Atas tindakan para penguasa itu, serikat buruh mengancam turun ke jalan, bahkan hari ini sudah banyak yang mogok kerja dan demo di depan pabrik mereka. Dijadwalkan aksi mogok kerja nasional ini digelar hingga 8 Oktober, bahkan bisa diperpanjang. Tentu para pengusaha pun juga ketar-ketir dengan hal tersebut.Â
Mau bagaimana lagi, diajak negosiasi sudah tidak bisa. Entah pergi kemana akal sehat dan hati nurani DPR itu. Oh iya, sudah mati, maaf lupa!
Apa karna sudah mati, terus kita mewajarkan hak tersebut? Tentu tidak.
Kita memang sudah di zaman edan, lek ora edan ora keduman.
Mungkin itu pepatah yang digandrungi oleh para pejabat dan pemegang kursi DPR. Mungkin sebenarnya hati nurani dan akal sehat itu masih ada, namun kalah dengan akal busuk keinginan memeroleh keuntungan yang lebih dan lebih meskipun mengorbankan rakyat.
Ya jelas lah, rakyat itu siapa, tidak menguntungkan sama sekali. Lebih baik mendukung para investor dan kapitalisme, karena jelas mereka lebih menguntungkan
Saya jadi teringat kutipan percakapan dalam Drama Korea 'The Great Doctor'Â yang menyatakan rakyat tidak akan pernah puas dengan pemberian penguasa, maka lebih baik ditindas saja.
Wah, kacau sudah negara ini beserta isinya: ya DPR, ya pemerintah, ya rakyat sudah kehilangan akal sehat semua. Dan mungkin termasuk saya.
Yang jelas kekacauan di atas melahirkan Mosi Tidak Percaya. Rakyat sudah tidak percaya lagi dengan wakilnya dan juga pemerintah. Meskipun dari dulu sebenarnya juga sudah banyak yang tidak percaya.
Akan tetapi dengan pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi UU Cipta Kerja, menjadi legitimasi bahwa rakyat sudah tidak percaya dengan para wakilnya yang sebenarnya mereka sendiri yang memilih.
Saya itu bingung, mendekati Pilkada 2020 begini, semestinya partai-partai itu kan mengambil hati rakyat supaya kadernya terpilih jadi pemimpin daerah. Ya kalo begini mah, golput adalah pilihan terbaik sebagai bukti nyata kekecewaan rakyat terhadap pemerintah.