Mohon tunggu...
Harini Rahmi
Harini Rahmi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life is a process to transfer our values to others. Make ourself meaningfull anytime anywhere for all people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FISUM] Buang Sampah Jangan ke TPA yang Ini ya!

18 Juli 2012   12:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:49 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

[FISUM] BUANG Sampah Jangan ke TPA yang ini ya!

Oleh : Harini Rahmi

Anto yang sudah delapan bulan menganggur akhirnya merasa lega tatkala diterima bekerja sebagai office boy di salah satu percetakan ternama di kotanya. Dia sangat antusias menjalani hari pertamanya sebagai OB. Dua puluh menit sebelum jam kantornya Anto telah menginjakkan kaki di kantor tersebut.  Dengan segera ia segera mengerjakan rutinitasnya sesuai dengan arahan dari pimpinannya.

Seluruh lantai ruangan telah disapu dan dipel hingga bersih dan wangi. Anto segera mencuci tangannya untuk kemudian segera membuatkan minuman untuk pimpinan dan staff kantor lainnya. Saat ia mengantarkan minuman ke ruangan pimpinan, Anto diminta oleh pimpinannya untuk membuangkan sampah yang terdapat di belakang kantor ke TPA terdekat. Anto cukup bingung dengan perintah pimpinan namun dia enggan untuk bertanya lebih panjang. Ia pun dengan sopan segera mengangguk tanda paham.

Anto segera menuju halaman belakang kantor dan menemukan beberapa karung berisi sampah yang tampaknya sudah cukup lama dibiarkan di sana. Baunya yang mulai menyengat membuat Anto segera memasang masker agar ia leluasa mengangkat sampah tersebut dengan menggunakan gerobak dorong multy fungsi yang terdapat di gudang.

Separoh dari  jumlah sampah yang ada telah berhasil dipindahkan Anto ke gerobak. Dengan langkah gontai Anto yang diresapi keraguan tetap melangkah menuju TPA terdekat. Anto yang tidak paham arti TPA kemudian sampai di salah satu bangunan sederhana yang di depannya terdapat sebuah plang nama yang bertuliskan "Tempat Penitipan Anak [TPA]". Anto sempat membatin "Bosku edan, kok nyuruh buang sampah di TPA". Di tengah keraguannya tiba-tiba Anto  dihantui oleh rasa takut akan dimarahi oleh pimpinannya. Salah-salah dia bisa dianggap tidak becus dan dipecat.

Setelah mengamati sekelilingnya dan memastikan tidak ada orang yang melihat maka Anto langsung meninggalkan sampah-sampah tersebut di depan TPA. Setelah gerobaknya kosong Anto segera mengambil langkah seribu menuju kantornya dan segera mengambil sisa sampah berikutnya.

Tubuh Anto dibanjiri keringat karena mengangkat sampah yang cukup berat ditambah pula dengan teriknya sinar matahari yang dengan garangnya membakar kulit. Sampah terakhir berhasil ditinggalkan oleh Anto di depan TPA sehingga halaman TPA yang tadinya bersih sekarang berubah menjadi kotor dan bau. Namun sayang, ketika Anto kembali ke kantor ternyata ada salah seorang pegawai TPA yang mengikutinya langkahnya di belakang.

Setelah tahu markas kantor Anto, pegawai TPA tersebut segera mencatat nomor telp kantor yang tertulis rapi di plang yang terdapat di depan kantor. Sesampainya di TPA, ia langsung menelpon ke kantor Anto dan minta disambungkan dengan pimpinannya. Petugas TPA itu marah besar dan meminta pimpinan untuk segera membersihkan  halaman TPA dari sampah-sampah yang tadi dibuang di sana serta menuntut ganti rugi atas perbuatan yang kurang menyenangkan tersebut.

Pimpinan meminta maaf dengan sangat dan berjanji akan melakukan kross check dengan OBnya. Jika ternyata benar maka beliau akan segera memenuhi tuntutan dari pihak TPA tersebut. Telepon di tutup dan Anto segera diminta untuk menghadap sang pimpinan.

Anto : Siang Pak, Bapak memanggil saya ada apa ya?

Pimpinan : Kamu tadi saya suruh buang sampah ke TPA kan?

Anto : Iya pak, dan saya sudah membuang seluruh sampah itu ke TPA sesuai perintah Bapak.

Pimpinan : TPA yang mana?

Anto : TPA yang terdapat di sebelah kanan di ujung jalan ini pak.

Pimpinan : Aduuuuuuuuuh, jadi benar kamu membuangnya ke Tempat Penitipan Anak itu?

Anto : Iya pak.

Pimpinan : Owalah Nto Nto, kamu gimana sih. TPA itu artinya Tempat Pembuangan Akhir sampah Nto, bukan Tempat penitipan Anak. Mbok ya kamu itu mikirlah. Mana ada orang buang sampah ke TPA itu. Nyari masalah aja kamu [Mimik marah dan intonasi tegas]. Ya sudah kamu dipecat!!!!

Anto : #$@##@#_?

Untuk melihat karya peserta lain silakan menuju akun Cinta Fiksi dengan judul “Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Fiksi Humor“

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun