Benarkah memakai jalur kepala desa, pasti akan mengangkat suara calon?
Belum tentu.
Setiap warga peduli terhadap pilihan mereka, belum tentu patuh begitu saja terhadap apa kata kepala desa mereka.
Suara warga tidak sepenuhnya dalam kendali kepala desa.
Banyak kelompok yang tidak mudah dikendalikan piliihannya oleh kepala desa.
Ada orang-orang yang kalah di pilkades dan masih dendam sampai sekarang.
Ada kelompok yang  dulu mendukung kepala desa sekarang, lalu kecewa dan keluar dari barisan.
Ada orang-orang yang partainya berseberangan dengan caleg yang didukung kepala desa.
Ada yang tahu sisi buruk kepala desa, diam-diam tidak mendukung apa kata kepala desa. Mereka tahu korupsi terjadi di desa, mereka tahu pola-pola korupsi yang dipakai kepala desa.
Ada orang-orang yang setia terhadap mantan kepala desa dan menuruti apa kata mereka.
Ada kelompok warga cerdas yang tidak bisa diatur dengan bujukan klasik.
Terkait administrasi dan pelayanan, warga desa bisa saja patuh, tetapi untuk pilihan politik, tidak semudah itu mengatur kehendak warga desa.
Calon yang terlalu percaya diri, sudah "memegang" para kepala desa, tanpa melihat kondisi desa mereka, adalah calon yang ketakutan.
Suara warga bukan proxy. Suara mereka adalah suara manusia yang memiliki hak politik. Tidak semudah itu dikendalikan dan diborong kepala desa.
Sebarkan ini agar pilihan warga tidak dikendalikan kepala desa. Pilihan kita adalah pilihan kita sendiri.
Kepala desamu kabare piye?
Kemendung, 2 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H