Menua
Merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan kita dan proses sepanjang hidup, tentu menua ini merupakan proses alamiah dimana seseorang telah melewati tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Seseorang yang menua akan mengalami kemunduran salah satunya kemunduran fisik seperti kulit mengerut, rambut memutih, penglihatan menjadi buruk, pendengaran menjadi kurang jelas dan sebagainya, hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan mental, psikososial serta spiritual (Nasrullah, 2016).
Indonesia termasuk salah satu negara yang mengahadapi tren peningkatan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik, berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus tahun 2016 si Indonesia diperkirakan jumlah lansia (usia di atas 60 tahun) sebanyak 22.630.882 jiwa dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2022 sebanyak 31.320.066 jiwa. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2022). Dengan peningkatan kelompok lansia membawa dampak pada berbagai aspek sosial, ekonomi dan kesehatan sehingga dapat menyebabkan perubahan pada kualitas hidup mereka (Rekawati et al., 2018).
World Health Organization Quality-of-Life Scale (2010) menjelaskan terdapat 4 domain pada kualitas hidup yakni domain fisik, domain kesehatan psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Lansia pada umumnya tinggal bersama keluarganya di rumah tetapi tidak sedikit juga lansia yang tinggal di panti karena masalah ekonomi, rendahnya atau tidak adanya dukungan keluarga sehingga sebagian besar lansia terabaikan atau terlantar dan tinggal di panti. Kualitas hidup lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga dinilai lebih baik dibandingkan dengan lansia yang tinggal di panti (Luthfa, 2018). Dilihat dari 4 domain berikut ini :
1. Kesehatan Fisik
Pada lansia dengan kondisi penurunan fungsi tubuh dan perubahan fisik yang dialaminya beresiko menderita berbagai penyakit, ketidaksiapan lansia akan hal itu menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia tersebut. Beberapa penelitian mengatakan pada domain fisik lansia yang tinggal di rumah dengan keluarga memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibanding yang tinggal di panti. Saat sakit, keluarga berperan merawat lansia yang tinggal di rumah sehingga lansia merasakan tenang ketika sakit karena memiliki keluarga yang selalu merawatnya.
2. Psikologis
Lansia yang tinggal di panti tentu akan jauh dari keluarga dan masalah psikologis sering dialami oleh para lansia. Keluarga lansia yang tinggal di panti jarang berkunjung ataupun memberikan perhatian sehingga banyak lansia yang merasa dirinya tidak berguna dan merasa keberadaannya tidak diharapkan. Karena hal tersebut beberapa lansia cenderung menjadi pasif atau tidak ingin melakukan aktivitas apapun. Perasaan tidak diharapkan dan pasif dalam melakukan aktivitas dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia. Berbeda dengan lansia yang tinggal di rumah bersama dengan keluarga, ketika lansia mengalami masalah psikologis, kehadiran keluarga dengan memberikan dukungan emosional kepada lansia membuat kualitas hidup lansia lebih baik.
3. Hubungan Sosial
Karena semakin menua, interaksi sosial pun berkurang, hal ini dikaitkan dengan pensiun kehilangan pekerjaan, pertemanan, status dan lama kelamaan hubungan sosial pun memudar. Lansia yang tinggal bersama keluarga cenderung memiliki kesempatan untuk beriteraksi dengan anggota keluarganya seperti anak atau cucu serta masyarakat sekitar, sedangkan lansia yang tinggal di panti hanya berinteraksi dengan sesama lansia atau para petugas yang ada. Dengan kurangnya dukungan sosial akan mempengaruhi kualitas hidup lansia.
4. Lingkungan
Sebenarnya tinggal di panti bukan pilihan yang salah, akan tetapi pilihan tersebut menimbulkan masalah psikologis dan sosial budaya. Lansia yang tinggal di panti dengan alasan keluarga tidak mampu merawatnya ataupun lansia yang terlantar tidak memiliki keluarga secara bertahap lansia merasakan perasaan hampa dan kesepian juga lansia dihadapkan dengan lingkungan baru yang belum pernah ditempatinya dan harus beradaptasi. Bagi lansia yang bisa beradaptasi dengan baik dapat menyesuaikan perubahan yang ada di lingkungan barunya, sebaliknya jika lansia tidak bisa beradaptasi dengan baik maka timbul permasalahan seperti menurunnya interaksi dengan lingkungan sosial sehingga menyebabkan masalah psikologis seperti menarik diri atau isolasi sosial. Hal tersebut mempengaruhi penurunan kualitas hidup. Sedangkan pada lansia yang tinggal di lingkungan bersama keluarganya cenderung merasa bahagia akan kehadiran keluarga sehingga kualitas hidup mereka lebih baik.
Untuk itu, pertimbangan untuk memilih tempat tinggal lansia menjadi hal penting yang harus didiskusikan dalam keluarga untuk mempertahankan dan menjaga kualitas hidup lansia.
Referensi :
Luthfa, I. (2018). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga dengan Lansia yang Tinggal di Rumah Pelayanan Sosial. 3(1).
Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2022). Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera.
Rekawati, E., Sahar, J., Widyatuti, Abas, I., & Chaidir. (2018). The experience of older people living in nursing home (Panti Wredha) in DKI Jakarta, Indonesia. Enfermeria Clinica, 28, 347--352. https://doi.org/10.1016/S1130-8621(18)30183-9
World Health Organization Quality-of-Life Scale. (2010). Analyses of Their Item Response Theory Properties Based on the Graded Responses Model. Iranian Journal of Psychiatry, 5(4), 140--153. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22952508%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC3395923
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H