Sejak awal, Pipit tidak berniat mencalonkan diri di Pilbup. Sehingga terjadilah deal, antara Harno dan Atna Tukiman (bapak dari Pipit, Bhina Group) mendukung Harno yang akan mencalonkan diri dalam kontestasi Pilbup Rembang. Nur Hasan yang tadi akan mencalonkan diri sendiri, akhirnya ikut bergabung dengan Harno. Suara sudah bulat, mendukung Harno.
Tanpa sepengetahuan keluarga, terjadilah drama. Pipit mencalonkan diri dengan dukungan orang-orang partai yang sudah terkenal di dunia perpolitikan Rembang.
Mereka bilang, "Belum pernah ada bupati perempuan dalam sejarah Rembang."
Ini juga yang akhirnya menjadi gaung di mana-mana, sebagai nilai plus yang menjadi pendorong agar Pipit mau maju.
Tentunya dengan segala konsekuensi.
Harus ada yang ditinggalkan, menjadi kawan baru biarpun dulu mereka ini musuhnya. Syarat dan ketentuan berlaku.
Rekom Nasdem, yang semula sudah diberikan untuk Harno ditarik kembali lalu diubah untuk kubu Pipit.
Momen konflik PKB Jakarta dengan PKB Rembang yang berseberangan, dimanfaatkan oleh kubu orang-orang partai yang terkenal di dunia perpolitikan Rembang berbisik, yang berujung rekom PKB diberikan kepada Pipit.
Bukan rahasia, rekom datang dari Jakarta, apapun partainya. Ada yang dihitung ratusan juta, sampai milyar, dikalikan dengan jumlah kursi, itulah yang harus dibeli, kalau mau mencalonkan diri.
Siapa yang kuat beli, itulah yang didukung partai-partai di Kabupaten Rembang.
Maka publik akhirnya mengerti, bahwa bujukan kepada Pipit bukan sekadar impian menjadi bupati perempuan pertama di Rembang, melainkan persoalan pembelian rekom. Dan publik mengetahui bagaimana eksistensi Bhina Grup di Rembang!