Mohon tunggu...
Arina Fauzia
Arina Fauzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubbul Wathon Minal Iman, NKRI Harga Mati!

6 Januari 2023   19:53 Diperbarui: 9 Juli 2023   13:27 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ibu pertiwi atau tanah air adalah salah satu istilah yang digunakan oleh bangsa Indonesia untuk menyebut seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari darat dan laut. Penggunaan ungkapan ini didasarkan pada konsep pandangan kepulauan yang dibentuk oleh status Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini menjadikan cinta tanah air sebagai perasaan yang tulus dan suci bagi negara kesatuan Republik Indonesia. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa, termasuk salah satu dari Pancasila yaitu sila ketiga, persatuan Indonesia. Jadi, sebagai warga negara Indonesia, kita harus Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa sebagai pengamalan Pancasila sila ketiga. 

Dengan banyaknya suku, ras, budaya dan agama yang ada di Indonesia ini membuat para pejuang terdahulu menciptakan slogan “ Bhinneka Tunggal Ika “ yang berarti meskipun beranekaragam, pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap merupakan satu kesatuan.

Semangat persatuan dan kesatuan kemudian dituangkan ke dalam aturan Pancasila pada sila Ketiga yang berbunyi “PERSATUAN INDONESIA”. Dalam sila ketiga tersebut sangat penting untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan warga negara Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melindungi warga negara Indonesia dari upaya kelompok atau individu manapun yang berusaha memecah belah bangsa. Upaya tersebut sangat nyata dalam tindakan berita hoaks, ujaran kebencian dan intoleransi. Upaya ini menyebar dengan sangat cepat dan mendapat respon dari masyarakat.

Pancasila telah menjadi ideologi bangsa Indonesia sejak tahun 1945. Namun nilai-nilai Pancasila sudah mulai pudar dalam diri Bangsa Indonesia. Pancasila seperti hanya menjadi ungkapan simbolis saja tanpa ada implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dilaksanakan pada mulai masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1960-an dalam bingkai nation and character building. Upaya tersebut dilakukan untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang sesuai dengan visi dan misi politik penguasa saat itu. 

Di zaman ini, semua orang di dunia memerlukan penyatuan negara mereka sendiri. Berbagai bentuk pertahanan dan kerukunan dilaksanakan untuk kepentingan negaranya masing-masing. Sehingga negara dapat bertahan dan bersaing, baik dari segi ekonomi dan keamanan maupun di bidang lainnya. Semua negara bersaing di dunia ini. Bersaing di segala bidang untuk diakui dan diamati oleh negara lain. Demikian pula, Indonesia telah mencatatkan berbagai keberhasilan dalam berbagai kompetisi internasional bergengsi. Dan Indonesia juga berhasil meraih beberapa medali sebagai bentuk wujud cinta kepada tanah air Indoenesia.

Namun, akhir-akhir ini banyak dari generasi muda rasa cinta tanah air mulai. Banyak terjadi  berbagai kasus yang tidak mencerminkan jati diri bangsa. Di era globalisasi ini, arus informasi dari luar dapat memberikan dampak baik dan buruk. Dampak buruknya, rasa cinta tanah air dan bangsa tidak sekuat dulu. Dengan kemajuan teknologi yang seharusnya untuk menyaring budaya yang kurang sesuai dengan jati diri negara Indonesia namun malah menjadi salah satu sebab munculnya budaya yang menyimpang dari luar.

Maka dari itu, para generasi muda sangat perlu memaknai pancasila, khususnya sila III, memang perlu dilakukan. Menganggap penting dari nilai-nilai pancasila saja tidak cukup, penerapan pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga sangat diperlukan. Nilai-nilai Pancasila harus dikenalkan kembali kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama kepada generasi muda.

Dalam Islam kita juga diajarkan untuk mencintai tanah air. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah menjaga persatuan umat beriman dan rela berkorban. Sebagai umat Islam, kita harus ikut serta dalam mengamankan dan mempertahankan tanah air kita agar negara kita senantiasa terbebas dari hal-hal yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Ada banyak sudut pandang agama tentang cinta tanah air. Salah satunya ialah agama islam.  Agama islam merupakan agama yang di turunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah ta'ala, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta. Dalam islam sendiri di perintahkan untuk cinta terhadap tanah air yang dikenal dengan “ hubbul wathon minal iman“ yang berarti cinta tanah air sebagian dari iman. Konsep ini diciptakan oleh seorang tokoh NU yang bernama KH. Abdul Wahab Chasbullah. Beliau menciptakan konsep tersebut diambil dari nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadist secara fiqhiyah. 

 Dengan semangat juang yang besar, beliau ingin mengajak para pemuda bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran bela bangsa dan negara serta menumbuhkan sikap nasionalisme. Istilah nasionalisme, berasimilasi ke dalam bahasa Indonesia, memiliki dua arti:

pemahaman (ajaran) cinta tanah air dan bangsa, atau kesadaran untuk mencapai, memelihara dan mengabdikan identitas, keutuhan, kemakmuran dan kekuatan bangsa. Nasionalisme dalam arti sempit dapat diartikan sebagai cinta tanah air. 

Banyak masyarakat awwam mengira bahwa cinta tanah air tidak ada dalam perspektif agama islam. Berikut adalah beberapa dari dalil tentang cinta tanah air dalam perspektif ajaran Islam:

1. Cinta tanah air dalam al-Qur'an dan menurut para ahli tafsir:

Dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 66.

وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِم أَنِ اقْتُلُوْا أَنْفُسَكم أَوِ أخرُجُوا مِن دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوْه إِلَّا قليلٌ منهم

Artinya: “Dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (orang-orang munafik): ‘Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu!’ niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka..." (QS. An-Nisa': 66). 

Syekh Wahbah Al-Zuhaily dalam tafsirnya al-Munir fil Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj menyebutkan:    

وفي قوله: (أَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ) إِيْمَاءٌ إِلىَ حُبِّ الوَطَنِ وتَعَلُّقِ النَّاسِ بِهِ، وَجَعَلَه قَرِيْنَ قَتْلِ النَّفْسِ، وَصُعُوْبَةِ الهِجْرَةِ مِنَ الأوْطَانِ.  

Artinya: “Di dalam firman-Nya (وِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ) terdapat isyarat akan cinta tanah air dan ketergantungan orang dengannya, dan Allah menjadikan keluar dari kampung halaman sebanding dengan bunuh diri, dan sulitnya hijrah dari tanah air.” (Wahbah Al-Zuhaily, al-Munir fil Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj, Damaskus, Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir, 1418 H, Juz 5, hal. 144)  

QS Al- Baqarah ayat 126.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Dalam kitab Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-suyuthi menafsirkan ayat tersebut dengan :

 (Dan ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhanku! Jadikanlah ini) maksudnya tempat ini (sebagai suatu negeri yang aman). Doanya dikabulkan Allah sehingga negeri Mekah dijadikan sebagai suatu negeri yang suci, darah manusia tidak boleh ditumpahkan, seorang pun tidak boleh dianiaya, tidak boleh pula diburu binatang buruannya dan dicabut rumputnya. 

(Dan berilah penduduknya rezeki berupa buah-buahan) dan ini juga sudah menjadi kenyataan dengan diangkutnya berbagai macam buah-buahan dari negeri Syam melalui orang-orang yang hendak tawaf sekalipun tanahnya merupakan suatu tempat yang tandus tanpa air dan tumbuh-tumbuhan (yakni yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhir") merupakan 'badal' atau kalimat pengganti bagi 'penduduknya' yang dikhususkan dengan doa, sesuai dengan firman-Nya, "Dan janji-Ku ini tidaklah mencapai orang-orang yang aniaya."

(Firman Allah, "Dan) Aku beri mereka pula (orang-orang kafir lalu Aku beri kesenangan sedikit) atau sementara, yakni selama hidup di dunia dengan rezeki, dibaca 'fa-umatti`uhu', yakni dengan tasydid. (Kemudian Aku paksa ia) di akhirat kelak (menjalani siksa neraka) sehingga tidak mendapatkan jalan keluar (dan itulah seburuk-buruk tempat kembali").

2. Cinta tanah air dalam hadits dan penjelasan ulama pen-syarah-nya:

عن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا قدم من سفر فنظر إلى جدرا ت المدينة أوضع راحلته وإن كان على دابة حركها من حبها ( رواه البخاري وابن حبان والترمذي 

"Diriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW. ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding Madinah, beliau mempercepat laju untanya. Dan apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah." (HR. Al-Bukhari, Ibn Hibban dan al-Turmudzi)

Mengomentari hadits di atas, dalam Fath al-Bari, Jilid III, hal. 621, al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan, "Hadits ini menunjukkan keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya cinta tanah air." Hal yang sama juga dikemukakan dalam kitab 'Umdat al-Qariy, Jilid X, hal. 135, oleh Badr al-Dinal-'Aini.

Riwayat lain dari Imam Jalaluddin Al-Suyuthi (wafat 911 H) dalam kitabnya Al-Tausyih Syarh Jami Al-Shahih menyebutkan:    

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي حُمَيْدٌ، أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَأَبْصَرَ دَرَجَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ نَاقَتَهُ، وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا»، قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: زَادَ الحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ: حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا. حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: جُدُرَاتِ، تَابَعَهُ الحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ. (درجات): بفتح المهملة والراء والجيم، جمع "درجة"، وهي طرقها المرتفعة، وللمستملي: "دوحات" بسكون الواو، وحاء مهملة جمع دوحة، وهي الشجرة العظيمة. (أوضع): أسرع السير. (مِنْ حُبِّها) أي: المدينةِ، فِيْهِ مَشْرُوعِيَّةُ حُبِّ الوَطَنِ والحَنينِ إليه 

 

Artinya: “Bercerita kepadaku Sa’id ibn Abi Maryam, bercerita padaku Muhammad bin Ja’far, ia berkata: mengkabarkan padaku Humaid, bahwasannya ia mendengan Anas RA berkata: Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat tanjakan-tanjakan Madinah beliau mempercepat laju untanya. 

Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya. Berkata Abu Abdillah: Harits bin Umair, dari Humaid: beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. 

Bercerita kepadaku Qutaibah, bercerita padaku Ismail dari Humaid dari Anas, ia berkata: dinding-dinding. Harits bin Umair mengikutinya.” (Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Tausyih Syarh Jami Al-Shahih, Riyad, Maktabah Al-Rusyd, 1998, Juz 3, hal. 1360)   Sependapat dengan Ibn Hajar Al-Asqalany, Imam Suyuthi di dalam menjelaskan hadits sahabat Anas di atas, memberikan komentar: di dalamnya (hadits tersebut) terdapat unsur disyari’atkannya cinta tanah air dan merindukannya.

3. Cinta tanah air menurut para ahli fikih:

Bahwa hikmah berhaji dan pahalanya yang besar karena mendidik jiwa menjadi lebih baik dengan meninggalkan tanah air dan keluar dari kebiasaannya. Dalam kitab al-Dakhirah, Jilid III, hal. 194, al-Qarafi menyatakan, "Manfaat haji adalah mendidik diri dengan meninggalkan tanah air."

4. Cinta tanah air menurut para wali:

Orang-orang yang saleh senantiasa mencintai tanah air. Dalam kitab Hilyat al-Awliya', Jilid VII, hal. 380, Abu Nu'aim meriwayatkan dengan sanadnya kepada pimpinan kaum zuhud dan ahli ibadah, Ibrahim bin Adham, ia berkata, "Saya tidak pernah merasakan penderitaan yang lebih berat daripada meninggalkan tanah air."

Orang yang beragama benar dan cinta tanah air selalu memperhatikan keselamatan tanah airnya, tempat hidupnya, dan kampung halamannya. Dia tidak menimbulkan kekacauan demi kekacauan, menebar kebencian dan permusuhan timbal balik antara setiap dan semua pemegang suku dan identitas berbeda yang menempati setiap jengkal tanah air mereka.

Orang yang mencintai tanah airnya karena perintah agama bahkan mungkin mengorbankan harta atau apapun, bahkan nyawanya, untuk melindungi tanah airnya dari ancaman apapun, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Bahkan bisa di katakan syahid bila mereka yang meninggal karena membela tanah airnya.

 Cukuplah kita belajar dari bangsa lain yang masyarakatnya terpecah belah, saling menumpahkan darah, saling membunuh dan semua berperang atas nama agama yang sama, tetapi tidak peduli dengan nasib tanah airnya. Ini semua karena kecintaan mereka terhadap agama, yang tidak diimbangi dengan kecintaan terhadap tanah air, yang juga merupakan tuntutan agama.

Sumber referensi :

Jabar.nu.online.co.id Beberapa Dalil Tentang Cinta Tanah Air | NU Online Jabar 

NU Online Dalil-dalil Cinta Tanah Air dari Al-Qur’an dan Hadits | NU Online

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun