Mohon tunggu...
Dimas Wibisono
Dimas Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Akademisi di salah satu universitas di Riyadh, Arab Saudi

Lahir, membesar dan sekolah di Yogyakarta. Sampai kini masih belajar sambil mengajar di lingkungan pendidikan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyaris Putus Asa karena Urusan Visa

11 Desember 2019   23:25 Diperbarui: 11 Desember 2019   23:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sampai di Berlin baru tahu kalau ada ketentuan yang aneh. Rencananya anak saya akan terbang dari Frankfurt langsung ke Riyadh. Kata orang agen, kalau terbangnya dari Frankfurt ngurus visanya seharusnya di Frankfurt, bukan di Berlin. Visa bisa diurus di Berlin tapi harus membayar extra 100 euro. Kenapa urusan visa kaku sekali seperti ini. Saya jadi teringat dulu ketika berlibur ke Perancis dari Inggris dengan keluarga belasan tahun yang lalu. Tujuan kami ke Perancis, tapi pesawat kami dari London (Inggris) turun di Brussels (Belgia), kemudian kami sewa mobil untuk dibawa ke Perancis dan keliling Eropa. 

Kedua negara sama sekali tidak mempermasalahkan kenapa visanya ke Perancis tapi mendaratnya di Belgia. Sementara untuk urusan visa Arab ini, hanya antar instansi (konsulat dan kedutaan) dari negara yang sama (Arab Saudi), sekedar beda lokasi (Frankfurt dan Berlin) tapi masih di negara yang sama (Jerman). Tapi Arab Saudi memang lain dari yang sama, kita harus maklum.

Diatas sudah saya ceritakan bahwa anak saya sudah apply visa turis secara online dan sudah bayar seluruh biayanya lebih dari 400 riyal. Kata orang kedutaan, nama anak saya sudah ada dalam sistem, uang itu tidak hilang, prosesnya masih bisa dilanjutkan lewat agen. Tapi agen lain lagi kilahnya. Mereka tidak mau melanjutkan proses yang sudah dimulai oleh anak saya, melainkan proses dimulai dari awal dan membayar lagi penuh, ditambah biaya jasa agen, total 243 euro. 

Sampai disini kami sudah membayar total lebih dari enam juta kalau dirupiahkan, dan belum ada jaminan bahwa visa akan diluluskan. Sementara tanggal keberangkatan yang direncanakan tinggal 2 minggu lagi. Terus terang kami berdebar-debar meunggu hasilnya. Dan tentang uang yang sudah dibayarkan pada proses online itu (400 riyal lebih), agen menyuruh anak saya mengurus sendiri, yang hampir pasti mustahil uang dikembalikan.

Masalah baru muncul. Visa tinggal anak saya di Jerman hanya berlaku sampai Maret 2020. Kata orang agen, kemungkinan permohonan visa akan ditolak karena masa berlaku visa Jerman yang kurang dari 6 bulan. Sebetulnya sisa masa berlaku visa Jerman ini tidak ada dalam syarat pengajuan visa ke Saudi. 

Lagipula, anak saya hanya akan tinggal di Saudi selama dua minggu dan akan kembali ke Jerman jauh sebelum masa berlaku visa Jerman itu habis. Tapi pengalaman kami berurusan dengan otoritas Saudi, segala susuatu bisa berubah seketika tanpa perlu ada alasan yang masuk akal. Yang sudah tertulis pun bisa dengan mudah dipungkiri, apalagi kalau hanya sekedar pernyataan lisan. Jadi sekarang kami hanya bisa berdoa, tidak lebih, mudah-mudahan urusan visa Saudi segara beres, meskipun saat ini kami nyaris putus asa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun