Saat kau lari dari kebisingan hidup keseharian, aku bisa mendengar suara hatimu dengan jelas, walau tak terucap.
Di saat sunyi, aku menyerap segala kebisingan yang ada dalam jiwamu untuk kumuntahkan ke udara menggumpal menjadi awan tebal di langit.
Aku selalu ada di sini untukmu. Jikapun ada saatnya kau pergi meninggalkanku, aku hanya bisa memungut jejakmu, lalu kusematkan dalam hati.
Air mata ini tak pernah mengering, tapi bukan berarti duka. Maka, usaplah mata sembapmu, bersandarlah pada dadaku. Hanya itu yang aku bisa berikan padamu, rangkulanku tak bisa mengikat langkah kakimu menjauh dariku.
***
Catatan penulis: tulisan ini telah mengalami perubahan dari bentuk awalnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H