Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pelarian-Pelarian [Part 4 Tamat]

5 Januari 2025   06:24 Diperbarui: 5 Januari 2025   09:07 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rumah di tengah hutan yang berebut (pexels.com/@fidan-nazim-qizi)

Malam yang penuh kecemasan dan tekanan, setidaknya itu untukku. Mama dan Ayah tidak mencurigaiku meskipun gelagatku kentara resah lebih dari hari-hari sebelumnya. Aku masih tidak berani bercerita soal apa yang kulihat di balik kain hitam. Aku punya keyakinan bukti yang kutemukan di sana akan jadi klimaks dari semua misteri yang terjadi pada kami di rumah ini. Aku bodoh bisa-bisanya lebih takut kena marah Ayah, sementara nyawa kami bisa saja terancam. 

Toh kalaupun aku bercerita, kami mau pergi pakai apa? Jalan kaki? Sangat tidak memungkinkan. Dadaku sakit dihantam bingung, malam ketiga ini terasa lebih mencekam padahal waktu masih terbilang muda, baru pukul delapan. Yang menjadi pembeda dari malam-malam sebelumnya, malam ini kami dikepung angin kencang. Gemuruh dedaunan yang diombang-ambingkan angin menggulung rumah kayu tua ini, aku khawatir sewaktu-waktu ada ranting atau pohon tumbang menimpa rumah. Habislah riwayat kami.

Kemunculan angin yang terasa tidak wajar, apa bentuk hukuman atas kelancanganku? Aku merinding ketar-ketir, takut terjadi hal-hal yang lebih fatal menimpa keluargaku. Kami bertiga duduk berjejer di kursi bambu sambil menghadap lampu minyak.

Di tengah penerangan remang-remang mereka melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang mereka bisa. Aku pun sesekali mengikuti bacaannya.

Di saat kami masih khusyu membaca doa, angin lambat laun mereda. Kami pun bisa bernapas lega, beberapa saat kemudian di luar sana terdengar deru mesin mobil dan tak lama ada derap langkah yang kian mendekati rumah.

Pintu diketok keras. Kami kompak menoleh ke pintu, jantungku berdebar kencang takut itu orang yang berniat jahat. Siapa pula yang berkunjung ke tempat sejauh ini mana malam-malam, apa itu Om Tama? Aku menelan ludah. Hal yang datang antara pertolongan atau malah sebaliknya.

"Om, Tante, Agni? Apa kalian sudah tidur?"

Pintu masih diketok brutal. Hah itu suara Gala! Ayah beranjak mendekati pintu.

"Om, Tante, Agni, buka pintunya! Ini saya Gala!"

Tangan Ayah sudah memegang slot pintu tinggal menariknya saja, tapi tanganku lebih dulu menahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun