Mohon tunggu...
Arimbi Netramaya
Arimbi Netramaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Owner

Percaya dengan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pipit Boneka Partai

10 Oktober 2024   20:52 Diperbarui: 10 Oktober 2024   21:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syarat lain, berupa popularitas dan kemampuan, bisa didongkrak belakangan. Yang penting, beli rekom dulu.

Partai-partai membutuhkan boneka, yang bisa bermain di panggung politik, karena mereka tahu, yang terpenting bukan siapa penguasanya.

Yang terpenting adalah kepentingan mereka tetap jalan dengan mendulang keuntungan.

Kepentingan proyek, dikawal sejak 1375 pokir, apa saja yang kelak menjadi usulan sebelum menjadi APBD.

Yang paling pintar, tentu petahana yang punya prestasi berupa defisit anggaran 18 milyar, yang memperlihatkan kemajuan lima tahun terakhir dalam bentuk simulasi, dan lincah berkelit ketika berhadapan dengan BPK.

Jangan heran, kalau sekarang partai PPP yang hampir tidak lolos di Senayan ini mendapatkan ajang empuk di Pilbup Rembang. Kepentingan mereka mengawal kepentingan (conflict of interest), akan mengulang cerita lama: siapa yang masih polos dalam politik, akan menjadi mainan partai.

Dalam politik, kita tidak menemukan pertobatan, karena politik bukan ajang penyucian diri. Politik adalah pilihan, tempat orang menentukan sikap. Dengan kesengajaan dan pertimbangan jangka panjang. Dalam politik, mata yang buta, akan mengubah amanat ummat menjadi ruang berbagi sekat dan persaingan tak-sehat.

Jika "Ini semua hanya politik" sudah menjadi dalih dan menghentikan semua inisiatif baik untuk merenungkan motivasi di balik pilihan politik, maka kita sedang menyaksikan.. Pipit menjadi boneka cantik konglomerasi partai politik.

Gandrirojo Sedan, 2 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun