Mohon tunggu...
Rinrin
Rinrin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Malam Muram

17 November 2023   18:20 Diperbarui: 17 November 2023   18:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya tetap senyap, temaram dan suram. Tengah malam jendela kamar masih kubuka lebar-lebar tidak peduli sebanyak apa angin masuk, sebesar apa tiupannya karena dengan senang hati raga ini didekap oleh semilirnya. Aku menengadah bumantara tampak sendu, gerombolan mega hitam bergelantungan siap mencurahkan dukanya, rembulan dan kelap-kelip bintang pun terhalang eksistensinya. Gelap yang kelam memperdalam rasa kekosongan, riak-riak kebahagiaan kian redup dilalap kehampaan. 

Dengan suasana begitu muram semesta merengkuhku penuh sayang melengkapi kegundahan. Sapuan hawa dingin menusuk tajam membekukan segala perasaan yang bersarang. Dalam remang-remang dedaunan bergoyang, para nokturnal berkeliaran bersuara saling bersautan sedikit memberiku penghiburan masih ada sisa-sisa kehidupan di saat lelapnya orang-orang.

Helaan napas berat senantiasa berembus membentengi tangis yang tengah memaksa keluar dari persembunyiannya. Pikirku, cukup langit saja yang merintih karena tanpa menangis pun aku sudah sangat letih. Ketegaran yang nampak ibarat angkuhnya gunung di selatan rumah, namun di dalam terkoyak-koyak bak daging hewan buruan sang raja hutan. Sering terulang keinginan untuk hilang dalam gulita malam luput dari peredaran, bercokol di tempat tanpa derita di mana hanya ada tenang dan tentram, tapi sayang ini dunia bukanlah surga. Kuteguhkan dalam hati, nekat pergi bukan solusi dan bertahan satu-satunya jalan. Tetaplah ada, hidup takkan selalu dirundung lara nanti kan bahagia juga.

Baca juga: Penunggu Rumah

Dan akhirnya gemericik rintik menyeruak, linangan angkasa runtuh bercucuran. Kuulurkan tangan agar dijatuhinya. Benar, sentuhan alam selalu bisa menenangkan agaknya itu membasuh secuil kegamanganku yang barangkali esok hari masih sesuram ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun