Mohon tunggu...
Arinda Eka Savitri
Arinda Eka Savitri Mohon Tunggu... Lainnya - Libatkan Allah SWT dalam setiap langkahmu

IAIN Jember Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan Pendidikan agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran Rekontruksionisme dan Pemikiran Tokoh-tokohnya dalam Filsafat Pendidikan

31 Mei 2020   19:59 Diperbarui: 31 Mei 2020   19:57 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamu'alaikum kawan, kali ini saya akan berbagi sedikit pengetahuan tentang rekonstruksionisme. Silahkan dibaca dan dipahami ya!

-Pengertian rekontruksionisme

Secara bahasa, rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Secara istilah, dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksianisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. 

Aliran rekontruksianisme pada prinsipnya merupakan aliran yang sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. 

Walaupun sepakat dengan aliran perennialisme tetapi keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam memecahkan sebuah masalah yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. 

Aliran perennialisme memiliki cara sendiri yaitu dengan kembali kealam kebudayaan lama yang mereka anggap baik, telah diuji dan terbukti yang mampu membawa manusia untuk mengatasi krisis. 

Sedangkan, aliran rekontruksionisme yaitu berupaya mencari kesepakatan antar manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya.

Aliran ini berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas seluruh umat manusia atau bangsa. Karena pembinaan akan kembali pada daya intelektual dan spiritual yang sehat yang akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

-Pemikiran tokoh-tokoh rekontruksionisme

1. George Count

Ia lahir di Amerika Serikat pada tanggal  9 Desember 1889. Pada tahun 1920 ia bersama Parolin mengadakan gerakan yang berawal dari terbitnya buku John Dewe. 

Mereka memunculkan gagasan yang bertujuan untuk membangun masyarakat baru yang dipandang adil. Melalui tulisannya ia mencoba mempertanyakan sistem sosial ekonomi pada saat itu, dimana pendidikan menurutnya harus menjadi agen of change yaitu pendidikan yang diperlukan untuk mengungkapkan konsepsi peradaban dan perumusan yang dapat mempersiapkan para pendidik untuk mengatasi krisis sosial dan ketertinggalan budaya dengan merekontruksi gagasan keyakinan dan nilai-nilai dalam kondisi yang berubah, sehingga guru memegang posisi sebagai ujung tombak pengambil pertama dalam transformasi sekolah.

2. Caroline Pratt

Menurutnya, seorang kontruksionisosial yang berpengaruh pada pendidikan ialah nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia yang dapat berfikir secara efektif dan kontruktif. Untuk mencapai tujuannya harus berupaya mencari kesepakatan dan bekerja sama antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya.

3. Paulo Freire

Ia lahir pada tanggal 19 September 1921 dan ia meninggal pada tangal 2 Mei 1997. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan yaitu  untuk membuka mata peserta didik agar mereka bisa melakukan transformasi sosial. 

Ia juga menyatakan bahwa pendidikan pasti ada campur tangan politiknya untuk mempertahankan status sosial yang dapat diamati dari metode belajar mengajar dalam kelas.

Mereka yang menggunakan pendidikan untuk mempertahankan status sosial pasti didalam kelasnya menggunakan metode belajar yg disebut freire banking consep of education, sedangkan yg meyakini pendidikan sebagai praksis pembebasan akan menggunakan problem posing metod. 

Menurut freire banking consep of education hal ini menjadi alat penindas kesadaran realitas sejati sehingga menyebabkan seseorang menjadi pasif sedangkan secara fundamental memiliki karakter yang naratif. 

Karena guru hanya sebagai pembicara, sedangkan murid sebagai pendengar, jadi tidak bisa mendorong siswa untuk berfikir kritis, sehingga murid akan menjadi penerima yang pasif. Bangking consep of education ini akan disebut mampu apabila peserta didik mampu menghafal pengetahuan yang diberikan kepada mereka.

Sebagai lawan dari bangkin consep of education ia memperkenalkan Problem posing metod yaitu pendidikan yang bersifat tidak menindas yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran atas realitas, hubungan murid dengan guru lebih kepada dialektika, guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga yang diajar, murid juga tidak hanya sebagai pendengar akan tetapi juga menjadi penyelidik yang berfikir kritis. 

Murid tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan tetapi murid juga menanyakan pengetahuan yang diberikan kepada mereka secara kritis. Jika seorang murid dianggap berhasil apabila ia mengaitkan informasi tersebut dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara ai memanfaatkan untuk melakukan suatu perubahan.

Semoga bermanfaat bagi kita semua, terimakasih.
Wassalamualaikum kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun