Raja Ampat menjadi rumah bagi berbagai keindahan dan keragaman biota laut termasuk invertebrata, hewan tanpa tulang belakang. Berbagai jenis invertebrata laut menghuni berbagai habitat di Raja Ampat.
 Berdasarkan catatan ada 540 jenis kerang, 700 jenis moluska dan berbagai invertebrata laut lain di kabupaten kepulauan ini. Salah satu invertebrata laut Raja Ampat yang akan kita bahas kali ini adalah mengenai Jorunna funebris.
Jorunna funebris adalah invertebrata seperti siput laut dalam Filum Moluska. Spesies ini termasuk dalam hewan hermafrodit sehingga tidak menampilkan dimorfisme seksual.Â
Ukuran tubuh hewan dewasa bervariasi dari 15 mm sampai lebih dari 70 mm, dengan panjang rata-rata 35mm. Sedangkan ukuran larva: planktotrofik = 166m dan lesitotrofik = 290 m. J. funebris tergolong karnivora dan hanya memakan spons (Rudman dan Willan 1998).Â
J. funebris, seperti semua nudibranch, telah mengalami penyimpangan dari kebanyakan moluska dengan kehilangan cangkang keras pelindung.Â
Spesies ini mempertahankan diri dengan cara penyamaran dan pewarnaan kimia untuk menghindari predator dari atas. J. funebris mendiami habitat laguna terumbu. J. funebris adalah salah satu spesies nudibranch dengan distribusi terbesar di seluruh dunia.Â
Selain di Raja Ampat, J. funebris ditemukan di perairan Indonesia lain. J. funebris juga ditemukan perairan Australia, Selandia Baru, Indo-Pasifik pada umumnya.
Spesies ini termasuk dalam filum Moluska, kelas Gastropoda, subkelas Opisthobranchia, Ordo Nudibranchia, subordo Dorididae, Superfamili Eudoridoidea, Famili Dorididae, Genus Jorunna dan Spesies funebris.Â
Anggota Opisthobranchia bersifat hermaprodit di mana memiliki organ jantan dan betina pada satu individu. Bagian luar alat kelamin terdiri dari tabung kompleks untuk mengeluarkan autosperma, menerima allosperma, dan tempat meletakkan telur (oviposisi).
 Alat kelamin mengalami spesialisasi sedemikian rupa untuk mencegah fertilisasi sendiri. Nudibranch melakukan kopulasi dengan pasangan, sesuai dengan fungsinya yang bisa sebagai jantan maupun betina. Kopulasi dapat berlangsung lama atau singkat, tergantung kondisi lingkungan. Setelah kopulasi, sperma disimpan pada tempat pembentukan telur, hingga akhirnya terjadi fertilisasi.
Ancaman utama pada spesies ini adalah pemanfaatannya dalam bioprospecting. Spesies ini memiliki potensi terancam karena dapat menghasilkan jorumisin (Jorumycin), metabolit sekunder alkaloid isokuinolin dimer dengan sifat sitotoksik melawan sel tumor (Fontana et al. 2000, Fontana et al. 2001, Charupant di al. 2007 ). Obat baru untuk melawan kanker sangat menguntungkan bagi manusia, dan jika proses ekstraksi terus disempurnakan, jorumisin dapat menjadi obat murah dan efektif untuk membunuh sel kanker pada manusia.
Jika jorumisin menjadi pilihan, ada kemungkinan populasi J. funebris akan mendapat tekanan antropogenik. Oleh karena itu, populasi J. funebris perlu terus dipantau dan dipastikan bahwa spesies ini tidak terancam.
Sumber
Buletin KBR4. 2014. Konservasi Biodiversitas Raja4. http://ibcraja4.org/assets/file/Bulletin9September2014.pdf, diakses pada 17 Desember 2018 pk 17.17 WIB.
Ellis, W. 1998. Nudibranchs: Nature's Paint Box. Wildlife Australia 35 (4): 29-32.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H