Mohon tunggu...
Dimas Wibisono
Dimas Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Akademisi di salah satu universitas di Riyadh, Arab Saudi

Lahir, membesar dan sekolah di Yogyakarta. Sampai kini masih belajar sambil mengajar di lingkungan pendidikan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulang Kampung Paling Bingung

19 Desember 2020   12:09 Diperbarui: 19 Desember 2020   12:12 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang test PCR itu pun ada kendala tersendiri, karena prosedurnya cukup rumit bagi kami pendatang yang tidak faham Bahasa Arab. Belum lagi nanti kalau laporannya dalam Bahasa Arab tidak akan diakui sesampainya di Jakarta. Sebetulnya ada juga test PCR yang prosedurnya sederhana, laporan dalam Bahasa Inggris, tapi biayanya selangit (SAR1200 = hampir 5 juta rupiah per orang). Yang jelas kami tak sanggup membayarnya.

Saya segera menyelesaikan urusan 'clearance' dan 'final exit' untuk isteri dan anak, kemudian mencari tiket secepatnya. Kami berhasil mendapatkan tempat untuk penerbangan ke Jakarta pada 10 September 2020 dari Riyadh. Sebelum berangkat kami harus mengemas barang-barang untuk dikirim ke kampung halaman menggunakan kapal laut (yang biayanya lebih murah), tidak mungkin ditenteng semua karena banyak sekali dan berat. 

Seminggu terakhir di Riyadh kami sangat sibuk dengan berbagai urusan dan rasanya sangat capek. Tapi alhamdulillah tetap sehat dan gembira karena masih bisa pulang dalam kondisi pandemi global yang cukup mengkhawatirkan.

Teorinya kita harus disiplin menjaga jarak (social distancing) untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Tapi dalam kenyataan tidak mungkin dilaksanakan. Bayangkan, kapasitas pesawat 391 penumpang dan terisi penuh. Begitu pun di bandara Riyadh, tempat duduk di ruang tunggu tidak cukup kalau jarak antar penumpang harus dijaga. 

Praktis sejak dari ruang tunggu bandara sampai naik pesawat dan mendarat di Jakarta, paling sedikit 13-14 jam lamanya (karena harus transit di Banda Aceh) kami semua duduk berdekatan (tanpa jarak) seperti kondisi normal sebelum ada pandemi. 

Ya, kami semua hanya bisa pasrah seandainya ada diantara penumpang yang tanpa sengaja 'membawa' virus Covid-19 dan diantara kami mungkin akan ada yang ikut terpapar. Apa boleh buat. Yang penting bisa sampai ke kampung halaman, daripada terlantar di negeri orang, tanpa pekerjaan, dan tentu saja tanpa gaji, entah sampai kapan.

Akhirnya perasaan kami lega (sebagian) begitu pesawat benar-benar mengangkasa pukul 00:50 waktu Saudi pada Kamis 10 September 2020. Setengahnya terus terang kami masih berdebar-debar menghadapi test swab (PCR) di Jakarta nanti (bersambung).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun