untuk menjalankan berbagai fasilitas berkendara (membuka dan menutup kaca jendela atau atap, menyalankan pendingin udara dan mengatur suhu didalam kabin, menghidupkan dan mematikan lampu, radio, dan lain-lain) sangat membantu pengemudi dan penumpang kendaraan untuk menciptakan suasana perjalanan yang menyenangkan.Â
Kemudian bagi anda yang terbiasa mengemudi sambil mengikuti petunjuk navigasi google maps dari handphone yang layarnya kecil, mobil ini mempunyai sistem navigasi bawaan dengan layar lebar dan akurasi yang tinggi, dan petunjuk suara berbahasa Indonesia, sangat mudah diikuti, menghindarkan kemungkinan anda 'diantar' ke alamat yang salah.
Untuk keperluan parkir presisi (ruang sempit dan terbatas), keberadaan 'kamera 360' sangat membantu pengemudi untuk dapat melihat benda-benda dan posisinya masing-masing di sekeliling kendaraan, yang tampak jelas dalam 'pandangan atas'. Hal ini membuat pengemudi lebih percaya diri dalam memposisikan kendaraannya, sekalipun tidak ada orang lain (tukang parkir) yang mengarahkan.
Konsumsi bbm (Pertamax 92) berkisar antara 6,18 km/liter (saat terjebak macet berat berkepanjangan di Jambi pada 1 Juni 2022) sampai dengan 12,50 km/liter (jalanan mulus dan sepi antara Lhokseumawe sampai dengan Banda Aceh pada 8 Juni 2022), dengan konsumsi rata-rata 12 km/liter (total jarak tempuh 6030 km, total konsumsi bbm 500 liter). Saya menghitung pemakaian bbm dengan cara 'full-to-full', maksudnya setiap kali mengisi tanki bbm selalu sampai penuh, dan posisi odometer dicatat.Â
Dari sini dapat langsung dihitung berapa kilometer jarak yang sudah ditempuh, berapa liter bbm yang sudah dikonsumsi, dan berapa km/liter konsumsi bbm pada ruas jalan yang bersangkutan. Menurut saya hasilnya wajar, tidak boros, mengingat ukuran dan bobot mobil sekelas Wuling Almaz, dengan muatan penuh. Â
Tak ada gading yang tak retak, begitulah kata pepatah. Mobil inipun tentu tak luput dari kekurangan, akan tetapi hal tersebut tidak sampai mengurangi keceriaan kami selama menempuh perjalanan panjang ini (6000 km dalam 18 hari). Beberapa kekurangan kecil itu diantaranya sebagai berikut:
1) Fungsi 'auto dim' (lampu rendah ketika berpapasan dengan kendaraan lain) adakalanya tidak berjalan, tetapi hanya pada satu malam itu saja (Rabu 1 Juni 2022), pada malam-malam selanjutnya kembali normal.
2) Sistem navigasi sedang diperlukan, tiba-tiba berubah arah seperti akan kembali ke destinasi sebelumnya. Terus menerus selama beberapa puluh menit, kalau tidak 'diluruskan' (destinasi baru diset ulang) 'Mbak Wuling' selalu meminta kita melakukan u-turn di SPBU terdekat di depan.